Fandom : Harry Potter
Genre : Humor
Disclaimer : JK ROWLING dkk
Timeline : Tahun 2014
Rating : Semua Umur
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Namaku Adalah..
Hari ini hari libur, tapi aku
sudah berpakaian rapi seperti hari sekolah biasa. Yes, klub Duel, aku datang!
Sungguh aku senang sekali karena hari ini aku akan mengikuti klub Duel yang
baru saja diadakan oleh pengajar ‘Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam’ kami yang baru, Profesor Gilderoy Lockhart. Pasti
seru kan ketika nanti aku bisa mempraktekkan mantra-mantra yang sudah
kupelajari di sini. Aku benar-benar tak sabar lagi. Kusiapkan tongkat sihirku lalu
kumasukkan ke dalam saku jubahku. Setelah itu aku pun berangkat menuju Aula
Besar Hogwarts, tempat dimana kegiatan klub Duel akan berlangsung.
Wah, rupanya aula besar sudah
didekorasi untuk kegiatan ini. Empat meja makan asrama sudah dihilangkan,
digantikan oleh sebuah panggung besar dan panjang yang aku yakin akan digunakan
sebagai arena duel. Siswa dan siswi yang datang untuk kegiatan ini sudah
berkumpul mengelilingi panggung tadi. Aku juga ikut mendekati panggung, kucari
penampakan Ron dan Hermione yang sudah berangkat duluan. Setelah ketemu, aku
pun berdiri di dekat mereka.
Beberapa saat kemudian, Prof
Lockhart dan Prof Snape masuk ke Aula dan langsung naik ke atas panggung. Seketika
suasana aula hening, semua mata terfokus ke arah mereka.
“Selamat pagi, anak-anak!” sapa
Prof Lockhart sambil menunjukkan senyum khasnya. “Seperti kalian ketahui, hari
ini kita akan mengadakan sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang dijamin membuat
kalian ketagihan. Yeah, klub Duel. Aku harap dengan kegiatan ini kalian semakin
bisa mahir menguasai sihir, terutama ketika kalian harus berduel melawan musuh.
Tapi ingat, klub ini tetap merupakan klub untuk bersenang-senang.. So, tanpa
berlama-lama mari kita mulai saja.. Mari, Prof Snape..”
Setelah pidato pembukaan singkat
dari Prof Lockhart itu sekarang kulihat dia dan Prof Snape segera memperagakan
cara duel di atas panggung. Mereka berdua maju ke tengah, saling berhadapan,
mengangkat tongkat ke depan wajah mereka sebagai penghormatan, lalu berbalik
mundur dan maju beberapa langkah. Ketika jarak mereka sudah lumayan jauh,
mereka saling berhadapan lagi sambil menodongkan tongkat ke lawan duel mereka
masing-masing.
“Ingat, duel mantra dilakukan
setelah hitungan ketiga. Prof Snape silakan berikan contoh mantra penyerangan,
dan aku akan membloknya,” ucap Prof Lockhart, “kita mulai Satu.. Dua.. Ti...”
Sebuah sinar berwarna hijau cerah
meluncur dari tongkat Prof Snape ke arah Prof Lockhart yang langsung
terpelanting beberapa meter dan mendarat mulus dengan posisi terlentang.
Tongkatnya sendiri terpental.
“Oh, maaf anak-anak, sepertinya
aku kurang cepat merapal mantra pertahananku, dan contoh yang bagus, Prof
Snape!” kata Prof Lockhart sambil berusaha berdiri dengan gaya tetap cool demi
jaga imej kepada murid perempuan.
Hahaha.. Dasar, Prof Lockhart.
Lagipula berani-beraninya sih mengajak Prof Snape sebagai partner duel.
“Ok lah, kurasa sehabis melihat
contoh duel tadi, sudah saatnya kalian mencoba sendiri.. Bagaimana kalau
dimulai dari, hmm, kamu.. iyaa, kamu..”
Prof Lockhart menunjukku. Dengan
ekspresi takut-takut, aku memaksakan diri naik ke atas panggung.
“Sedangkan lawannya adalah, kamu..
iyaa, kamu yang berambut merah..”
Kali ini Prof Lockhart menunjuk
Ron, tapi langsung disanggah oleh Prof Snape. “Ah, tongkat Mr Weasley setahuku
sedang patah, sehingga bisa membahayakan, lebih baik lawan murid dari asramaku,
Malfoy, maju.. Iyaa, maju..”
“Sip, usul yang bagus. Ok silakan
maju ke tengah, lakukan penghormatan.. Yak, mundur beberapa langkah, siapkan
tongkat sihir, ingat rapal mantranya setelah hitungan ketiga ya, dan gunakan
mantra hanya untuk melucuti lawan, bukan untuk menyakitinya. Siap? Satu.. Dua..
Tiga..”
“Elap Ingus Sambil Capcus Ayo
berangus!” seruku merapalkan mantra untuk melucuti tongkat lawan. Malfoy hanya
bisa terdiam tak percaya, entah karena pasrah atau terlena. Dia pun terpental
terkena sinar berwarna biru atau hijau muda (sewarna dengan ingus) yang
dikeluarkan tongkatku, sempat berputar beberapa kali di udara, lalu mendarat
duluan dengan pantatnya. Aku pun tersenyum, pasti Prof Lockhart akan memujiku,
batinku. Tapi aku salah, bukannya memuji, beliau malah..
“Mantra apa itu? Prof Snape, apa
itu mantra sihir hitam?” Prof Lockhart terlihat bingung, dia pandang rekan
sejawatnya, tetapi Prof Snape pun tidak mengeluarkan suara apapun, hanya diam,
sama-sama tak tahu. Semua yang ada di ruangan pun ikut-ikutan menatap ke
arahku.
Apa ada yang salah dengan mantra
itu? Itu kan mantra yang dipelajari di sini.. Di Hogwarts.. Eh, tapi tunggu,
ini di Hogwarts? Hogwarts sekolah sihir beneran itu? Aku kan bukan dari
Hogwarts, aku belajar di sekolah sihir yang ada di negara antah berantah sana.
Jangan-jangan aku sudah kesasar ke sini, kok baru sadar ya?
Di saat aku sedang kebingungan,
aku tak menyadari keberadaan Prof Snape yang sudah mendekat. Beliau membuka
topi penyihir yang kupakai, dan seketika itu terperanjat.
“Demi Jenggot Merlin yang
dikepang kuda!” umpat Prof Snape. “Sejak kapan kau berambut kribo!”
He? Ini memang gaya rambutku dari
kecil kan?
Hermione dan Ron yang keliatan
kaget juga maju mendekatiku.
“Bloody Hell! Lihat, sir, bekas
luka di dahinya juga berbentuk bintang, bukan petir..!” pekik Ron.
Ya ampun, memang dari dulu bentuk
lukaku seperti ini kan?
Hermione langsung mendekap
mulutnya. Dia keliatan seperti mengetahui sesuatu.
“Kau bukan Harry Potter, tapi
jangan-jangan kau adalah..”
“Yak, benar!” potongku. “Maafkan
aku karena telah kesasar sejauh ini sampe sekolah aslinya, biarkan aku
memperkenalkan diri, namaku adalah B..”
.
.
.
.
.
.
.
.
“TIDAAAAAAK!!”
Aku membuka mata. Huh, untung
saja hanya mimpi. Entah kenapa aku jadi
sering bermimpi buruk soal itu. Salahku sendiri sih, mau saja menonton streaming
sebuah sinetron yang disarankan oleh sahabatku, Hermione. Menurutnya kisah
sinetron itu hampir sama dengan kisah petualangan kami ketika sekolah. Walaupun
tentu saja detail-detailnya tidak sama persis. Tapi sumpah, sekali menonton itu
aku langsung kapok, aku kan ga seburuk dan sejelek tokoh utama di sinetron itu.
Aku hanya berdoa, semoga sinetronnya segera turun tayang. Dan kepada Hermione
atau siapapun yang sudah tahu soal sinetron itu, jangan sampai disebarin lagi
deh. Bahaya tauk kalau istri dan ketiga anakku, atau bahkan teman-teman aurorku
juga sampai tahu. Bisa-bisa aku jadi bahan ejekan bulan-bulanan mereka.
Aku pun berdiri, mencoba menghapus
memoriku soal hal itu sambil merapikan rambutku di depan cermin. Yah, whatever
lha, pokoknya tak perlulah terpikirkan oleh hal tak penting, masih banyak hal
lain yang perlu kupikirkan, seperti..
“GRRRRRR!!! Siapa yang menggambar
bintang di dahiku.. JAAAMMESSS!!”
TAMAT
NB:
-
Emang sih, James terkenal keisengannya, tapi sebenernya
diatas itu Ginny yang iseng. Ginny kesel, soalnya gara-gara sering mimpi buruk,
Harry kalo tidur jadi berisik. Lagian kalau bulan September mah si James udah
masuk sekolah kan? Hahaha..
-
Tuh, Harry Potter aja udah nyaranin jangan
nyebar-nyebarin lagi soal sinetron ‘Si Besi’ itu. Jadi plis Move on ya Potter
Head!