Dalam rangka memeriahkan contest mengarang indah di situs indoakatsuki.us, gw pun iseng-iseng nulis cerita misteri garing di bawah ini. Mana temanya kudu milih antara sofa, diary, kacamata, pisau ama sendal jepit lagih. Tapi akhirnya pilihan tema jatuhnya ke sendal jepit, karena ide yang kepikir emang soal sendal jepit. Wekeke.. Eh, tapi harusnya cerita gw yang ini masuk ke tema sendal jepit juga kali yak? Hehe..
Ah, udahlah daripada kebanyakan cincong, sok atuh dibaca aja cerita di bawah ini teh:
Misteri Pohon Jambu Angker
Kampung Cibutek sedang heboh. Heboh berkat cerita tentang pohon jambu angker yang berada di dekat alun-alun kampung. Sudah empat orang yang mengalami kejadian mistis ketika berada di bawah pohon tersebut. Kabarnya mereka yang sedang nongkrong di sana sering diganggu oleh makhluk penunggu pohon itu. Namun berbeda dengan penunggu pohon lainnya yang sering mengganggu dengan cara melempar pasir atau batu kerikil kecil, penunggu pohon ini malah mengganggu dengan melempari korbannya menggunakan sendal jepit! Pantaslah seluruh jajaran sekolah geger dibuatnya..
Berbagai kabar angin pun sempat berhembus tentang siapa sebenarnya makhluk penunggu itu. Dari kabar yang bilang bahwa itu adalah hantu dari anak setempat yang suka memanjat pohon jambu dan tewas setelah terjatuh karena teman-temannya yang lain melemparinya dengan sendal jepit dari bawah, sampai ke cerita bahwa itu adalah hantu dari seorang penjaga tempat penitipan sendal di mesjid yang bunuh diri karena frustasi akibat gagal menjalankan tugasnya setelah beberapa kali dilaporkan sendal jepit yang hilang dicuri.
Tapi apakah gerangan yang sebenarnya terjadi? Siapakah kiranya hantu penunggu yang menghuni pohon jambu angker itu? Apa benar itu karena hantu? Mengapa harus sendal jepit? Beginilah ceritanya:
Terkisah di zaman ketika SBY berkuasa, hiduplah seorang bapak bernama Mudin. Beliau terkenal sangat aktif di perkampungannya. Setiap ada acara dia pasti selalu ikut menjadi panitia. Bahkan untuk acara sederhana seperti ulang tahun tetangganya sekalipun, dia selalu ikut membantu dan terkadang bersedia untuk menjadi badutnya.
Lalu apa hubungannya dengan pohon jambu angker yang tersohor itu dengan si bapak Mudin? Justru sangat berhubungan sekali. Karena sebetulnya pak Mudin yang rumahnya bersebelahan dengan tempat pohon itulah yang menjadi penyebabnya.
Ketika Agustusan telah tiba, seperti biasa pak Mudin ikut menjadi panitia. Kali ini dia kebagian tugas untuk mengurus pembuatan pinang untuk lomba panjat pinang. Tugas yang mudah untuk orang serajin pak Mudin. Dalam waktu 2 jam, dia sudah berhasil membuat satu buah pinang yang siap dipanjat, lengkap dengan hadiah-hadiah di atasnya. Karena saat itu sudah tanggal 16 Agustus, maka sorenya pak Mudin siap untuk memasang pinang itu di lapangan tempat dimana lomba akan dilakukan. Dia bawa pinang itu dengan gerobak hasil pinjamannya kepada tukang sayur dan sesampainya di lapangan dia pun langsung memasang pinang itu. Memasang pada lubang yang telah dia gali sebelumnya dan berusaha agar pinang itu bisa berdiri sekokoh mungkin.
Pinang telah berdiri. Namun belum sempat pak Mudin mengetes kekokohan batang pinang itu, beliau sudah dipanggil oleh tetangganya, diminta untuk ikut membantu memasangkan bendera-bendera di seantero kampung. Tentu saja, pak Mudin dengan semangatnya langsung ikut membantu. Dan dari keteledoran pak Mudin inilah awal malapetaka itu berasal.
Keesokan harinya, seluruh warga Rw 18 tak terkecuali pak Mudin telah berkumpul di alun-alun kampung. Mereka semua datang untuk menyaksikan lomba panjat pinang yang sebentar lagi akan diadakan. Dan tepat pukul 9 pagi, lomba pun dimulai. Semua memberikan semangat kepada para peserta yang sedang berusaha memanjat pohon pinang yang sudah diberi pelicin itu. Kadang kala mereka menertawakan nasib para peserta yang terjatuh dan gagal mencapai puncak. Akhirnya setelah berkutat selama kurang lebih 20 menit, kang Dadang yang bertubuh paling kecil dan bertugas memanjat paling atas, berhasil mencapai puncak pohon pinang. Seketika itu juga semua orang bersorak sorai, kang Dadang sendiri berteriak-teriak ‘Merdeka!’ sambil mengangkat tangan kanannya ke atas. Setelah itu dia bersiap untuk mencabut hadiah-hadiah yang ada di puncak pohon itu. Tapi naas sekali. Ketika dia mencabut dan melemparkan hadiah pertama yang berupa sendal jepit, pohon pinang itu oleng dan rubuh. Sehingga membuat tubuh kang Dadang yang masih berada di atas terjatuh dan menyangkut ke salah satu batang pohon jambu. Hiks..
Jadi dengan membaca gambaran cerita di atas seharusnya kita tahu kenapa akhirnya pohon jambu itu menjadi angker dan membuat orang yang bernaung di bawahnya selalu dilempar sendal jepit kan? Bukan, bukan karena arwah kang Dadang yang penasaran akibat meninggal sesaat setelah melempar sendal. Lagipula kang Dadang cuma luka ringan saja karena kejadian itu. Tapi semua itu karena pak Mudin yang tidak mau ada orang yang pacaran di bawah pohon jambu, sehingga dia selalu menjahili siapapun yang melakukan hal itu, salah satunya dengan melempari dengan sendal jepit miliknya.
So, moral dari cerita ini adalah jangan pacaran di bawah pohon jambu dekat rumah pak Mudin yo!! Atau lebih bagus lagi, ga usah pacaran. Wekeke.. :D
-=Tamat Dengan Garing=-
4 comments:
hahhahaha pesan moral na parah amad..... masa jgan pacaran..... jadi langsung nikah aj geto maksud u??????
haha .
lucu bangeed :D
garing tapi unik.
hahaha lucu2, kirain mah horror beneran
Ini tulisan tahun berapa.. Disundul ama si nyunyun.. Hahaha..
Post a Comment