Di bawah ini adalah list Film yang ditonton (beserta review singkat) di bulan Maret, entah itu baru nonton atau nonton ulang. So here it goes:
- Babies
Film dokumentasi tentang 4 bayi dari Jepang, Namibia, Amerika, dan Mongolia. Pokoknya kita diliatin dari awal si bayi baru lahiran, ampe mereka bisa jalan. Film ini pun memperlihatkan perbedaan budaya saat mengasuh bayi dari ke-4 negara tersebut.
Nilai: 3/5
- Bangkok Dangerous
Filmnya bercerita tentang tokoh yang diperanin Nicolas Cage yang jadi pembunuh bayaran. Action-nya lumayan, acting para pemainnya pun gak mengecewakan.
Nilai: 3,5/5
- City of God
Film yang diangkat dari kisah nyata tentang anak-anak di bawah umur yang sudah jadi gangster! Ngeri, ngebayangin kalau di Indonesia ada gangster kayak gitu -_-a
Nilai: 4/5
- Fight Club
Akhirnya bisa nonton full juga. Dari dulu ga sempet nonton ampe selesai mulu karena tayang di tv-nya kemaleman terus (malah curhat).
Soal filmnya? Kereen maaaxx..
Nilai: 4,5/5
- Iron Man 2
Ini juga baru nonton. Lumayan lha, jadi pemanasan sebelum nonton the Avengers yang rilis bentar lagi.
Tapi film ini jadi kebanyakan dramanya ya dibanding sekuelnya? Gak apa-apa sih, ga bikin ngantuk inih. Hoho
Nilai: 3,5/5
- Jack Ass the Movie
Singkat aja dah: Film gila! << itu pun kalau model ginian bisa disebut film. Hihihi
Nilai: 2,5/5
- Speed Scandal
Tae Yun emang lebih kocak di film ini daripada film Hello Ghost. Dan seperti biasa, ending film yang diperanin-nya tuh selalu berkesan.
Nilai: 3,5/5
- Disturbia
Cerita filmnya lumayan unik, cuman Akting Shia mirip banget ama akting dia di Transformers. >.< << Eh tapi duluan film ini kan daripada Transformers. Hehe
Nilai: 2,75/5
- Contagion
Film wabah penyakit yang meyakinkan!
Nilai: 4/5
- Hugo
Nice cinematography. Nice story. Hanya saja mungkin untuk orang yang bukan pecinta film, bakal ngerasa film ini membosankan!
Nilai: 3,75/5
- Mission Impossible 4: Ghost Protocol
Sebenernya saya kurang ngikutin serial MI. Dari pertama ampe ketiga selalu nonton sepotong mulu, entah kenapa.
- Harry Potter and the Prisoner of Azkaban
Ga pernah bosen nonton ini. Film Harpot favorit dari 8 filmnya!
Nilai: 4/5
- The Adventures of Tintin
Animasinya superb. Ceritanya juga lumayan. Sekuelnya jadi dibuat gak ya? Soalnya hasil box office kurang memuaskan kan?
Nilai: 3/5
- The Raid
Full action. Full fight scene. Kayak naek roller coaster banget dah. Kelemahan hanya di artikulasi dialog dan cerita. Di berandal kudu lebih dimantepin lagi, okeh?
Nilai: 3,5/5
- The Hunger Games
Jennifer Lawrence beneran bisa meranin Katniss dengan baik euy! Cast lain juga pas. Ceritanya pun setia ama novel. Pokoknya ditunggu lanjutannya!
Nilai: 3/5
Kalau list film yang ditonton kalian apa aja nih? :D
Thursday, April 5, 2012
Wednesday, March 7, 2012
Fanfic The Raid: Latihan a la Serbuan Maut!
Fanfic: THE RAID
Sebagai pengenalan, tokoh-tokoh yang dipakai di fanfic ini adalah sebagai berikut:
Iko Uwais - Rama
Joe Taslim - Jaka
Pierre Gruno - Wahyu
Tegar Satrya - Bowo
Iang Darmawan - Gofar
Eka Rahmadia - Dagu
Verdi Solaiman - Budi
R. Iman Aji - Ari
Genre : Humor (karakter diusahakan tetap Canon, tapi.. :p )
Timeline : Seminggu sebelum Serbuan Maut!
Rating : PG
Disclaimer : Tokoh yang dipakai dari film the Raid keluaran PT Merantau Films.
Latihan a la Pasukan Serbuan Maut!!
“Halo, kenalin, nama gue Rama Bratayudha. Atau cukup panggil gue Rama ajah yah!” ujar Rama mengenalkan diri kepada teman setimnya yang baru di pasukan SWAT Mawar-Melati. Tetapi sepertinya tak ada yang menggubrisnya, yang lain tetap melakukan kegiatan masing-masing tanpa mempedulikan kehadiran Rama. Ada yang sedang menyemir sepatu, mengelap senjatanya, bahkan ada yang mengelap kepala teman mereka yang botak biar tetep kinclong!
Merasa didiamkan seperti itu, Rama pun jadi sewot, membanting tas bawaannya lalu berteriak, “Wooy! Pada merhatiin gue gak sih, udah capek-capek kenalan, kagak ada yang nanggepin!”
“Haduh, berisik amat sih lo!” kata salah seorang pasukan yang tadi sedang mengelap kepala temannya. “Lagian, emangnya kita butuh perkenalan lo apa? Nih, tadi pagi pak Komandan nyuruh kita nge-add lo di fb, jadi kita udah tau siapa elo sebenernya. Dan kita ngediemin lo juga karena elo duluan yang ngediemin kita, sampe sekarang akun kita belum ada yang di-aprup ama lo! Ckckck..”
“Eh, iyakah?” Rama merasa bersalah. “Ya udah, maaf deh bang.. err..”
“Dagu!”
“Iya, maaf ya bang Dagu dan semuanya, Handphone gue lobet pas tadi di jalan, jadi belum bisa fb-an dan nge-aprup kalian semua.. Hehe..” ucap Rama seraya menyalami tangan semua orang yang ada satu-per-satu. “Jadi, kita udah baikan kan? Gue udah diterima di tim ini kan?”
Suasana hening sejenak, kemudian tanpa dikomando, semua pun serentak berkata:
“TERIMA DULU PERTEMANAN KITA DI FB!!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama masih tertidur ketika tiba-tiba terdengar suara bising sirine sebagai tanda agar para pasukan bersiap-siap. Dengan malas-malasan, Rama mengusap bekas air liur yang di sekitar bibirnya, membuka matanya, kemudian bangun. Memaksakan diri, Rama pun mencuci mukanya di kamar mandi, lalu memakai seragam SWAT-nya.
“PASUKAN SIAAP!!” ujar salah seorang pria berbadan tegap dengan mata agak sipit yang baru masuk ke barak Rama dkk tepat setelah Rama memakai sepatu kanannya. Yeah, hanya sepatu kanan, sepatu kirinya belum dia pakai. Tetapi mendengar-aba-aba tadi, mau tak mau Rama harus dalam posisi berdiri tegap, tanpa mempedulikan kaki kirinya yang masih nyeker. Tapi Rama bukan satu-satunya pasukan yang belum siap, lihat saja tuh, si Bowo –teman setim Rama yang tidur di ranjang sebelahnya- bahkan masih belum pakai celana panjangnya, padahal sepatunya sudah dia pakai. Ada juga si Gofar, yang walaupun semua pakaian, celana, dan sepatu sudah lengkap dia pakai, tapi di kepalanya itu bukannya menggunakan helm, malah menggunakan bando pink yang ada kupu-kupu menclok di atasnya.
“Ckckck.. Mengecewakan!” kata pria tadi lagi, diam-diam Rama membaca nama yang tertera di atas saku bajunya, ‘Jaka T Fitrah’ ketika dia melewati Rama. “Gue sebagai Komandan di tim ini sangat kecewa dengan kedisiplinan kalian! Seharusnya setelah 5 menit dari bunyi sirine, kalian sudah harus siap sedia. Lha ini..” kata-kata Komandan Jaka menggantung, ketika dia melirik jam tangannya, “ Baru 2 menit aja, ga ada yang siap sama sekali..” diam sebentar, beliau mengecek jamnya lagi, lalu bergumam, “Eh, baru 2 menit ya.. Gue kecepetan dong! Pantesan belum pada siap..”
Semua pasukan berusaha mencuri dengar, apa yang digumamkan Komandan mereka, sampai si Komandan berbicara lagi..
“Pokoknya untuk saat ini, gue maafin ketidak-disiplinan kalian! Jadi, gue gak akan ngasih hukuman..” katanya, tanpa mau mengakui bahwa dia yang salah. “By the way, minggu depan, tim kita dapet surat perintah buat nyerbu satu gedung yang disinyalir sebagai markas dari salah satu gembong narkoba di negeri ini. Jadi, mulai hari ini sampai H-2 menuju penyerbuan, kalian bakal ngejalanin latihan supaya misi ini dapat berjalan dengan baik. Well, kalau gitu, gue tunggu kalian dengan pakaian dan peralatan lengkap di lapangan 5 menit dari sekarang! Ingat, 5 menit ya bukan 2 menit!”
-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-
Latihan hari pertama, dimulai dengan latihan menembak. Sebelum latihan, pasukan Rama dkk dibagi menjadi beberapa kelompok. Rama sendiri masuk ke dalam kelompok yang terdiri dari Bowo, Dagu, Ari, dan Budi. Untuk membuat semua pasukan bersemangat, Komandan Jaka pun bakal memberikan hadiah kepada tim atau kelompok yang berhasil memperoleh penilaian yang baik selama latihannya. Ah, sepertinya kelompok-kelompok yang sudah dibagi tadi akan tetep saling bersaing menjadi yang terbaik tanpa peduli ada hadiah atau tidak. Apalagi kali ini yang menawarkan hadiah adalah Komandan Jaka. Bukan apa-apa, kata Bowo yang udah agak lama dipimpin oleh beliau, hadiah dari Komandan Jaka selalu aneh-aneh. Sebagai contoh, beberapa bulan lalu ketika ada latihan serupa seperti ini, tim yang menang diberi hadiah satu set DVD film Rambo dari film pertama sampai ke-4. Eh, apa yang aneh kalau begitu ya? Selidik punya selidik, ternyata dvd film yang covernya memang bergambar Rambo tersebut malah berisi tentang film ketika Komandan Jaka ‘berperang’ melawan musuh dari kelurahan-kelurahan lain se-Jakarta dalam rangka lomba karambol.
Kembali ke Rama, kelompoknya pun kali ini bertekad untuk memenangkan persaingan dengan kelompok lain. Dimulai dengan sesi menembak ini, mereka yakin mereka bakal banyak menembak sasaran dengan mudah.
“Ram, awas ya, jangan sampai kita kalah gara-gara elo!” ancam Bowo yang dianggap paling senior di kelompok mereka.
“Tenang aja, bang! Soal tembak menembak mah.. Keciiiil!” Rama percaya diri.
“Jyaah, elo masih baru aja udah belagu. Gue yakin, nembak cewek aja elo gak becus, apalagi nembak ginian!” Dagu ikutan menceramahi.
“Walah, si abang Dagu gak tahu apa.. Soal tembak-menembak cewek mah masanya udah lewat, soalnya gue udah punya istri, bang. Malahan berkat hasil tembakan gue, istri gue udah bunting lagi tuh! Hehe..”
“Berarti level lo emang di atas Dagu, Ram. Soalnya sampe sekarang, Dagu malah masih jomblo! Hahaha..” kata Budi, disambut cemberutan dari Dagu.
“Whatever lha!” Bowo lagi yang bicara. “Pokoknya mau gimana pun, kalau tim kita kalah, elo yang bakal gue salahin, soalnya elo paling junior di sini, ngerti!”
“Tapi bang, saya juga kan masih ba..” Ari mencoba menyanggah tapi keburu dipotong oleh Bowo lagi.
“Baru apanya?” potong Bowo. “Elo kan gabung ke tim lebih cepat sejam daripada Rama, lagipula pertemanan FB kita ga dipending kayak waktu kita nge-add dia..”
Masih soal pertemanan FB? Batin Rama. Ya sudahlah, memang sudah takdirnya kali, dia harus jadi objek penderita di kelompoknya.
“Eh, ngomong-ngomong sekarang giliran kelompok kita maju lho!” ujar Rama mencoba mencairkan suasana. Yang langsung dijawab oleh Bowo dan Dagu dengan, “IYE TAUK!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Anggota kelompok diberi giliran untuk menembak masing-masing sasaran dari yang berjarak hanya 3 meter sampai yang paling jauh 10 meter. Sasaran tembak, sengaja dibuat menyerupai tubuh manusia. Sasaran paling utama adalah dada dan kepala. Setiap satu sasaran hanya boleh ditembak sebanyak 3 kali. Penilaian pun diperoleh dari hasil mereka menembak sasaran tersebut, semakin mendekati atau malah tepat sasaran nilai semakin bagus.
Dari kelompok Rama, Budi yang maju duluan. Tanpa ragu, dia menembak 5 sasaran dengan jarak paling dekat sampai paling jauh yang ada di hadapannya. Hasilnya tidak mengecewakan, dari total nilai maksimal 150 poin, Budi memperoleh nilai 112 (sebetulnya nilai aslinya 97, tapi tadi di belakang dia nyogok juri pake rokok sebatang). Selanjutnya Ari yang maju, sebagai yang paling muda, rupanya dia mahir juga. Kalau tidak percaya, lihat saja ke sasaran tembak yang sudah jadi korbannya, 90% dari sasaran, tertembak di bagian ‘kemaluan’-nya! Alhasil, saat Ari sudah menyelesaikan gilirannya, Dagu dan Bowo yang masih jomblo, hanya bisa melirik Ari seraya menutupi ‘barang berharga’ mereka dengan kedua tangan. Mungkin yang ada di benak mereka sekarang adalah ‘Gue gak mau berurusan ama dia, apalagi kudu baku tembak, bisa ma-de-su, masa depan suram! Gue kan belum nikah!’ Tapi, setelah dihitung oleh para Juri, nilai yang diperoleh Ari adalah 69, daerah ‘situ’ poinnya emang tidak terlalu besar sih.
Kini giliran Dagu. Hasil tembakannya random abis. Hampir semua pelurunya yang ditembaknya menyebar di beberapa bagian, dari ketiak, dada sebelah kiri, puser, leher, bahkan hampir mengenai kucing yang sedang kawin di bawah sasaran tembak dan tak lupa menembak dirinya sendiri, err, menembak bagian dagu maksudnya. Nilai yang didapat olehnya, 102.
Setelah itu Bowo yang beraksi. Tak perlu ditanyakan lagi soal kemampuannya, sebagai senior dia harus bisa memberi contoh yang baik kepada junior. Sebagai bukti, dia berhasil menembakkan pelurunya tepat di dada dan kepala pada semua sasaran tembak, kecuali sasaran tembak dan peluru terakhir yang meleset ke telinga kanan dari sasaran tembak (suatu pertanda?). Total nilai yang diperoleh adalah 144.
Dengan bangga dan sedikit belagu karena hasil yang diperolehnya bagus, Bowo mengambil sapu tangan di sakunya, mengelap keringat di dahinya sambil menunjuk ke arah Rama lalu memamerkan tangan dengan jempol mengarah ke bawah padanya, seperti mengisyaratkan: ‘thumb’s down for Rama!’. Namun secara tak sengaja dia menjatuhkan sapu tangannya tadi ke tanah. Sesaat, Bowo terlihat memberengut, tapi dia membiarkan sapu tangannya itu, dan memberikan kesempatan kepada Rama untuk maju.
Yak, akhirnya, giliran Rama yang siap untuk memamerkan kemampuan menembaknya. Tanpa kesulitan berarti, dia menembak sasaran pertama dengan tepat. Lanjut dengan sasaran kedua yang satu pelurunya meleset ke sekitar perut. Sasaran ketiga tampak begitu mudah, lagi-lagi semuanya tepat sasaran. Sampai di yang keempat, Rama mulai agak kesulitan, hasilnya dia mengenai pipi kiri, dada kanan, dan dada kiri. Terakhir, sasaran yang paling jauh, satu tembakan tepat mengenai, sedangkan dua tembakan lagi menembak udara kosong karena Rama terpeleset sapu tangan yang tadi dijatuhkan Bowo! Eh, ralat deh, peluru terakhir kena ranting buah mangga matang yang langsung jatuh ke tanah. Selidik punya selidik, ternyata di sapu tangan itu ada kulit pisangnya, sehingga Rama yang tak sengaja menginjaknya jadi kehilangan keseimbangan. Rama yang tahu siapa pemilik sapu tangan itu langsung melirik ke orangnya, tapi bukannya menunjukkan penyesalan, Bowo malah menunjukkan thumb’s down-nya lagi sambil tersenyum picik.
Namun tiba-tiba.. GEPLAK!! Belakang kepala Bowo dipukul telak oleh Budi.
“O’on, lo! Kelompok kita jadi ada di peringkat dua tuh, gara-gara beda cuma dua poin.. Kenapa si Rama dibuat kepeleset sih?”
“Buset, udah berani ya sekarang.. Mukul senior lo?”
“Eh, eh, maap bos! Kelepasan!” Budi langsung mengusap kepala seniornya itu, terlihat takut-takut. Kemudian dia berbisik pelan kepada Ari dan Rama yang baru datang ke tempat mereka. “Walaupun udah lama juga sih pengen mukul. Hehe..”
“Semua gara-gara Rama! Pake kepeleset segala!” Dagu kelihatan kesal.
Bowo mengangguk tanda setuju. “Iye, Ram. Gara-gara elo nih! Gue sebagai pencetak nilai tertinggi, jadi tersinggung! Nyape-nyapein gue aje..”
“Kata siapa bang Bowo pencetak nilai tertinggi?” timpal Rama kalem.
“Lha, emang iya kan? Emangnya siapa yang nilainya lebih tinggi dari gue?”
“Tanya juri aja noh!”
Sambil berkata itu, Rama menunjuk ke arah juri pengawas, Komandan Jaka dan Wahyu, yang terlihat sedang mojok berdua sambil memakan sesuatu.
Bowo dan Dagu yang penasaran langsung mendatangi para juri dan menanyakan berapa nilai Rama. Juri yang ditanya hanya menjawab singkat ‘150!’ kemudian mereka makan lagi. Oh, rupanya mereka sedang memakan buah mangga matang yang jatuh karena tembakan Rama. Makanya mau bagaimanapun hasil tembakan Rama, dengan mangga itu juri langsung memberikan nilai sempurna. Harap maklum ya, karena mangga itu memang sudah menjadi incaran Jaka dan Wahyu semenjak mereka latihan tadi pagi. Apalagi, istri Komandan Jaka ‘kan sedang hamil dan ngidam buah mangga. Sehingga mau tak mau, Komandan Jaka mewakili istrinya untuk memakan buah mangga itu.
“Gimana, bang? Siapa yang nilainya paling tinggi?” tanya Rama kepada Bowo dan Dagu. “Pokoknya, makasih ya bang, berkat sapu tangan keberuntungan punya abang! Hehe..”
Rama, Budi, dan Ari pun tersenyum senang melihat ekspresi dua senior mereka yang terlihat cemberut itu. Bowo dan Dagu kesal karena tidak bisa menumpahkan kesalahan kepada Rama. Mau menyalahkan Ari yang mendapat nilai paling kecil, mereka takut karena teringat hasil tembakannya.
“Ya udah, gue tunggu lo di latihan berikutnya! Buat kesalahan sedikit, gue pelintir idung lo!” ujar Bowo.
“Camkan, itu ya, Ciiin!” tambah Dagu.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari berikutnya adalah latihan halang rintang. Mereka harus siap melewati berbagai rintangan seperti kolam lumpur yang hanya bisa dilewati dengan gelantungan, celah sempit yang hanya bisa dilalui dengan cara merangkak atau tiarap, lalu ada juga tembok setinggi 3 meter yang harus dipanjat menggunakan tali, sedangkan ketika turun mereka harus loncat ke kolam sedalam 2 meter lalu berenang ke tepian, terus ada lagi rintangan yang mengharuskan mereka mengendap-ngendap tanpa menimbulkan suara (NB: saat mereka lewat di depan kamar istri pak Komandan yang lagi tidur siang). Belum sampai di situ, masih ada rintangan untuk melewati ranjau darat yang terpasang di lapangan seluas lapangan tenis. Jika ada yang salah injak, ranjau darat itu akan meledak dan menyemburkan cat berwarna merah darah. Ada juga sih ranjau yang ketika diinjak tidak meledak, tapi malah membuat si penginjak misuh-misuh tak keruan sepanjang hari. Ranjau apakah itu? Simpel, itu ranjau ‘buatan’ hewan, hewan yang sering digunakan untuk membajak sawah. Ranjau itu adalah kotoran kerbau!
Di latihan ini, kelompok Rama dkk berhasil menempati urutan pertama. Setelah mereka meraih waktu tercepat dalam melewati semua rintangan yang ada. Namun sayang, mereka harus terkena pinalti, dikarenakan Dagu yang menginjak ranjau ‘buatan’ hewan itu. Alhasil, mereka lagi-lagi harus puas berada di peringkat kedua, di bawah kelompok Gofar.
“Waduh, Dagu! Kenapa lo bisa kena ranjau sih?!” kata Bowo naik pitam.
“Sori, bos! Gue gak sengaja, lagian kayaknya pas lari, bodi gue kesenggol ama Rama tuh. Makanya gue nginjek ranjau yang tadinya gue kira itu batu!”
Bowo yang merasa punya alasan untuk menyalahkan Rama langsung mendampratnya.
“Nah, kan. Gue bilang dari awal juga apa, elo emang biang masalah di sini. Dasar anak baru!”
Bibir Rama baru saja membuka bersiap untuk membantahnya, tetapi keduluan oleh Budi yang ngomong, “Tapi bos, si Rama ada di sebelah gue pas lari, berarti dia paling ujung. Sedangkan yang di tengah kan si Ari, tapi dia juga pas lari jauh dari Dagu..”
Ada saksi, Dagu pun tak bisa berkutik dan mengaku, “Okeh, okeh, tadi gue jauh dari kalian bertiga..”
“Kalau mereka betiga jauh dari lo, berarti yang paling deket tuh gue, terus jadinya gue yang lo salahin karena udah ngedorong lo, gitu?” Bowo langsung menyimpulkan.
“Ngg, nggak bos, nggak! Ngg, kayaknya tubuh gue emang ujug-ujug oleng sendiri.. Hehehe..”
“Ya udah, pokoknya laen kali, elo jangan ceroboh lagi!” tegas Bowo, walaupun dalam hatinya lagi-lagi dia merasa kecewa karena tidak bisa menyalahkan Rama.
“Paling-paling kalau ceroboh lagi, ntar bakal kena senggolan mesra lagi dari si bang Bowo.. Hihi..” ledek Rama agak berbisik kepada Dagu. Bibirnya pun merekah menampakkan senyuman, membuat Dagu yang dimarahi semakin terlihat kesal.
-=-=-=--=-=-=-=-=-
Hari ketiga, latihan yang diberikan oleh Komandan Jaka adalah latihan fisik, yaitu lari Marathon sejauh dua kelurahan. Yah, kalau di kota sih dua kelurahan tuh paling juga hanya sejauh 2 km, tetapi ini di desa, Bung! Kelurahan satu dengan kelurahan lain itu bisa sampai berjarak 2,5 km! Oh, well, ternyata hanya berbeda sedikit ya? Tidak juga, karena dalam jarak sejauh itu rintangannya lebih rumit. Mungkin kalau bisa digambarkan, perjalanannya bakal seperti lagu soundtrack dari kartun Ninja Hattori, dimana mereka harus ‘mendaki gunung lewati lembah’ belum lagi mereka juga harus siap menyeberangi sungai-sungai yang deras dan juga harus melewati hutan yang masih lebat. Bisa dibilang, latihan halang rintang kemarin itu bisa dihitung sebagai pemanasan dari latihan kali ini yang dijamin bakal lebih ekstrim!
“Guys, gue emang senior yang kurang bersahabat dengan kalian,” Bowo memulai kata-katanya, “tapi harus gue akui, kalian adalah tim terbaik yang pernah gue miliki. Jadi, gue harap kita jangan kalah lagi! So, di latian kali ini gue udah nyiapin ‘sesuatu’ buat kalian..”
“Bencana nih! Bang Bowo tiba-tiba jadi baik. Pasti ada udang di balik ‘sesuatu’!” cerocos Rama, ada nada sarkasme dalam kalimatnya.
“Sesuatu?” Dagu terlihat bingung. “Maksudnya?”
“Gue udah nyiapin minuman buat kalian, minuman yang gue yakin bisa ngebuat kalian kuat sampai tujuan, bahkan bisa jadi yang tercepat!”
“Nah, kan udang di balik sesuatunya mulai keliatan..” singgung Rama lagi. “Tapi kan bang, kata Komandan Jaka, kita gak boleh make doping atau minuman penambah stamina kan!”
“Iya, itu kalau doping atau minuman penambah stamina, Rama sotooy!” komentar Bowo, sembari menekankan nada suaranya di kata terakhir. “Minuman dari gue ini kan bukan minuman kayak gitu, ini cuma air putih biasa yang dido’ain terus dikasih campuran sesuatu ama dukun Jarkom semalem. Buru nih, ambil seorang sebotol.. Terus minum ampe abis!”
Budi, Ari, dan Dagu yang memang sedang haus langsung menerima minuman dari Bowo dan menenggak sampai habis, sedangkan Rama malah menolak tawaran.
“Sori de mori aja ya, bang! Kemaren aja pas latihan halang rintang, kita bisa jadi yang paling cepet tanpa bantuan minuman apapun. Jadi gue gak mau tuh minum-minuman gak jelas kayak gitu!”
“Bujuug, ini orang lama-lama nyebelin ya.. Buruan minum!”
“Lha, abang sendiri kenapa ga minum? Kita kan berlima, tapi botolnya cuma 4. Ya udah, buat abang aja deh yang itu..”
“Gue gak minum, soalnya.. Ah, gak penting deh, ngapain juga gue jawab pertanyaan lo!” Bowo mencoba berkilah dari pertanyaan Rama. Rama sendiri tahu, pasti ada yang tak beres dengan minuman itu. Hanya saja, dia tak tahu apa. “Pokoknya kalo lo sampe bikin tim kita kalah lagi, karena kesongongan lo, tunggu aja ntar..”
“Sip, bang.. Tunggu aja terus ya, gue mah mau lari duluan aja kalo gitu..”
Rama yang selalu menjadi objek penderita, tetap santai menghadapi seniornya itu. Setelah peluit tanda timnya harus maju, dia pun segera berlari bersama dengan Ari, Budi, dan Dagu. Sementara Bowo masih berdiri mematung, seraya memasang tampang geram kepada Rama. Tetapi Bowo tak terlalu lama juga sih diamnya, karena sesaat kemudian kepalanya ditoyor oleh Komandan Jaka yang menyuruhnya maju juga.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama, Budi, Ari, Dagu, dan Bowo sudah mulai kelelahan ketika mereka telah berlari sejauh satu setengah kilometer. Bagaimana mungkin mereka tidak lelah, di satu kilomter pertama mereka harus melewati beberapa anak sungai dan berlari menanjak ke atas bukit. Sesampainya di bukit pun mereka tak bisa beristirahat terlalu lama. Selain karena mereka tak ingin terkejar oleh kelompok lain, mereka juga harus mengejar tukang es doger yang lewat di depan mereka. Masalahnya, si tukang es doger ini bukannya berhenti ketika dipanggil oleh Rama cs, dia malah tetap nyelonong terus. Oh, ternyata bukan karena sengaja si tukang es maen nyelonong, pada kenyataannya dia tak bisa menahan laju sepeda gerobaknya yang memang sedang berada di jalan menurun. Remnya blong gitu lho!
Kejar-kejaran pun terjadi, setelah melalui berbagai rintangan saat pengejaran, seperti jalan berbatu, jalan berlumpur, bahkan jalan berpolisi tidur (padahal jalannya di hutan lho)! Mereka akhirnya bisa menghentikan sepeda si tukang es doger. Rama cs pun beristirahat sebentar, memesan es dogernya, kemudian mengobrol dengan si tukang es.
“Bang, kok bisa sih jualan di hutan sepi kayak gini?” tanya Rama.
“Oh, tentu bisa, dek.. Percaya atau nggak, jualan di sini malah lebih untung daripada jualan di kampung-kampung lho!”
“KOK BISA??” tanya mereka berlima berbarengan.
“Lha kan, kalau di kampung, satu porsi es doger paling juga saya jual dua ribu perak doang. Kalau di sini satu porsinya seratus ribu!”
“Emangnya ada yang beli?” sekarang si Ari yang bertanya.
“Jarang yang beli, tapi ada aja lha. Nih, contohnya adek-adek berlima lagi beli es doger seharga seratus ribu saya..”
Ngeek.. Mendengar harga minuman yang mereka pesan begitu mahal, mereka pun mundur menjauh dari tukang es. Sementara si tukang es masih sibuk menyiapkan es untuk mereka.
“Eh, cuy! Duit di kantong gue cuman ada gopek nih –bekas kerokan pula- , gimana bisa bayar es seharga cepek ceng gitu?!” ucap Dagu dengan ekspresi lemas, semua ucapannya tampak jujur.
“Gue sih ada goceng..” kata Budi.
“Nih, kalo gue serebu tinggal selembar-lembarnya!” kata Ari seraya menunjukkan uang di tangannya.
“Elo punya berapa duit, Ram?” Bowo bertanya kepada Rama. “Jangan bilang elo gak ada duit ya, kan elo yang udah nyetop si abang tukang es, jadi elo yang kudu tanggung jawab!”
Diteriaki Bowo, Rama malah senyum-senyum, sejurus kemudian kedua tangannya mengeluarkan isi dari kantongnya yang menandakan bahwa isi kantong itu kosong melompong.
“Udah gue duga! Walaupun elo keliatannya ga suka gue, ternyata elo ngefans juga ya ama gue, buktinya isi kantong kita sama!” kata Bowo sambil bernarsis sedikit. “Terus sekarang kita kudu ngapain nih?”
“Gue ada ide..” sambil berkata ini, Rama melirik kepada Ari dan Budi. “Bagaimana kalau kita.. KABUUUUUURR..!!”
Dengan secepat kilat, Rama beserta Ari dan Budi langsung mengeluarkan jurus langkah seribu, meninggalkan Bowo dan Dagu yang masih bengong karena belum connect dengan rencana Rama. Setelah diteriaki oleh tukang es doger yang tak rela kehilangan pelanggan, Bowo dan Dagu pun segera ikutan berlari.
“TUNGGUUUU.. Cerita tadi cuma becanda doang kok! Aslinya emang dua rebu perak. Kok pada percaya sih?” usaha terakhir dari tukang es merayu Rama cs, tapi sayang, mereka sudah berpuluh, beratus, bahkan beribu-ribu langkah darinya. Moral dari cerita tukang es: kalau kalian tidak bakat ngegaring, jangan pernah bercanda sama orang lain, karena mereka akan menganggapnya serius!
Berkat kejadian ketemu tukang es, kelompok Rama berhasil sampai di finish duluan. Lebih cepat satu jam dari kelompok-kelompok lain di belakangnya. Sungguh ajaib memang. Sekarang kelompok mereka memimpin perolehan nilai sementara dari kelompok lain.
Mereka tampak lega sekali. Terutama Bowo yang merasa bangga setelah melihat minuman Ki Jarwo yang dia berikan kepada teman-temannya ternyata manjur. Bowo juga lega, karena teman-teman yang meminum minuman itu tak tahu, bahwa campuran yang diberikan Ki Jarwo ke air putih itu adalah peresan air keringat dari kaos kutang beliau!
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari terakhir, seharusnya menjadi latihan tersulit bagi semua pasukan SWAT Mawar-Melati. Tapi ternyata tidak. Di latihan terakhir, mereka hanya disuruh mengupas bawang merah sebanyak-banyaknya dalam waktu 30 menit! Rencananya di latihan terakhir ini bakal jadi latihan sparing antar kelompok. Tapi ternyata, Komandan Jaka yang lagi-lagi kudu mengikuti istrinya yang sedang ngidam jualan bawang goreng sebanyaknya. Tak tahulah benar atau tidaknya alasan Komandan Jaka itu, yang pasti hasil penjualan bawang goreng itu bakalan digunakan untuk mengoperasi plastik wajah pasukan SWAT yang paling jelek. So sweet sekali bukan? Well, itu pun kalau penjualannya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Hehehe..
“Bersiap.. MULAI” teriak Komandan Jaka, diikuti satu tembakan pistol oleh Komandan Wahyu, menandakan latihan ini dimulai. “Ayo cepet potong bawangnya! Umpama-in bawang goreng itu sebagai musuh kalian! Bayangin si bawang sebagai orang yang pernah ngerebut permen kalian ketika masih kecil, pernah ngentutin kalian tepat di depan idung, bayangin kalo si bawang sering ngeledekin mata kalian sipit, atau dia suka nakut-nakutin kalian dengan hal yang kalian benci atau si bawang itu adalah orang yang pernah nolak cinta kalian! Iris saja dia, iris orang itu!”
Walaupun terdengar seperti curhat colongan, kata-kata penyemangat dari Komandan Jaka rupanya berhasil. Ketika mendengar permen yang direbut, Ari terlihat makin menggebu-gebu. Bawang sebagai tukang kentut, membuat Bowo semakin berapi-api. Mata sipit? Budi yang terlihat makin panas. Sering nakutin? Dalam benak Rama tiba-tiba tergambar seonggok kerupuk, bergidik sejenak, kemudian dia iris-iris bawang di tangannya dengan penuh dendam kesumat. Namun, ketika mendengar orang yang menolak cinta, Dagu-lah yang paling merasakan efeknya. Tetapi bukannya tambah semangat seperti yang lain, dia malah menangis!
“Dagu, nape lo nangis?” Bowo terlihat khawatir.
“Ng-nggak, bos.. Gara-gara bawang kayaknya.. Hiks.. Hiks..”
“Ya udah, pokoknya cepetan, jangan lelet..”
Tiga puluh menit, benar-benar seperti waktu yang lama bagi mereka yang mengikuti latihan ini. Masalahnya efek perih dari bawang merah yang dikupas baru terasa sepuluh menit dari komando Komandan Jaka. Beliau sendiri sudah tidak menyemangati pasukannya lagi. Yang dilakukannya sekarang malah menonton kembali video saat dia menjadi kontestan dalam lomba coverboy untuk mading di salah satu RW di daerahnya.
Latihan kali ini pun walaupun terlihat sebagai latihan paling ringan diantara latihan sebelumnya, ternyata malah yang paling memakan korban! Sudah berpuluh jari yang berdarah akibat mereka kehilangan konsen ketika mengupas bawang. Bahkan ada yang kepalanya berdarah juga gara-gara latihan ini! Eh, salah deh.. Kepala berdarah itu sih karena ada salah seorang pasukan yang ngupas bawang sambil mencet jerawat di jidatnya, alhasil pas jerawat sukses dipencet, berdarahlah ia..
“SELESAI!!” teriak Komandan Jaka ketika stopwatch-nya telah sampai ke menit 30.
Dia pun segera mengecek satu per satu kelompok dimulai dari kelompok Gofar yang berada paling ujung sampai terakhir ke kelompok Rama. Akhirnya, setelah memeriksa dan menimbang hasil bawang yang dikupas dari setiap kelompok, Komandan Jaka pun mengumumkan kelompok mana yang paling banyak mengupas bawangnya.
“Dengan berat hati, gue umumin bahwa yang berhasil ngupas bawang merah paling banyak adalah kelompok..” semua orang menahan napas, tegang.. “Bowo cs!”
Rama dan kawan-kawan pun langsung riuh merayakan kemenangan mereka. Jadi, sudah pasti mereka yang memimpin perolehan tertinggi dari seluruh latihan yang ada.
“So, udah keliatan kan kelompok mana yang menang dari semua latihan? Kalo gitu, secara resmi gue manggil kelima anggota kelompok itu untuk memberikan hadiah spesial sesuai janji gue waktu itu!”
Rama, Budi, Ari, Bowo, dan Dagu pun maju ke depan. Komandan Jaka dan Wahyu menyalami mereka satu per satu. Kemudian Komandan Jaka mengambil sebuah goodie bag yang telah disiapkan di mejanya kepada mereka berlima.
“Silakan dilihat isinya..”
Sambil takut-takut, Bowo melirik isi dari tas itu.
“He? Cuma pulpen?”
“Cuma, kata lo? Itu lima pulpen yang ada di goodie bag yang lo pegang semuanya adalah pulpen bersejarah!” Komandan Jaka merasa tersinggung. “Yang warna merah, pernah dipake gue pas ujian untuk jadi SATPAM di salah satu hotel yang ternyata gagal. Yang warna ungu, pernah gue pake buat garuk pantat sama ngupil. Terus yang ijo, pernah dipinjem ama mantan cewek gue pas SMA. Yang item, adalah pulpen termahal yang pernah gue beli –dua rebu perak cuy! Terakhir, warna silver yang paling berharga, pernah gue pake pas minta tanda tangan ama bintang film action kedemenan gue - Joe Taslim! Nah, bersejarah semua kan! Udah, sekarang bagiin satu-satu..”
Rama tersenyum. Ternyata apa yang digambarkan oleh Bowo soal hadiah aneh dari Komandan Jaka, benar adanya. Overall, Rama sangat senang. Selain karena kelompoknya berhasil menjadi pemenang, dia pun merasa dia bakalan betah berada di tim SWAT Mawar-Melati ini. Semoga saja, di misi nanti tak ada kendala berarti dan semua tim bisa pulang dalam keadaan utuh.
“Oi, Rama!” panggil Komandan Jaka, saat melihat Rama menerima pulpen berwarna silver. “Jaga baik-baik pulpen itu ya, pulpen itu juga pernah gue pake pas minta tanda tangan Iko Uwais lho!”
“Siap, Dan!!” tegas Rama. “Tapi ngomong-ngomong, Iko Uwais itu siapa ya?”
Tamat
NB:
- Kalau gak salah, pangkat Jaka tuh harusnya cuma letnan ya? Tapi gak apa-apa deh, saya ganti jadi Komandan biar lebih kerenan dikit.
- Gak kerasa ya, ternyata tulisannya bisa sampe 4000an kata. Ini teh padahal belum termasuk deleted scenes. :))
- Semoga ceritanya menghibur ya, kalau ga menghibur, jangan protes juga.. Hihihi.. *dilemparin granat*
- Jangan lupa saksikan film The Raid mulai tanggal 23 Maret 2012 di bioskop kesayangan Anda!
Link FFN
Sebagai pengenalan, tokoh-tokoh yang dipakai di fanfic ini adalah sebagai berikut:
Iko Uwais - Rama
Joe Taslim - Jaka
Pierre Gruno - Wahyu
Tegar Satrya - Bowo
Iang Darmawan - Gofar
Eka Rahmadia - Dagu
Verdi Solaiman - Budi
R. Iman Aji - Ari
Genre : Humor (karakter diusahakan tetap Canon, tapi.. :p )
Timeline : Seminggu sebelum Serbuan Maut!
Rating : PG
Disclaimer : Tokoh yang dipakai dari film the Raid keluaran PT Merantau Films.
Latihan a la Pasukan Serbuan Maut!!
“Halo, kenalin, nama gue Rama Bratayudha. Atau cukup panggil gue Rama ajah yah!” ujar Rama mengenalkan diri kepada teman setimnya yang baru di pasukan SWAT Mawar-Melati. Tetapi sepertinya tak ada yang menggubrisnya, yang lain tetap melakukan kegiatan masing-masing tanpa mempedulikan kehadiran Rama. Ada yang sedang menyemir sepatu, mengelap senjatanya, bahkan ada yang mengelap kepala teman mereka yang botak biar tetep kinclong!
Merasa didiamkan seperti itu, Rama pun jadi sewot, membanting tas bawaannya lalu berteriak, “Wooy! Pada merhatiin gue gak sih, udah capek-capek kenalan, kagak ada yang nanggepin!”
“Haduh, berisik amat sih lo!” kata salah seorang pasukan yang tadi sedang mengelap kepala temannya. “Lagian, emangnya kita butuh perkenalan lo apa? Nih, tadi pagi pak Komandan nyuruh kita nge-add lo di fb, jadi kita udah tau siapa elo sebenernya. Dan kita ngediemin lo juga karena elo duluan yang ngediemin kita, sampe sekarang akun kita belum ada yang di-aprup ama lo! Ckckck..”
“Eh, iyakah?” Rama merasa bersalah. “Ya udah, maaf deh bang.. err..”
“Dagu!”
“Iya, maaf ya bang Dagu dan semuanya, Handphone gue lobet pas tadi di jalan, jadi belum bisa fb-an dan nge-aprup kalian semua.. Hehe..” ucap Rama seraya menyalami tangan semua orang yang ada satu-per-satu. “Jadi, kita udah baikan kan? Gue udah diterima di tim ini kan?”
Suasana hening sejenak, kemudian tanpa dikomando, semua pun serentak berkata:
“TERIMA DULU PERTEMANAN KITA DI FB!!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama masih tertidur ketika tiba-tiba terdengar suara bising sirine sebagai tanda agar para pasukan bersiap-siap. Dengan malas-malasan, Rama mengusap bekas air liur yang di sekitar bibirnya, membuka matanya, kemudian bangun. Memaksakan diri, Rama pun mencuci mukanya di kamar mandi, lalu memakai seragam SWAT-nya.
“PASUKAN SIAAP!!” ujar salah seorang pria berbadan tegap dengan mata agak sipit yang baru masuk ke barak Rama dkk tepat setelah Rama memakai sepatu kanannya. Yeah, hanya sepatu kanan, sepatu kirinya belum dia pakai. Tetapi mendengar-aba-aba tadi, mau tak mau Rama harus dalam posisi berdiri tegap, tanpa mempedulikan kaki kirinya yang masih nyeker. Tapi Rama bukan satu-satunya pasukan yang belum siap, lihat saja tuh, si Bowo –teman setim Rama yang tidur di ranjang sebelahnya- bahkan masih belum pakai celana panjangnya, padahal sepatunya sudah dia pakai. Ada juga si Gofar, yang walaupun semua pakaian, celana, dan sepatu sudah lengkap dia pakai, tapi di kepalanya itu bukannya menggunakan helm, malah menggunakan bando pink yang ada kupu-kupu menclok di atasnya.
“Ckckck.. Mengecewakan!” kata pria tadi lagi, diam-diam Rama membaca nama yang tertera di atas saku bajunya, ‘Jaka T Fitrah’ ketika dia melewati Rama. “Gue sebagai Komandan di tim ini sangat kecewa dengan kedisiplinan kalian! Seharusnya setelah 5 menit dari bunyi sirine, kalian sudah harus siap sedia. Lha ini..” kata-kata Komandan Jaka menggantung, ketika dia melirik jam tangannya, “ Baru 2 menit aja, ga ada yang siap sama sekali..” diam sebentar, beliau mengecek jamnya lagi, lalu bergumam, “Eh, baru 2 menit ya.. Gue kecepetan dong! Pantesan belum pada siap..”
Semua pasukan berusaha mencuri dengar, apa yang digumamkan Komandan mereka, sampai si Komandan berbicara lagi..
“Pokoknya untuk saat ini, gue maafin ketidak-disiplinan kalian! Jadi, gue gak akan ngasih hukuman..” katanya, tanpa mau mengakui bahwa dia yang salah. “By the way, minggu depan, tim kita dapet surat perintah buat nyerbu satu gedung yang disinyalir sebagai markas dari salah satu gembong narkoba di negeri ini. Jadi, mulai hari ini sampai H-2 menuju penyerbuan, kalian bakal ngejalanin latihan supaya misi ini dapat berjalan dengan baik. Well, kalau gitu, gue tunggu kalian dengan pakaian dan peralatan lengkap di lapangan 5 menit dari sekarang! Ingat, 5 menit ya bukan 2 menit!”
-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-
Latihan hari pertama, dimulai dengan latihan menembak. Sebelum latihan, pasukan Rama dkk dibagi menjadi beberapa kelompok. Rama sendiri masuk ke dalam kelompok yang terdiri dari Bowo, Dagu, Ari, dan Budi. Untuk membuat semua pasukan bersemangat, Komandan Jaka pun bakal memberikan hadiah kepada tim atau kelompok yang berhasil memperoleh penilaian yang baik selama latihannya. Ah, sepertinya kelompok-kelompok yang sudah dibagi tadi akan tetep saling bersaing menjadi yang terbaik tanpa peduli ada hadiah atau tidak. Apalagi kali ini yang menawarkan hadiah adalah Komandan Jaka. Bukan apa-apa, kata Bowo yang udah agak lama dipimpin oleh beliau, hadiah dari Komandan Jaka selalu aneh-aneh. Sebagai contoh, beberapa bulan lalu ketika ada latihan serupa seperti ini, tim yang menang diberi hadiah satu set DVD film Rambo dari film pertama sampai ke-4. Eh, apa yang aneh kalau begitu ya? Selidik punya selidik, ternyata dvd film yang covernya memang bergambar Rambo tersebut malah berisi tentang film ketika Komandan Jaka ‘berperang’ melawan musuh dari kelurahan-kelurahan lain se-Jakarta dalam rangka lomba karambol.
Kembali ke Rama, kelompoknya pun kali ini bertekad untuk memenangkan persaingan dengan kelompok lain. Dimulai dengan sesi menembak ini, mereka yakin mereka bakal banyak menembak sasaran dengan mudah.
“Ram, awas ya, jangan sampai kita kalah gara-gara elo!” ancam Bowo yang dianggap paling senior di kelompok mereka.
“Tenang aja, bang! Soal tembak menembak mah.. Keciiiil!” Rama percaya diri.
“Jyaah, elo masih baru aja udah belagu. Gue yakin, nembak cewek aja elo gak becus, apalagi nembak ginian!” Dagu ikutan menceramahi.
“Walah, si abang Dagu gak tahu apa.. Soal tembak-menembak cewek mah masanya udah lewat, soalnya gue udah punya istri, bang. Malahan berkat hasil tembakan gue, istri gue udah bunting lagi tuh! Hehe..”
“Berarti level lo emang di atas Dagu, Ram. Soalnya sampe sekarang, Dagu malah masih jomblo! Hahaha..” kata Budi, disambut cemberutan dari Dagu.
“Whatever lha!” Bowo lagi yang bicara. “Pokoknya mau gimana pun, kalau tim kita kalah, elo yang bakal gue salahin, soalnya elo paling junior di sini, ngerti!”
“Tapi bang, saya juga kan masih ba..” Ari mencoba menyanggah tapi keburu dipotong oleh Bowo lagi.
“Baru apanya?” potong Bowo. “Elo kan gabung ke tim lebih cepat sejam daripada Rama, lagipula pertemanan FB kita ga dipending kayak waktu kita nge-add dia..”
Masih soal pertemanan FB? Batin Rama. Ya sudahlah, memang sudah takdirnya kali, dia harus jadi objek penderita di kelompoknya.
“Eh, ngomong-ngomong sekarang giliran kelompok kita maju lho!” ujar Rama mencoba mencairkan suasana. Yang langsung dijawab oleh Bowo dan Dagu dengan, “IYE TAUK!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Anggota kelompok diberi giliran untuk menembak masing-masing sasaran dari yang berjarak hanya 3 meter sampai yang paling jauh 10 meter. Sasaran tembak, sengaja dibuat menyerupai tubuh manusia. Sasaran paling utama adalah dada dan kepala. Setiap satu sasaran hanya boleh ditembak sebanyak 3 kali. Penilaian pun diperoleh dari hasil mereka menembak sasaran tersebut, semakin mendekati atau malah tepat sasaran nilai semakin bagus.
Dari kelompok Rama, Budi yang maju duluan. Tanpa ragu, dia menembak 5 sasaran dengan jarak paling dekat sampai paling jauh yang ada di hadapannya. Hasilnya tidak mengecewakan, dari total nilai maksimal 150 poin, Budi memperoleh nilai 112 (sebetulnya nilai aslinya 97, tapi tadi di belakang dia nyogok juri pake rokok sebatang). Selanjutnya Ari yang maju, sebagai yang paling muda, rupanya dia mahir juga. Kalau tidak percaya, lihat saja ke sasaran tembak yang sudah jadi korbannya, 90% dari sasaran, tertembak di bagian ‘kemaluan’-nya! Alhasil, saat Ari sudah menyelesaikan gilirannya, Dagu dan Bowo yang masih jomblo, hanya bisa melirik Ari seraya menutupi ‘barang berharga’ mereka dengan kedua tangan. Mungkin yang ada di benak mereka sekarang adalah ‘Gue gak mau berurusan ama dia, apalagi kudu baku tembak, bisa ma-de-su, masa depan suram! Gue kan belum nikah!’ Tapi, setelah dihitung oleh para Juri, nilai yang diperoleh Ari adalah 69, daerah ‘situ’ poinnya emang tidak terlalu besar sih.
Kini giliran Dagu. Hasil tembakannya random abis. Hampir semua pelurunya yang ditembaknya menyebar di beberapa bagian, dari ketiak, dada sebelah kiri, puser, leher, bahkan hampir mengenai kucing yang sedang kawin di bawah sasaran tembak dan tak lupa menembak dirinya sendiri, err, menembak bagian dagu maksudnya. Nilai yang didapat olehnya, 102.
Setelah itu Bowo yang beraksi. Tak perlu ditanyakan lagi soal kemampuannya, sebagai senior dia harus bisa memberi contoh yang baik kepada junior. Sebagai bukti, dia berhasil menembakkan pelurunya tepat di dada dan kepala pada semua sasaran tembak, kecuali sasaran tembak dan peluru terakhir yang meleset ke telinga kanan dari sasaran tembak (suatu pertanda?). Total nilai yang diperoleh adalah 144.
Dengan bangga dan sedikit belagu karena hasil yang diperolehnya bagus, Bowo mengambil sapu tangan di sakunya, mengelap keringat di dahinya sambil menunjuk ke arah Rama lalu memamerkan tangan dengan jempol mengarah ke bawah padanya, seperti mengisyaratkan: ‘thumb’s down for Rama!’. Namun secara tak sengaja dia menjatuhkan sapu tangannya tadi ke tanah. Sesaat, Bowo terlihat memberengut, tapi dia membiarkan sapu tangannya itu, dan memberikan kesempatan kepada Rama untuk maju.
Yak, akhirnya, giliran Rama yang siap untuk memamerkan kemampuan menembaknya. Tanpa kesulitan berarti, dia menembak sasaran pertama dengan tepat. Lanjut dengan sasaran kedua yang satu pelurunya meleset ke sekitar perut. Sasaran ketiga tampak begitu mudah, lagi-lagi semuanya tepat sasaran. Sampai di yang keempat, Rama mulai agak kesulitan, hasilnya dia mengenai pipi kiri, dada kanan, dan dada kiri. Terakhir, sasaran yang paling jauh, satu tembakan tepat mengenai, sedangkan dua tembakan lagi menembak udara kosong karena Rama terpeleset sapu tangan yang tadi dijatuhkan Bowo! Eh, ralat deh, peluru terakhir kena ranting buah mangga matang yang langsung jatuh ke tanah. Selidik punya selidik, ternyata di sapu tangan itu ada kulit pisangnya, sehingga Rama yang tak sengaja menginjaknya jadi kehilangan keseimbangan. Rama yang tahu siapa pemilik sapu tangan itu langsung melirik ke orangnya, tapi bukannya menunjukkan penyesalan, Bowo malah menunjukkan thumb’s down-nya lagi sambil tersenyum picik.
Namun tiba-tiba.. GEPLAK!! Belakang kepala Bowo dipukul telak oleh Budi.
“O’on, lo! Kelompok kita jadi ada di peringkat dua tuh, gara-gara beda cuma dua poin.. Kenapa si Rama dibuat kepeleset sih?”
“Buset, udah berani ya sekarang.. Mukul senior lo?”
“Eh, eh, maap bos! Kelepasan!” Budi langsung mengusap kepala seniornya itu, terlihat takut-takut. Kemudian dia berbisik pelan kepada Ari dan Rama yang baru datang ke tempat mereka. “Walaupun udah lama juga sih pengen mukul. Hehe..”
“Semua gara-gara Rama! Pake kepeleset segala!” Dagu kelihatan kesal.
Bowo mengangguk tanda setuju. “Iye, Ram. Gara-gara elo nih! Gue sebagai pencetak nilai tertinggi, jadi tersinggung! Nyape-nyapein gue aje..”
“Kata siapa bang Bowo pencetak nilai tertinggi?” timpal Rama kalem.
“Lha, emang iya kan? Emangnya siapa yang nilainya lebih tinggi dari gue?”
“Tanya juri aja noh!”
Sambil berkata itu, Rama menunjuk ke arah juri pengawas, Komandan Jaka dan Wahyu, yang terlihat sedang mojok berdua sambil memakan sesuatu.
Bowo dan Dagu yang penasaran langsung mendatangi para juri dan menanyakan berapa nilai Rama. Juri yang ditanya hanya menjawab singkat ‘150!’ kemudian mereka makan lagi. Oh, rupanya mereka sedang memakan buah mangga matang yang jatuh karena tembakan Rama. Makanya mau bagaimanapun hasil tembakan Rama, dengan mangga itu juri langsung memberikan nilai sempurna. Harap maklum ya, karena mangga itu memang sudah menjadi incaran Jaka dan Wahyu semenjak mereka latihan tadi pagi. Apalagi, istri Komandan Jaka ‘kan sedang hamil dan ngidam buah mangga. Sehingga mau tak mau, Komandan Jaka mewakili istrinya untuk memakan buah mangga itu.
“Gimana, bang? Siapa yang nilainya paling tinggi?” tanya Rama kepada Bowo dan Dagu. “Pokoknya, makasih ya bang, berkat sapu tangan keberuntungan punya abang! Hehe..”
Rama, Budi, dan Ari pun tersenyum senang melihat ekspresi dua senior mereka yang terlihat cemberut itu. Bowo dan Dagu kesal karena tidak bisa menumpahkan kesalahan kepada Rama. Mau menyalahkan Ari yang mendapat nilai paling kecil, mereka takut karena teringat hasil tembakannya.
“Ya udah, gue tunggu lo di latihan berikutnya! Buat kesalahan sedikit, gue pelintir idung lo!” ujar Bowo.
“Camkan, itu ya, Ciiin!” tambah Dagu.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari berikutnya adalah latihan halang rintang. Mereka harus siap melewati berbagai rintangan seperti kolam lumpur yang hanya bisa dilewati dengan gelantungan, celah sempit yang hanya bisa dilalui dengan cara merangkak atau tiarap, lalu ada juga tembok setinggi 3 meter yang harus dipanjat menggunakan tali, sedangkan ketika turun mereka harus loncat ke kolam sedalam 2 meter lalu berenang ke tepian, terus ada lagi rintangan yang mengharuskan mereka mengendap-ngendap tanpa menimbulkan suara (NB: saat mereka lewat di depan kamar istri pak Komandan yang lagi tidur siang). Belum sampai di situ, masih ada rintangan untuk melewati ranjau darat yang terpasang di lapangan seluas lapangan tenis. Jika ada yang salah injak, ranjau darat itu akan meledak dan menyemburkan cat berwarna merah darah. Ada juga sih ranjau yang ketika diinjak tidak meledak, tapi malah membuat si penginjak misuh-misuh tak keruan sepanjang hari. Ranjau apakah itu? Simpel, itu ranjau ‘buatan’ hewan, hewan yang sering digunakan untuk membajak sawah. Ranjau itu adalah kotoran kerbau!
Di latihan ini, kelompok Rama dkk berhasil menempati urutan pertama. Setelah mereka meraih waktu tercepat dalam melewati semua rintangan yang ada. Namun sayang, mereka harus terkena pinalti, dikarenakan Dagu yang menginjak ranjau ‘buatan’ hewan itu. Alhasil, mereka lagi-lagi harus puas berada di peringkat kedua, di bawah kelompok Gofar.
“Waduh, Dagu! Kenapa lo bisa kena ranjau sih?!” kata Bowo naik pitam.
“Sori, bos! Gue gak sengaja, lagian kayaknya pas lari, bodi gue kesenggol ama Rama tuh. Makanya gue nginjek ranjau yang tadinya gue kira itu batu!”
Bowo yang merasa punya alasan untuk menyalahkan Rama langsung mendampratnya.
“Nah, kan. Gue bilang dari awal juga apa, elo emang biang masalah di sini. Dasar anak baru!”
Bibir Rama baru saja membuka bersiap untuk membantahnya, tetapi keduluan oleh Budi yang ngomong, “Tapi bos, si Rama ada di sebelah gue pas lari, berarti dia paling ujung. Sedangkan yang di tengah kan si Ari, tapi dia juga pas lari jauh dari Dagu..”
Ada saksi, Dagu pun tak bisa berkutik dan mengaku, “Okeh, okeh, tadi gue jauh dari kalian bertiga..”
“Kalau mereka betiga jauh dari lo, berarti yang paling deket tuh gue, terus jadinya gue yang lo salahin karena udah ngedorong lo, gitu?” Bowo langsung menyimpulkan.
“Ngg, nggak bos, nggak! Ngg, kayaknya tubuh gue emang ujug-ujug oleng sendiri.. Hehehe..”
“Ya udah, pokoknya laen kali, elo jangan ceroboh lagi!” tegas Bowo, walaupun dalam hatinya lagi-lagi dia merasa kecewa karena tidak bisa menyalahkan Rama.
“Paling-paling kalau ceroboh lagi, ntar bakal kena senggolan mesra lagi dari si bang Bowo.. Hihi..” ledek Rama agak berbisik kepada Dagu. Bibirnya pun merekah menampakkan senyuman, membuat Dagu yang dimarahi semakin terlihat kesal.
-=-=-=--=-=-=-=-=-
Hari ketiga, latihan yang diberikan oleh Komandan Jaka adalah latihan fisik, yaitu lari Marathon sejauh dua kelurahan. Yah, kalau di kota sih dua kelurahan tuh paling juga hanya sejauh 2 km, tetapi ini di desa, Bung! Kelurahan satu dengan kelurahan lain itu bisa sampai berjarak 2,5 km! Oh, well, ternyata hanya berbeda sedikit ya? Tidak juga, karena dalam jarak sejauh itu rintangannya lebih rumit. Mungkin kalau bisa digambarkan, perjalanannya bakal seperti lagu soundtrack dari kartun Ninja Hattori, dimana mereka harus ‘mendaki gunung lewati lembah’ belum lagi mereka juga harus siap menyeberangi sungai-sungai yang deras dan juga harus melewati hutan yang masih lebat. Bisa dibilang, latihan halang rintang kemarin itu bisa dihitung sebagai pemanasan dari latihan kali ini yang dijamin bakal lebih ekstrim!
“Guys, gue emang senior yang kurang bersahabat dengan kalian,” Bowo memulai kata-katanya, “tapi harus gue akui, kalian adalah tim terbaik yang pernah gue miliki. Jadi, gue harap kita jangan kalah lagi! So, di latian kali ini gue udah nyiapin ‘sesuatu’ buat kalian..”
“Bencana nih! Bang Bowo tiba-tiba jadi baik. Pasti ada udang di balik ‘sesuatu’!” cerocos Rama, ada nada sarkasme dalam kalimatnya.
“Sesuatu?” Dagu terlihat bingung. “Maksudnya?”
“Gue udah nyiapin minuman buat kalian, minuman yang gue yakin bisa ngebuat kalian kuat sampai tujuan, bahkan bisa jadi yang tercepat!”
“Nah, kan udang di balik sesuatunya mulai keliatan..” singgung Rama lagi. “Tapi kan bang, kata Komandan Jaka, kita gak boleh make doping atau minuman penambah stamina kan!”
“Iya, itu kalau doping atau minuman penambah stamina, Rama sotooy!” komentar Bowo, sembari menekankan nada suaranya di kata terakhir. “Minuman dari gue ini kan bukan minuman kayak gitu, ini cuma air putih biasa yang dido’ain terus dikasih campuran sesuatu ama dukun Jarkom semalem. Buru nih, ambil seorang sebotol.. Terus minum ampe abis!”
Budi, Ari, dan Dagu yang memang sedang haus langsung menerima minuman dari Bowo dan menenggak sampai habis, sedangkan Rama malah menolak tawaran.
“Sori de mori aja ya, bang! Kemaren aja pas latihan halang rintang, kita bisa jadi yang paling cepet tanpa bantuan minuman apapun. Jadi gue gak mau tuh minum-minuman gak jelas kayak gitu!”
“Bujuug, ini orang lama-lama nyebelin ya.. Buruan minum!”
“Lha, abang sendiri kenapa ga minum? Kita kan berlima, tapi botolnya cuma 4. Ya udah, buat abang aja deh yang itu..”
“Gue gak minum, soalnya.. Ah, gak penting deh, ngapain juga gue jawab pertanyaan lo!” Bowo mencoba berkilah dari pertanyaan Rama. Rama sendiri tahu, pasti ada yang tak beres dengan minuman itu. Hanya saja, dia tak tahu apa. “Pokoknya kalo lo sampe bikin tim kita kalah lagi, karena kesongongan lo, tunggu aja ntar..”
“Sip, bang.. Tunggu aja terus ya, gue mah mau lari duluan aja kalo gitu..”
Rama yang selalu menjadi objek penderita, tetap santai menghadapi seniornya itu. Setelah peluit tanda timnya harus maju, dia pun segera berlari bersama dengan Ari, Budi, dan Dagu. Sementara Bowo masih berdiri mematung, seraya memasang tampang geram kepada Rama. Tetapi Bowo tak terlalu lama juga sih diamnya, karena sesaat kemudian kepalanya ditoyor oleh Komandan Jaka yang menyuruhnya maju juga.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama, Budi, Ari, Dagu, dan Bowo sudah mulai kelelahan ketika mereka telah berlari sejauh satu setengah kilometer. Bagaimana mungkin mereka tidak lelah, di satu kilomter pertama mereka harus melewati beberapa anak sungai dan berlari menanjak ke atas bukit. Sesampainya di bukit pun mereka tak bisa beristirahat terlalu lama. Selain karena mereka tak ingin terkejar oleh kelompok lain, mereka juga harus mengejar tukang es doger yang lewat di depan mereka. Masalahnya, si tukang es doger ini bukannya berhenti ketika dipanggil oleh Rama cs, dia malah tetap nyelonong terus. Oh, ternyata bukan karena sengaja si tukang es maen nyelonong, pada kenyataannya dia tak bisa menahan laju sepeda gerobaknya yang memang sedang berada di jalan menurun. Remnya blong gitu lho!
Kejar-kejaran pun terjadi, setelah melalui berbagai rintangan saat pengejaran, seperti jalan berbatu, jalan berlumpur, bahkan jalan berpolisi tidur (padahal jalannya di hutan lho)! Mereka akhirnya bisa menghentikan sepeda si tukang es doger. Rama cs pun beristirahat sebentar, memesan es dogernya, kemudian mengobrol dengan si tukang es.
“Bang, kok bisa sih jualan di hutan sepi kayak gini?” tanya Rama.
“Oh, tentu bisa, dek.. Percaya atau nggak, jualan di sini malah lebih untung daripada jualan di kampung-kampung lho!”
“KOK BISA??” tanya mereka berlima berbarengan.
“Lha kan, kalau di kampung, satu porsi es doger paling juga saya jual dua ribu perak doang. Kalau di sini satu porsinya seratus ribu!”
“Emangnya ada yang beli?” sekarang si Ari yang bertanya.
“Jarang yang beli, tapi ada aja lha. Nih, contohnya adek-adek berlima lagi beli es doger seharga seratus ribu saya..”
Ngeek.. Mendengar harga minuman yang mereka pesan begitu mahal, mereka pun mundur menjauh dari tukang es. Sementara si tukang es masih sibuk menyiapkan es untuk mereka.
“Eh, cuy! Duit di kantong gue cuman ada gopek nih –bekas kerokan pula- , gimana bisa bayar es seharga cepek ceng gitu?!” ucap Dagu dengan ekspresi lemas, semua ucapannya tampak jujur.
“Gue sih ada goceng..” kata Budi.
“Nih, kalo gue serebu tinggal selembar-lembarnya!” kata Ari seraya menunjukkan uang di tangannya.
“Elo punya berapa duit, Ram?” Bowo bertanya kepada Rama. “Jangan bilang elo gak ada duit ya, kan elo yang udah nyetop si abang tukang es, jadi elo yang kudu tanggung jawab!”
Diteriaki Bowo, Rama malah senyum-senyum, sejurus kemudian kedua tangannya mengeluarkan isi dari kantongnya yang menandakan bahwa isi kantong itu kosong melompong.
“Udah gue duga! Walaupun elo keliatannya ga suka gue, ternyata elo ngefans juga ya ama gue, buktinya isi kantong kita sama!” kata Bowo sambil bernarsis sedikit. “Terus sekarang kita kudu ngapain nih?”
“Gue ada ide..” sambil berkata ini, Rama melirik kepada Ari dan Budi. “Bagaimana kalau kita.. KABUUUUUURR..!!”
Dengan secepat kilat, Rama beserta Ari dan Budi langsung mengeluarkan jurus langkah seribu, meninggalkan Bowo dan Dagu yang masih bengong karena belum connect dengan rencana Rama. Setelah diteriaki oleh tukang es doger yang tak rela kehilangan pelanggan, Bowo dan Dagu pun segera ikutan berlari.
“TUNGGUUUU.. Cerita tadi cuma becanda doang kok! Aslinya emang dua rebu perak. Kok pada percaya sih?” usaha terakhir dari tukang es merayu Rama cs, tapi sayang, mereka sudah berpuluh, beratus, bahkan beribu-ribu langkah darinya. Moral dari cerita tukang es: kalau kalian tidak bakat ngegaring, jangan pernah bercanda sama orang lain, karena mereka akan menganggapnya serius!
Berkat kejadian ketemu tukang es, kelompok Rama berhasil sampai di finish duluan. Lebih cepat satu jam dari kelompok-kelompok lain di belakangnya. Sungguh ajaib memang. Sekarang kelompok mereka memimpin perolehan nilai sementara dari kelompok lain.
Mereka tampak lega sekali. Terutama Bowo yang merasa bangga setelah melihat minuman Ki Jarwo yang dia berikan kepada teman-temannya ternyata manjur. Bowo juga lega, karena teman-teman yang meminum minuman itu tak tahu, bahwa campuran yang diberikan Ki Jarwo ke air putih itu adalah peresan air keringat dari kaos kutang beliau!
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari terakhir, seharusnya menjadi latihan tersulit bagi semua pasukan SWAT Mawar-Melati. Tapi ternyata tidak. Di latihan terakhir, mereka hanya disuruh mengupas bawang merah sebanyak-banyaknya dalam waktu 30 menit! Rencananya di latihan terakhir ini bakal jadi latihan sparing antar kelompok. Tapi ternyata, Komandan Jaka yang lagi-lagi kudu mengikuti istrinya yang sedang ngidam jualan bawang goreng sebanyaknya. Tak tahulah benar atau tidaknya alasan Komandan Jaka itu, yang pasti hasil penjualan bawang goreng itu bakalan digunakan untuk mengoperasi plastik wajah pasukan SWAT yang paling jelek. So sweet sekali bukan? Well, itu pun kalau penjualannya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Hehehe..
“Bersiap.. MULAI” teriak Komandan Jaka, diikuti satu tembakan pistol oleh Komandan Wahyu, menandakan latihan ini dimulai. “Ayo cepet potong bawangnya! Umpama-in bawang goreng itu sebagai musuh kalian! Bayangin si bawang sebagai orang yang pernah ngerebut permen kalian ketika masih kecil, pernah ngentutin kalian tepat di depan idung, bayangin kalo si bawang sering ngeledekin mata kalian sipit, atau dia suka nakut-nakutin kalian dengan hal yang kalian benci atau si bawang itu adalah orang yang pernah nolak cinta kalian! Iris saja dia, iris orang itu!”
Walaupun terdengar seperti curhat colongan, kata-kata penyemangat dari Komandan Jaka rupanya berhasil. Ketika mendengar permen yang direbut, Ari terlihat makin menggebu-gebu. Bawang sebagai tukang kentut, membuat Bowo semakin berapi-api. Mata sipit? Budi yang terlihat makin panas. Sering nakutin? Dalam benak Rama tiba-tiba tergambar seonggok kerupuk, bergidik sejenak, kemudian dia iris-iris bawang di tangannya dengan penuh dendam kesumat. Namun, ketika mendengar orang yang menolak cinta, Dagu-lah yang paling merasakan efeknya. Tetapi bukannya tambah semangat seperti yang lain, dia malah menangis!
“Dagu, nape lo nangis?” Bowo terlihat khawatir.
“Ng-nggak, bos.. Gara-gara bawang kayaknya.. Hiks.. Hiks..”
“Ya udah, pokoknya cepetan, jangan lelet..”
Tiga puluh menit, benar-benar seperti waktu yang lama bagi mereka yang mengikuti latihan ini. Masalahnya efek perih dari bawang merah yang dikupas baru terasa sepuluh menit dari komando Komandan Jaka. Beliau sendiri sudah tidak menyemangati pasukannya lagi. Yang dilakukannya sekarang malah menonton kembali video saat dia menjadi kontestan dalam lomba coverboy untuk mading di salah satu RW di daerahnya.
Latihan kali ini pun walaupun terlihat sebagai latihan paling ringan diantara latihan sebelumnya, ternyata malah yang paling memakan korban! Sudah berpuluh jari yang berdarah akibat mereka kehilangan konsen ketika mengupas bawang. Bahkan ada yang kepalanya berdarah juga gara-gara latihan ini! Eh, salah deh.. Kepala berdarah itu sih karena ada salah seorang pasukan yang ngupas bawang sambil mencet jerawat di jidatnya, alhasil pas jerawat sukses dipencet, berdarahlah ia..
“SELESAI!!” teriak Komandan Jaka ketika stopwatch-nya telah sampai ke menit 30.
Dia pun segera mengecek satu per satu kelompok dimulai dari kelompok Gofar yang berada paling ujung sampai terakhir ke kelompok Rama. Akhirnya, setelah memeriksa dan menimbang hasil bawang yang dikupas dari setiap kelompok, Komandan Jaka pun mengumumkan kelompok mana yang paling banyak mengupas bawangnya.
“Dengan berat hati, gue umumin bahwa yang berhasil ngupas bawang merah paling banyak adalah kelompok..” semua orang menahan napas, tegang.. “Bowo cs!”
Rama dan kawan-kawan pun langsung riuh merayakan kemenangan mereka. Jadi, sudah pasti mereka yang memimpin perolehan tertinggi dari seluruh latihan yang ada.
“So, udah keliatan kan kelompok mana yang menang dari semua latihan? Kalo gitu, secara resmi gue manggil kelima anggota kelompok itu untuk memberikan hadiah spesial sesuai janji gue waktu itu!”
Rama, Budi, Ari, Bowo, dan Dagu pun maju ke depan. Komandan Jaka dan Wahyu menyalami mereka satu per satu. Kemudian Komandan Jaka mengambil sebuah goodie bag yang telah disiapkan di mejanya kepada mereka berlima.
“Silakan dilihat isinya..”
Sambil takut-takut, Bowo melirik isi dari tas itu.
“He? Cuma pulpen?”
“Cuma, kata lo? Itu lima pulpen yang ada di goodie bag yang lo pegang semuanya adalah pulpen bersejarah!” Komandan Jaka merasa tersinggung. “Yang warna merah, pernah dipake gue pas ujian untuk jadi SATPAM di salah satu hotel yang ternyata gagal. Yang warna ungu, pernah gue pake buat garuk pantat sama ngupil. Terus yang ijo, pernah dipinjem ama mantan cewek gue pas SMA. Yang item, adalah pulpen termahal yang pernah gue beli –dua rebu perak cuy! Terakhir, warna silver yang paling berharga, pernah gue pake pas minta tanda tangan ama bintang film action kedemenan gue - Joe Taslim! Nah, bersejarah semua kan! Udah, sekarang bagiin satu-satu..”
Rama tersenyum. Ternyata apa yang digambarkan oleh Bowo soal hadiah aneh dari Komandan Jaka, benar adanya. Overall, Rama sangat senang. Selain karena kelompoknya berhasil menjadi pemenang, dia pun merasa dia bakalan betah berada di tim SWAT Mawar-Melati ini. Semoga saja, di misi nanti tak ada kendala berarti dan semua tim bisa pulang dalam keadaan utuh.
“Oi, Rama!” panggil Komandan Jaka, saat melihat Rama menerima pulpen berwarna silver. “Jaga baik-baik pulpen itu ya, pulpen itu juga pernah gue pake pas minta tanda tangan Iko Uwais lho!”
“Siap, Dan!!” tegas Rama. “Tapi ngomong-ngomong, Iko Uwais itu siapa ya?”
Tamat
NB:
- Kalau gak salah, pangkat Jaka tuh harusnya cuma letnan ya? Tapi gak apa-apa deh, saya ganti jadi Komandan biar lebih kerenan dikit.
- Gak kerasa ya, ternyata tulisannya bisa sampe 4000an kata. Ini teh padahal belum termasuk deleted scenes. :))
- Semoga ceritanya menghibur ya, kalau ga menghibur, jangan protes juga.. Hihihi.. *dilemparin granat*
- Jangan lupa saksikan film The Raid mulai tanggal 23 Maret 2012 di bioskop kesayangan Anda!
Link FFN
Saturday, January 28, 2012
Petualangan Mike - a Linkin Park Parody
Merupakan lanjutan dari:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150321495631941
http://wewwkereen.blogspot.com/2011/09/fanfic-linkin-park-parody.html
Jadi baca dulu yang sebelumnya ya biar nyambung ^^
------------
Petualangan Mike
Eh, eh, kalian udah tau kan ama si Mike yang sukses dengan band Linkin Park yang didiriin (kelamaan duduk, jadi didiriin.. Hihi..) ama dia? Itu lho, band terkenal yang baru aja ngadain konser di Gelora Bung Karjo yang ada di pinggir Kali Ciliwung deket rumah dia di Taman Lengkeng. Pasalnya, konser itu tuh merupakan kombek (penulis orang sunda sih jadi ga bisa nulis ‘come back’ *digeplak*) mereka ke Indonesia, khususnya Bogor, setelah melanglang buana di luar negeri. Makanya konser itu tuh jadinya megah banget.. nget.. nget.. Dari sepuluh lagu yang mereka nyanyikan, tak ada satupun lagu yang nggak diikutin penontonnya. Bahkan satu lagu khusus yang baru aja dinyanyiin perdana di konser itu pun tetap dinyanyiin bareng ama semua! Ok, ok, terdengar lebay memang, masalahnya gimana mereka ga nyanyiin bareng, orang teksnya ketulis di layar gede yang dipasang di sayap kiri dan kanan panggung. Hihihi..
Nah, setelah konser itu tuh band Linkin Park bakalan liburan dulu deh. Hmm, sebenernya Mike sih ga mau libur konser, karena seperti yang kita ketahui dia tuh musik mania banget. Buat dia, tiada hari tanpa nyalurin bakat musik, makanya hari ini dia tuh berencana untuk ngamen ke seluruh kota Bogor seharian! Tenang aja, guys, uang hasil ngamennya dijamin bakal disumbangin buat penulis yang lagi kere ini nih.. *Bletak* Iya, iya, ralat deh.. Hasil ngamen bakal disumbangin ke Masjid di kampungnya yang keropaknya baru aja kemalingan (yang baca langsung ngelirik penulis *selepet satu per satu* hmm, gw emang kere, tapi ga akan ngerampok cuy!). Yak, kembali ke Mike yang lagi sibuk siap-siap untuk ngejalanin rencananya itu. Ngg, sebenernya tanpa persiapan juga sih, orang dia ngamennya cuman bermodalkan gitar ukulele dan wig panjang bule doang kok. Nah lho, kok ada wignya? Tentu aja sodara-sodara, si Mike ini pake wig supaya dia ga dikenalin ama orang lain, jadinya kan ntar hasil ngamennya aseli dari bakat musiknya, bukan dari ketenarannya. Ceileeh, sok iye ye? Heheh..
Bai de wei, si Mike juga tadinya ngajak temen-temennya buat ikut sih.. Tapi mau gimana lagi, ternyata di hari libur konser band LP ini, temen-temen se-bandnya itu punya kesibukan masing-masing juga. Ada si Jo yang lagi nostalgia maenin cobeknya buat ngulek pecel favorit warga kampung, si Chester yang lagi ngajarin sinden ke anak-anak asuhnya, ada juga si Rob yang seneng banget bisa maen rebana lagi ama geng rohis mesjidnya, sedangkan si Dave beneran sibuk buat ngedesain bass betot terbaru agar lebih nyaman digunain para waria, dan pastinya ada si Brad yang paling sibuk diantara anggota band lainnya, karena dari siang sampe sore ga boleh ada yang ganggu dia soalnya kegiatan dia tak lain dan tak bukan adalah.. TIDUR! Hihihi.. Nah, kan makanya setelah mendengar temen-temennya sibuk, alhasil si Mike cuma bisa berangkat sendiri deh.
Dengan bekal bismillah, Mike melangkahkan kakinya menuju jalan raya yang penuh dengan marabahaya serta tipu daya dengan segala upaya (sok nge-rima). Namun tak perlu menunggu beberapa lama, Mike telah mendapatkan angkutan umum pertama sebagai target untuk ngamennya. Yak, setelah menaiki angkutan itu Mike langsung menyanyikan satu lagu terbaru hasil eksperimennya yang berjudul ‘Vegetables MIX’ atau kalau ditranslet ke bahasa Endonesa jadi diartiin sebagai gado-gado alias pecel mun basa Sunda mah (nb: lagu terinspirasi dari kegiatan Jo di kampung). Hihi.. Lagu itu terus didendangkan tanpa henti, sampai tak terasa Mike sudah menempuh hampir nol meter perjalanan! Rrr, nol meter? Ga maju-maju dong? Ada apakah gerangan? Apa angkutan umumnya ngetem? Well, Selidik punya selidik, bukan salah di angkutannya ternyata, karena rupanya angkutan yang dinaikin Mike adalah kuda-kudaan keliling yang biasa dinaikin ama balita-balita. Dan sekarang si kuda-kudaan tuh emang lagi mangkal di situ. Tapi untunglah, walaupun Mike salah milih angkutan, dia tetep dapet hasil juga dari ngamen di situ. Dia dikasih dua rebu perak ama si Amang yang bawa kendaraan, karena katanya, si Mike teh udah mau ngegantiin radio tape-nya yang lagi rusak yang biasa dipake buat nyetel lagu anak-anak. Hihihi.. Sip, awal yang bagus, pikir Mike, dan dengan semangat 45 dia segera meluncur untuk mencari target selanjutnya.
Angkutan kedua telah datang. Sebelum naik angkutan tadi, Mike celingak-celinguk dulu, dia mau ngecek kendaraan itu, daripada salah lagi kan? Hmm, kendaraannya beroda empat, sopirnya satu, penumpangnya banyak, terus kenalpotnya satu, siplah beneran angkot ini mah! Hup, Mike yang udah ga sabar buat beraksi langsung loncat aja ama tuh angkutan umum dan ngegenjreng gitarnya seraya mulai menyanyikan lagu ‘Santai’-nya bang Haji Rhoma Irama yang dia remake menjadi berbahasa Inggris. Sontak saja, semua penumpang yang mendengarkan langsung ikutan joged, tak terkecuali sang sopir yang cuman bisa goyangin jempolnya doang (ya kalo goyang semua bisa bahaya cuy, bisa nyelonong rumah orang kali tuh angkotnya). Kurang lebih lima menit, lagu pun selesai dinyanyiin, tanpa sadar Mike membuka wignya dan menyimpan dalam posisi terbalik di tangannya dan mulai dia iderin ke semua penumpang untuk minta imbalan. Tapi kayaknya ga ada yang ngasih dia sepeser pun, ya udah deh dia pake lagi wig-nya, dan ups, dia pun baru sadar kalau barusan identitasnya bisa aja terbongkar. Beruntung, dalam angkot itu kayaknya ga ada yang ngenalin dia, jadi aman-aman aja dah. Maklum, penumpangnya udah emak-emak dan abah-abah semua.
“Dek, pokoknya kita mah ga mau ngasih duit sebelum mas nyanyiin lima lagu lagih!” ucap salah seorang penumpang yang keliatan paling muda, keliatannya doang, aslinya mah di atas 60an kali. Heuheu.. *ditimpuk penumpang tadi*
“Iyah, dek, nyanyi lagi yah? Nanti sayah juga ngasih uang deuh ke adek, nih kalo si adek gak percaya mah di-DP dulu sekarang dua ratus perak!” kata si Emak yang duduk paling pojok.
“Umi juga pengen denger suara adek lagi ih, daripada tiap hari denger suara ‘pales’ suami umi melulu.. Buruan atuh dek, nih ku umi mah dibayarnya langsung segepok!” ujar si Umi yang ada paling deket ama Mike. Ngomong-ngomong, segepok sih segepok, tapi sayangnya yang segepok itu bukan duit melainkan pisang. Hehehe..
“Nyanyi.. Nyanyi.. Nyanyi..!!”
Tiba-tiba secara serentak, semua penumpang meneriakkan kata itu, well, jadilah Mike tak punya pilihan lain selain bernyanyi lagi.
-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-
Setengah jam sudah Mike nyanyi di angkot itu, dan saking menghayati setiap lagu yang dinyanyikannya, dia tak menyadari jikalau para penumpang yang baik nan budiman sudah pergi ke alam bak.. er, ke alam mimpi. Bahkan suara ngorok para penumpang pun hanya dianggap sebagai pengiring lagu bagi Mike kali ye..
“Adek pengamen,” sahut pak sopir angkot sok sopan, “mau ampe kapan nyanyinya teh? Itu penumpang saya udah pada tidur lho!”
Nah, baru sadar deh si Mike-nya. Akhirnya dia cuma bisa merhatiin penumpang satu per satu sambil masang muka cengonya. Mungkin di dalam hatinya dia sedang membatin seperti ini, ‘Anjrit, jangan-jangan pas berangkat tadi gue lupa sikat gigi, jadinya mereka pada pingsan setelah gue nyanyi!’ *penulis ditimpuk gitar ukulele ama Mike* Huh, dasar si Mike, dia minta penulis buat ngedit suara batinnya nih, karena kata dia yang dia omongin dalam hatinya yang bener tuh kayak gini, ‘Anjrit, ternyata para penumpang bisa tidur saking terlena ama suara gue ya! Selain karena mulut gue yang masih bau..’ *gubraks*
“Oi, dek, kok pertanyaan akang sopir kagak dijawab?”
“Eh, iya kang, turun di sinih ajah..”
“Ya udah, gih lompat!” kata pak sopir semena-mena karena sambil ngomong gitu, kecepetan angkotnya kagak dia turunin.
“Gimana bisa lompat atuh kang, pelanin dikit lha angkotnya..”
“Boleh-boleh, tapi.. Wani piroo??”
Bletak.. Aw.. Mike yang tak percaya ama omongan pak sopir langsung nepok palanya, tapi kenapa beksonnya ‘Bletak.. Aw..’ ya? Oh, iya, si Mike kan masih pegang ukulele, jadilah dia nepok palanya bukan dengan tangan kosong tapi pake ukulelenya. Benjol-benjol dah tuh pala. Heuheu..
“Ya udah, kang, nih saya kasih uang dari si emak itu ama pisang segepoknya si umi.. Buru pelanin angkotnya!”
“Nah gitu dong.. Kan lumayan tuh, dua ratusannya bisa dipake buat ngerok, pisangnya bisa dimakan orok saya besok-besok.. Sok atuh turun, sook..” kata pak sopir sok-sokan nyaingin penulis buat bikin rima. Angkotnya kini dibuat berjalan perlahan.
Hupla.. Mike melompat dari angkot tadi dan mendapati dirinya tengah berada di pusat perbelanjaan terbesar di kota Bogor. Dimana lagi kalau bukan di pasar Bogor. Emang sih sebenernya ada pasar yang lebih gede dari pasar Bogor, tapi karena hampir semua angkot di Bogor tuh halte utamanya di sini, ya anggep aja ini pasar terbesar. Btw, tahukah kalian kalau orang-orang luar Bogor suka bingung kalo para sopir angkot neriakin tujuan angkotnya ke Bogor, padahal emang mereka udah ada di Bogor kan? For your info aja, yang dimaksud para sopir jurusan Bogor itu ya pasar Bogor tadi, makanya jangan heran lagi ya kalo kalian main ke Bogor (penulis ngitungin udah ada berapa kata Bogor yang ketulis di paragraf ini *dijitak Mike yang ga seneng dianggurin*).
Mau gak mau, Mike tersenyum karena dia pikir tempat ini pas banget buat dia ngamen. Kalau diistilahin mah pasar ini teh bisa dibilang ‘lahan basah’ kali ya. Benarkah demikian? Ok daripada berlama-lama, Mike pun segera beraksi menggelar lapak di pinggir jalan dengan membuka jaketnya sebagai tempat orang-orang lempar anak, eh, lempar duit. Setelah lapaknya kelar diberesin, Mike segera bernyanyi dan tak perlu waktu berapa lama, orang-orang sudah mengerumuni lapaknya. Di atas jaket yang dia gelar pun sudah mulai terlihat beberapa pecahan uang yang berserakan. Beneran ‘lahan basah’ ternyata yah atau benarkah demikian? Sambil tetep nyanyi, diem-diem Mike ngelirik ke jaketnya, dia pun terperangah kaget saat menyadari kalau di atas jaketnya itu selain ada uang receh beberapa ratus perak, ada juga lima keping jengkol muda yang begitu menggoda. Baik banget ya orang yang ngasih tuh jengkol. Gimana gak baik coba? Jengkol kan sedang langka di Bogor, harganya pasti lagi mahal. Bisa dibilang satu keping jengkol bisa setara dengan satu gram emas kali tuh.. *lebay max*
Mulut Mike terus bergerak ngikutin lirik lagu yang dinyanyiin. Sekarang udah lagu yang ketiga dan semakin banyak aja orang yang ngerumunin lapaknya. Well, makin banyak penonton bukan berarti hasil yang diperoleh pun makin banyak. Dari sepenglihatan Mike, duit yang nambah cuma sekitar 1500an rupiah euy. Malahan ada juga orang yang bukannya ngasih malah ngambil dua keping jengkol yang berharga itu (dalam benak Mike pun terbesit pikiran kalo yang ngambil jengkolnya pasti sekarang lagi ngelus, peluk, cium jengkolnya sambil beberapa kali ngomong ‘My precious!’ *digetok Smeagol si Gollum*). Terus, jadinya tempat ini bukan lahan ‘basah’ dong ya? Soalnya hasil yang didapat ga gitu banyak gitu lho. Yah, tak apalah, dapet berapapun Mike bakal tetep bersyukur. Seenggaknya masih ada yang menghargai karya pemusik jalanan.
“SATPOL PEPEEE!! TRAMTIIB!!” teriak kakek-kakek penjual cinderamata di sebelah lapak Mike tiba-tiba. Si kakek keliatan panik bener, liat aja tuh apa yang dilakuin dia sekarang begitu ngeliat ada satpol pp ama Trantib yang mau inspeksi dadakan. Saking paniknya, si kakek sampe kerajinan ngeberesin lapak dagangan dia, sama beresin lapak Mike juga! Ajegile, semua jerih payah Mike jadi ludes seketika dah. Hebatnya, belum sempet Mike bereaksi, si kakek tadi udah lari kencang ke arah berlawanan dari arah kedatangan mobil yang bertuliskan satpol pp di sisinya. Dalam hati Mike hanya bisa membatin, ‘itu kakek dulunya mantan atlet catur kali ya, sampe bisa lari sekenceng itu..’ *ga nyambung*
“Dek, lari, dek!” suruh si ibu yang tadi ngunjungin lapak Mike. “Mereka juga nangkepin pengamen juga lho!”
“He? Iyakah?”
“Cepet lari!!”
Mike nganggukin kepalanya, kemudian tanpa perlu aba-aba lagi dia pun berlari. Lari menjauh dari si ibu-ibu dan mendekat ke arah mobil satpol PP. Nah, lho! Salah arah Mike! Ya ampun, si Mike teh masih ngambek kali ya ama penulis, dibilang salah arah larinya masih tetep aja dia lari ke arah situ. Alhasil, salah satu petugas berhasil dengan mudah nangkep Mike yang akhirnya cuma bisa gelinjangan gak keruan dalam pelukan sang petugas yang bernama Adit. Si Mike pun digiring ke mobil satpol pp dan dinaikkan ke dalamnya.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
“Eh, Brad, si Mike masih belon balik juga dari LP Cilitak?” Tanya Jo, yang dijawab dengan ‘Yep’ singkat oleh Brad. “Euleuh, dua hari lagi kan kita teh harus mulai konser keliling dunia lagi!”
“Iyah tuh, gara-gara ketangkep Trantib waktu itu sih ya.. Kalo gini mah, gimana mau latian!” si Dave nimbrung.
“Udah ga apa-apa, jarang-jarang kan si Mike dapet pembelajaran kayak gitu.. Insya Allah positip buat kita juga nantinya..” Chester mencoba berpositip tingking. “Lagian ente mah Dave, sok ngatain si Mike, sendirinya tiap mau latian teh kedapetan lagi tidur melulu!”
“Bener, bener! Kalau nggak dibangunin sama si Hanipah mah ga akan mau bangun kali tuh! Hahahaha..” ledek Ro’uf, eh, Rob. Ngomong-ngomong Hanipah yang disebut ama Rob tadi tuh fans beratnya si Dave. Well, ketika penulis nyebut fans BERAT, maka itu bukan kiasan, alias begitulah adanya. Hanipah emang berbodi super big! Hehehehe.. *di-Smack Down Hanipah*
Kembali ke Mike, memang, semenjak kegiatan ngamennya seminggu lalu, Mike belum juga pulang ke base camp mereka uy! Tapi untung sih, belum sampe tiga kali lebaran tiga kali puasa, baru semingguan doang. Hehehe.. Hmm, emangnya ngapain aja sih dia di LP Cilitak? Apa dia ditahan alias dikerangkeng gara-gara ketangkep Trantib? Harusnya sih begonoh, tapi usut punya usut, si Mike cuma didata doang ama petugas dan dilepasin lagih pas kejadian ntuh. Nah, terus LP yang dimaksud temen-temen si Mike di percakapan di atas apa atuh? Lembaga Pemasyarakatan kan? Tentu aja bukan, karena yang dimaksud LP di situ, apalagi kalau bukan Linkin Park! *backsound: krik.. krik.. krik..*
Jadi, begini cerita benernya. Beberapa waktu setelah insiden Trantib, Mike pun berpikir bahwa sungguh ga enak banget ketika kita mengekspresikan diri, kita kudu dikejar-kejar ama aparat. Emangnya kita berbuat salah apa? Banci bukan, malak kagak, nyopet pun nggak, kentut doang yang kadang-kadang.. So, Mike pun mutusin buat ngebuat suatu wadah untuk mereka para pemusik jalanan agar bisa aman dan nyaman dalam mengekspresikan diri mereka, dan itulah cikal bakal dari markas LP yang terletak di kampung Cilitak. Insya Allah, sesekali mereka pun bisa dapet job undangan nyanyi atau perprom (baca: perform, biasalah namanya juga orang sunda *ngeles*) musik dari warga sekitar. Beberapa hari lalu aja ada yang diundang jadi pengiring musik di acara perpisahan murid PAUD kampung Situ Oke! Kan lumayan tuh, selain bisa ngeekspresiin diri, mereka pun bisa dapet penghasilan juga. Ujung-ujungnya mereka setor juga ke Mike, lumayan kan Mike dapet jatah! *Bletak*
Dari situlah, Mike mulai lebih sering berada di LP Cilitak. Selain untuk mencoba ngajarin gimana biar numbuhin brewok yang seksoy, dia juga ngajarin gimana supaya mereka bisa lebih kreatip dalam bermusik. Liat aja, suatu saat, pasti beberapa anak dari rumah singgahnya ini bakal ikut terkenal juga kayak Mike (diem-diem, Mike nyuruh beberapa anak buat ngelipsing lagu India, terus aplot pidionya di yutup).
Sip lah Mike, pokoknya mah kita semua ngedukung setiap niatanmu untuk terus memajukan blantika musik dunia. Tapi inget tuh, bandnya tetep jangan dilupain, masa mau konser tapi belum latian-latian juga. Betul ga kawan-kawan? GAAA!!
Selesai
NB :
- Harusnya dirilis ketika di ultahnya pak Adit di bulan Nov, tapi karena penulisnya waktu itu webe, jadi ketunda-tunda mulu inih tulisan. Wekeke.. Btw, lumayan kan pak, namanya kesebut! *kabuur*
- Endingnya terlalu terburu-buru n garing ya? Sengaja! Daripada punya utang mulu ke nama yang disebut di atas! *kabur lebih jauh* =))
- Mike, ngomong-ngomong kalau ada konser LP, jangan lupa kasih penulis tiket gratisannya ya, ikutan kuis di twitter dan fb gagal mulu sih! Hehehe..
- Last but not least, semoga terhibur! :)
Link di Note FB
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150321495631941
http://wewwkereen.blogspot.com/2011/09/fanfic-linkin-park-parody.html
Jadi baca dulu yang sebelumnya ya biar nyambung ^^
------------
Petualangan Mike
Eh, eh, kalian udah tau kan ama si Mike yang sukses dengan band Linkin Park yang didiriin (kelamaan duduk, jadi didiriin.. Hihi..) ama dia? Itu lho, band terkenal yang baru aja ngadain konser di Gelora Bung Karjo yang ada di pinggir Kali Ciliwung deket rumah dia di Taman Lengkeng. Pasalnya, konser itu tuh merupakan kombek (penulis orang sunda sih jadi ga bisa nulis ‘come back’ *digeplak*) mereka ke Indonesia, khususnya Bogor, setelah melanglang buana di luar negeri. Makanya konser itu tuh jadinya megah banget.. nget.. nget.. Dari sepuluh lagu yang mereka nyanyikan, tak ada satupun lagu yang nggak diikutin penontonnya. Bahkan satu lagu khusus yang baru aja dinyanyiin perdana di konser itu pun tetap dinyanyiin bareng ama semua! Ok, ok, terdengar lebay memang, masalahnya gimana mereka ga nyanyiin bareng, orang teksnya ketulis di layar gede yang dipasang di sayap kiri dan kanan panggung. Hihihi..
Nah, setelah konser itu tuh band Linkin Park bakalan liburan dulu deh. Hmm, sebenernya Mike sih ga mau libur konser, karena seperti yang kita ketahui dia tuh musik mania banget. Buat dia, tiada hari tanpa nyalurin bakat musik, makanya hari ini dia tuh berencana untuk ngamen ke seluruh kota Bogor seharian! Tenang aja, guys, uang hasil ngamennya dijamin bakal disumbangin buat penulis yang lagi kere ini nih.. *Bletak* Iya, iya, ralat deh.. Hasil ngamen bakal disumbangin ke Masjid di kampungnya yang keropaknya baru aja kemalingan (yang baca langsung ngelirik penulis *selepet satu per satu* hmm, gw emang kere, tapi ga akan ngerampok cuy!). Yak, kembali ke Mike yang lagi sibuk siap-siap untuk ngejalanin rencananya itu. Ngg, sebenernya tanpa persiapan juga sih, orang dia ngamennya cuman bermodalkan gitar ukulele dan wig panjang bule doang kok. Nah lho, kok ada wignya? Tentu aja sodara-sodara, si Mike ini pake wig supaya dia ga dikenalin ama orang lain, jadinya kan ntar hasil ngamennya aseli dari bakat musiknya, bukan dari ketenarannya. Ceileeh, sok iye ye? Heheh..
Bai de wei, si Mike juga tadinya ngajak temen-temennya buat ikut sih.. Tapi mau gimana lagi, ternyata di hari libur konser band LP ini, temen-temen se-bandnya itu punya kesibukan masing-masing juga. Ada si Jo yang lagi nostalgia maenin cobeknya buat ngulek pecel favorit warga kampung, si Chester yang lagi ngajarin sinden ke anak-anak asuhnya, ada juga si Rob yang seneng banget bisa maen rebana lagi ama geng rohis mesjidnya, sedangkan si Dave beneran sibuk buat ngedesain bass betot terbaru agar lebih nyaman digunain para waria, dan pastinya ada si Brad yang paling sibuk diantara anggota band lainnya, karena dari siang sampe sore ga boleh ada yang ganggu dia soalnya kegiatan dia tak lain dan tak bukan adalah.. TIDUR! Hihihi.. Nah, kan makanya setelah mendengar temen-temennya sibuk, alhasil si Mike cuma bisa berangkat sendiri deh.
Dengan bekal bismillah, Mike melangkahkan kakinya menuju jalan raya yang penuh dengan marabahaya serta tipu daya dengan segala upaya (sok nge-rima). Namun tak perlu menunggu beberapa lama, Mike telah mendapatkan angkutan umum pertama sebagai target untuk ngamennya. Yak, setelah menaiki angkutan itu Mike langsung menyanyikan satu lagu terbaru hasil eksperimennya yang berjudul ‘Vegetables MIX’ atau kalau ditranslet ke bahasa Endonesa jadi diartiin sebagai gado-gado alias pecel mun basa Sunda mah (nb: lagu terinspirasi dari kegiatan Jo di kampung). Hihi.. Lagu itu terus didendangkan tanpa henti, sampai tak terasa Mike sudah menempuh hampir nol meter perjalanan! Rrr, nol meter? Ga maju-maju dong? Ada apakah gerangan? Apa angkutan umumnya ngetem? Well, Selidik punya selidik, bukan salah di angkutannya ternyata, karena rupanya angkutan yang dinaikin Mike adalah kuda-kudaan keliling yang biasa dinaikin ama balita-balita. Dan sekarang si kuda-kudaan tuh emang lagi mangkal di situ. Tapi untunglah, walaupun Mike salah milih angkutan, dia tetep dapet hasil juga dari ngamen di situ. Dia dikasih dua rebu perak ama si Amang yang bawa kendaraan, karena katanya, si Mike teh udah mau ngegantiin radio tape-nya yang lagi rusak yang biasa dipake buat nyetel lagu anak-anak. Hihihi.. Sip, awal yang bagus, pikir Mike, dan dengan semangat 45 dia segera meluncur untuk mencari target selanjutnya.
Angkutan kedua telah datang. Sebelum naik angkutan tadi, Mike celingak-celinguk dulu, dia mau ngecek kendaraan itu, daripada salah lagi kan? Hmm, kendaraannya beroda empat, sopirnya satu, penumpangnya banyak, terus kenalpotnya satu, siplah beneran angkot ini mah! Hup, Mike yang udah ga sabar buat beraksi langsung loncat aja ama tuh angkutan umum dan ngegenjreng gitarnya seraya mulai menyanyikan lagu ‘Santai’-nya bang Haji Rhoma Irama yang dia remake menjadi berbahasa Inggris. Sontak saja, semua penumpang yang mendengarkan langsung ikutan joged, tak terkecuali sang sopir yang cuman bisa goyangin jempolnya doang (ya kalo goyang semua bisa bahaya cuy, bisa nyelonong rumah orang kali tuh angkotnya). Kurang lebih lima menit, lagu pun selesai dinyanyiin, tanpa sadar Mike membuka wignya dan menyimpan dalam posisi terbalik di tangannya dan mulai dia iderin ke semua penumpang untuk minta imbalan. Tapi kayaknya ga ada yang ngasih dia sepeser pun, ya udah deh dia pake lagi wig-nya, dan ups, dia pun baru sadar kalau barusan identitasnya bisa aja terbongkar. Beruntung, dalam angkot itu kayaknya ga ada yang ngenalin dia, jadi aman-aman aja dah. Maklum, penumpangnya udah emak-emak dan abah-abah semua.
“Dek, pokoknya kita mah ga mau ngasih duit sebelum mas nyanyiin lima lagu lagih!” ucap salah seorang penumpang yang keliatan paling muda, keliatannya doang, aslinya mah di atas 60an kali. Heuheu.. *ditimpuk penumpang tadi*
“Iyah, dek, nyanyi lagi yah? Nanti sayah juga ngasih uang deuh ke adek, nih kalo si adek gak percaya mah di-DP dulu sekarang dua ratus perak!” kata si Emak yang duduk paling pojok.
“Umi juga pengen denger suara adek lagi ih, daripada tiap hari denger suara ‘pales’ suami umi melulu.. Buruan atuh dek, nih ku umi mah dibayarnya langsung segepok!” ujar si Umi yang ada paling deket ama Mike. Ngomong-ngomong, segepok sih segepok, tapi sayangnya yang segepok itu bukan duit melainkan pisang. Hehehe..
“Nyanyi.. Nyanyi.. Nyanyi..!!”
Tiba-tiba secara serentak, semua penumpang meneriakkan kata itu, well, jadilah Mike tak punya pilihan lain selain bernyanyi lagi.
-=-=--=-=-=-=-=-=-=-=-
Setengah jam sudah Mike nyanyi di angkot itu, dan saking menghayati setiap lagu yang dinyanyikannya, dia tak menyadari jikalau para penumpang yang baik nan budiman sudah pergi ke alam bak.. er, ke alam mimpi. Bahkan suara ngorok para penumpang pun hanya dianggap sebagai pengiring lagu bagi Mike kali ye..
“Adek pengamen,” sahut pak sopir angkot sok sopan, “mau ampe kapan nyanyinya teh? Itu penumpang saya udah pada tidur lho!”
Nah, baru sadar deh si Mike-nya. Akhirnya dia cuma bisa merhatiin penumpang satu per satu sambil masang muka cengonya. Mungkin di dalam hatinya dia sedang membatin seperti ini, ‘Anjrit, jangan-jangan pas berangkat tadi gue lupa sikat gigi, jadinya mereka pada pingsan setelah gue nyanyi!’ *penulis ditimpuk gitar ukulele ama Mike* Huh, dasar si Mike, dia minta penulis buat ngedit suara batinnya nih, karena kata dia yang dia omongin dalam hatinya yang bener tuh kayak gini, ‘Anjrit, ternyata para penumpang bisa tidur saking terlena ama suara gue ya! Selain karena mulut gue yang masih bau..’ *gubraks*
“Oi, dek, kok pertanyaan akang sopir kagak dijawab?”
“Eh, iya kang, turun di sinih ajah..”
“Ya udah, gih lompat!” kata pak sopir semena-mena karena sambil ngomong gitu, kecepetan angkotnya kagak dia turunin.
“Gimana bisa lompat atuh kang, pelanin dikit lha angkotnya..”
“Boleh-boleh, tapi.. Wani piroo??”
Bletak.. Aw.. Mike yang tak percaya ama omongan pak sopir langsung nepok palanya, tapi kenapa beksonnya ‘Bletak.. Aw..’ ya? Oh, iya, si Mike kan masih pegang ukulele, jadilah dia nepok palanya bukan dengan tangan kosong tapi pake ukulelenya. Benjol-benjol dah tuh pala. Heuheu..
“Ya udah, kang, nih saya kasih uang dari si emak itu ama pisang segepoknya si umi.. Buru pelanin angkotnya!”
“Nah gitu dong.. Kan lumayan tuh, dua ratusannya bisa dipake buat ngerok, pisangnya bisa dimakan orok saya besok-besok.. Sok atuh turun, sook..” kata pak sopir sok-sokan nyaingin penulis buat bikin rima. Angkotnya kini dibuat berjalan perlahan.
Hupla.. Mike melompat dari angkot tadi dan mendapati dirinya tengah berada di pusat perbelanjaan terbesar di kota Bogor. Dimana lagi kalau bukan di pasar Bogor. Emang sih sebenernya ada pasar yang lebih gede dari pasar Bogor, tapi karena hampir semua angkot di Bogor tuh halte utamanya di sini, ya anggep aja ini pasar terbesar. Btw, tahukah kalian kalau orang-orang luar Bogor suka bingung kalo para sopir angkot neriakin tujuan angkotnya ke Bogor, padahal emang mereka udah ada di Bogor kan? For your info aja, yang dimaksud para sopir jurusan Bogor itu ya pasar Bogor tadi, makanya jangan heran lagi ya kalo kalian main ke Bogor (penulis ngitungin udah ada berapa kata Bogor yang ketulis di paragraf ini *dijitak Mike yang ga seneng dianggurin*).
Mau gak mau, Mike tersenyum karena dia pikir tempat ini pas banget buat dia ngamen. Kalau diistilahin mah pasar ini teh bisa dibilang ‘lahan basah’ kali ya. Benarkah demikian? Ok daripada berlama-lama, Mike pun segera beraksi menggelar lapak di pinggir jalan dengan membuka jaketnya sebagai tempat orang-orang lempar anak, eh, lempar duit. Setelah lapaknya kelar diberesin, Mike segera bernyanyi dan tak perlu waktu berapa lama, orang-orang sudah mengerumuni lapaknya. Di atas jaket yang dia gelar pun sudah mulai terlihat beberapa pecahan uang yang berserakan. Beneran ‘lahan basah’ ternyata yah atau benarkah demikian? Sambil tetep nyanyi, diem-diem Mike ngelirik ke jaketnya, dia pun terperangah kaget saat menyadari kalau di atas jaketnya itu selain ada uang receh beberapa ratus perak, ada juga lima keping jengkol muda yang begitu menggoda. Baik banget ya orang yang ngasih tuh jengkol. Gimana gak baik coba? Jengkol kan sedang langka di Bogor, harganya pasti lagi mahal. Bisa dibilang satu keping jengkol bisa setara dengan satu gram emas kali tuh.. *lebay max*
Mulut Mike terus bergerak ngikutin lirik lagu yang dinyanyiin. Sekarang udah lagu yang ketiga dan semakin banyak aja orang yang ngerumunin lapaknya. Well, makin banyak penonton bukan berarti hasil yang diperoleh pun makin banyak. Dari sepenglihatan Mike, duit yang nambah cuma sekitar 1500an rupiah euy. Malahan ada juga orang yang bukannya ngasih malah ngambil dua keping jengkol yang berharga itu (dalam benak Mike pun terbesit pikiran kalo yang ngambil jengkolnya pasti sekarang lagi ngelus, peluk, cium jengkolnya sambil beberapa kali ngomong ‘My precious!’ *digetok Smeagol si Gollum*). Terus, jadinya tempat ini bukan lahan ‘basah’ dong ya? Soalnya hasil yang didapat ga gitu banyak gitu lho. Yah, tak apalah, dapet berapapun Mike bakal tetep bersyukur. Seenggaknya masih ada yang menghargai karya pemusik jalanan.
“SATPOL PEPEEE!! TRAMTIIB!!” teriak kakek-kakek penjual cinderamata di sebelah lapak Mike tiba-tiba. Si kakek keliatan panik bener, liat aja tuh apa yang dilakuin dia sekarang begitu ngeliat ada satpol pp ama Trantib yang mau inspeksi dadakan. Saking paniknya, si kakek sampe kerajinan ngeberesin lapak dagangan dia, sama beresin lapak Mike juga! Ajegile, semua jerih payah Mike jadi ludes seketika dah. Hebatnya, belum sempet Mike bereaksi, si kakek tadi udah lari kencang ke arah berlawanan dari arah kedatangan mobil yang bertuliskan satpol pp di sisinya. Dalam hati Mike hanya bisa membatin, ‘itu kakek dulunya mantan atlet catur kali ya, sampe bisa lari sekenceng itu..’ *ga nyambung*
“Dek, lari, dek!” suruh si ibu yang tadi ngunjungin lapak Mike. “Mereka juga nangkepin pengamen juga lho!”
“He? Iyakah?”
“Cepet lari!!”
Mike nganggukin kepalanya, kemudian tanpa perlu aba-aba lagi dia pun berlari. Lari menjauh dari si ibu-ibu dan mendekat ke arah mobil satpol PP. Nah, lho! Salah arah Mike! Ya ampun, si Mike teh masih ngambek kali ya ama penulis, dibilang salah arah larinya masih tetep aja dia lari ke arah situ. Alhasil, salah satu petugas berhasil dengan mudah nangkep Mike yang akhirnya cuma bisa gelinjangan gak keruan dalam pelukan sang petugas yang bernama Adit. Si Mike pun digiring ke mobil satpol pp dan dinaikkan ke dalamnya.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
“Eh, Brad, si Mike masih belon balik juga dari LP Cilitak?” Tanya Jo, yang dijawab dengan ‘Yep’ singkat oleh Brad. “Euleuh, dua hari lagi kan kita teh harus mulai konser keliling dunia lagi!”
“Iyah tuh, gara-gara ketangkep Trantib waktu itu sih ya.. Kalo gini mah, gimana mau latian!” si Dave nimbrung.
“Udah ga apa-apa, jarang-jarang kan si Mike dapet pembelajaran kayak gitu.. Insya Allah positip buat kita juga nantinya..” Chester mencoba berpositip tingking. “Lagian ente mah Dave, sok ngatain si Mike, sendirinya tiap mau latian teh kedapetan lagi tidur melulu!”
“Bener, bener! Kalau nggak dibangunin sama si Hanipah mah ga akan mau bangun kali tuh! Hahahaha..” ledek Ro’uf, eh, Rob. Ngomong-ngomong Hanipah yang disebut ama Rob tadi tuh fans beratnya si Dave. Well, ketika penulis nyebut fans BERAT, maka itu bukan kiasan, alias begitulah adanya. Hanipah emang berbodi super big! Hehehehe.. *di-Smack Down Hanipah*
Kembali ke Mike, memang, semenjak kegiatan ngamennya seminggu lalu, Mike belum juga pulang ke base camp mereka uy! Tapi untung sih, belum sampe tiga kali lebaran tiga kali puasa, baru semingguan doang. Hehehe.. Hmm, emangnya ngapain aja sih dia di LP Cilitak? Apa dia ditahan alias dikerangkeng gara-gara ketangkep Trantib? Harusnya sih begonoh, tapi usut punya usut, si Mike cuma didata doang ama petugas dan dilepasin lagih pas kejadian ntuh. Nah, terus LP yang dimaksud temen-temen si Mike di percakapan di atas apa atuh? Lembaga Pemasyarakatan kan? Tentu aja bukan, karena yang dimaksud LP di situ, apalagi kalau bukan Linkin Park! *backsound: krik.. krik.. krik..*
Jadi, begini cerita benernya. Beberapa waktu setelah insiden Trantib, Mike pun berpikir bahwa sungguh ga enak banget ketika kita mengekspresikan diri, kita kudu dikejar-kejar ama aparat. Emangnya kita berbuat salah apa? Banci bukan, malak kagak, nyopet pun nggak, kentut doang yang kadang-kadang.. So, Mike pun mutusin buat ngebuat suatu wadah untuk mereka para pemusik jalanan agar bisa aman dan nyaman dalam mengekspresikan diri mereka, dan itulah cikal bakal dari markas LP yang terletak di kampung Cilitak. Insya Allah, sesekali mereka pun bisa dapet job undangan nyanyi atau perprom (baca: perform, biasalah namanya juga orang sunda *ngeles*) musik dari warga sekitar. Beberapa hari lalu aja ada yang diundang jadi pengiring musik di acara perpisahan murid PAUD kampung Situ Oke! Kan lumayan tuh, selain bisa ngeekspresiin diri, mereka pun bisa dapet penghasilan juga. Ujung-ujungnya mereka setor juga ke Mike, lumayan kan Mike dapet jatah! *Bletak*
Dari situlah, Mike mulai lebih sering berada di LP Cilitak. Selain untuk mencoba ngajarin gimana biar numbuhin brewok yang seksoy, dia juga ngajarin gimana supaya mereka bisa lebih kreatip dalam bermusik. Liat aja, suatu saat, pasti beberapa anak dari rumah singgahnya ini bakal ikut terkenal juga kayak Mike (diem-diem, Mike nyuruh beberapa anak buat ngelipsing lagu India, terus aplot pidionya di yutup).
Sip lah Mike, pokoknya mah kita semua ngedukung setiap niatanmu untuk terus memajukan blantika musik dunia. Tapi inget tuh, bandnya tetep jangan dilupain, masa mau konser tapi belum latian-latian juga. Betul ga kawan-kawan? GAAA!!
Selesai
NB :
- Harusnya dirilis ketika di ultahnya pak Adit di bulan Nov, tapi karena penulisnya waktu itu webe, jadi ketunda-tunda mulu inih tulisan. Wekeke.. Btw, lumayan kan pak, namanya kesebut! *kabuur*
- Endingnya terlalu terburu-buru n garing ya? Sengaja! Daripada punya utang mulu ke nama yang disebut di atas! *kabur lebih jauh* =))
- Mike, ngomong-ngomong kalau ada konser LP, jangan lupa kasih penulis tiket gratisannya ya, ikutan kuis di twitter dan fb gagal mulu sih! Hehehe..
- Last but not least, semoga terhibur! :)
Link di Note FB
Subscribe to:
Posts (Atom)