Horee, akhirnya gw bisa nyelesein fanfic pertama gw di tahun ini. Setelah sekian lama absen nulis FF, bukan berarti gw ngilangin passion nulis gw lho. Cuman emang paling gampang kalo gw nyalahin keterbatasan waktu, yeah, semua karena kesibukan di dunia nyata (padahal alesan aslinya males doang, tok! Haha). Sebenernya kepikiran nulis fanfic dengan fandom HarPot ini juga karena gw tiba-tiba dapet ide setelah nonton Vlog 'Sepulang Sekolah' buatan salah satu fans gw pas sekolah dulu (mr Bonx-Q) beserta gengnya *sok diidolain* *narsis mode: max*. So, terbersitlah ide untuk menggabungkan kedua fandom itu, jadi karakter utamanya ngambil dari 'Sepulang Sekolah' series, sedangkan settingnya ngambil Potter-verse. Gimana hasilnya? Lets cekidot..
Btw, demi kenyamanan bersama, dan supaya nyambung ama cerita gw dan karakterisasi tokoh, ada baiknya buat para pembaca buat nongton vlognya dulu dah, eh, tapi mudah-mudahan buat yang tau HarPot doang juga bisa nyambung ya! << penulisnya ababil. Ahaahaha..
Btw, demi kenyamanan bersama, dan supaya nyambung ama cerita gw dan karakterisasi tokoh, ada baiknya buat para pembaca buat nongton vlognya dulu dah, eh, tapi mudah-mudahan buat yang tau HarPot doang juga bisa nyambung ya! << penulisnya ababil. Ahaahaha..
---------------------------------------
Fandom : Harry Potter >< Sepulang Sekolah Series
Genre : Humor
Disclaimer : JK ROWLING, Sepulang Sekolah Cast n Crew
Timeline : Tahun ke-3 pemeran utama
Rating : Semua Umur
Sepulang Sekolah versi Hogwarts
“Oi, Jui!” teriak seorang siswa
Hogwarts bertubuh tinggi namun berperawakan biasa plus nasib yang luar biasa
biasa *pemborosan kata #Eh* ketika dia masuk ke salah satu pub yang berada di
Hogsmeade. Kala itu memang merupakan hari kunjungan siswa Hogwarts ke salah
satu desa sihir yang masih eksis di Inggris Raya.
Temannya yang merasa dipanggil
hanya membalas dengan melambaikan tangannya saja, lalu memberikan kode kepada
siswa tadi untuk duduk di sebelahnya dengan mengedip-ngedipkan genit matanya.
“Buset, Koi!” kata siswa bertubuh
gempal berambut keriting bernama Jui. “Lama amat si lo, kemana aje sih? Gua
udah ampir lumutan nih nunggu lo di sini, mana gua rada parno juga, soalnya di
sini pengunjungnya meskipun dikit tapi pada berpenampilan aneh..”
“Nah, makanya gua ngajakin lo
ngumpul di sini.. Biar lo berasa kayak di rumah..” jawab Koi, sambil
melirak-lirik ke sekitarnya..
“Maksud lo?” Jui terlihat
tersinggung. “Biar gua kayak balik ke alam gua gitu?”
“Eh, enggak Jui, becanda – walau
sedikit jujur.. Hehe..” kilah Koi saat melihat Jui terlihat siap memukulnya.
“Gua milih tempat ini karena di sini sepi, jadi gua bisa bebas curhat ama lo
nih. Hiks..”
“Tunggu dulu, tunggu dulu..
Sebelum lo curhat, jawab dulu pertanyaan gua tadi, lo kenapa bisa telat sampe
sini?”
“Oh tadi itu gua..”
“Permisi, ada yang mau dipesan?”
tiba-tiba omongan Koi terpotong oleh pelayan sekaligus pemilik pub Hog’s Head
yang memiliki jenggot seperti kambing bernama Aberforth. “Kalau tidak ada,
silakan mengobrol di tempat lain saja..”
Koi yang merasa kalimatnya
terpotong langsung menengadahkan kepalanya kepada sang pemilik pub, mencoba
mengintimidasi dengan memicingkan matanya, tapi sepertinya dia sadar, dia kalah
seram. Akhirnya dia melihat ke atas meja di depan mereka, lalu melirik Jui,
“Jadi dari tadi lo belum pesen apa-apa, Jui? Pantes aje atuh yang punya rada
keki.”
Jui yang ditanya hanya tersenyum
lemah, kemudian berbisik kepada Koi, “iya, kayak gak tau aja lo, Koi, duit gua abis
buat beli ginian.. Ramuan Cinta.. Kali
aja manjur.. Hehe..”
“Yassalam, Jui!” ujar Koi tak
percaya. “Ya udah, sir, saya pesan Butterbeer 1 gelas ya.. Lo mau juga gak?
Tapi entar bagi dikit ya ramuannya..”
“Ga usah, Koi, segelas aja..
Segelas berdua biar lebih romantis. Hehehe..” kilah Jui sambil memeluk erat
belanjaannya, takut diminta si Koi.
“Jadi satu gelas Butterbeer
saja?” tanya Aberforth lagi, dengan memasang wajah masam.
“Iya, satu saja, terima kasih..”
Jui yang menjawab.
Aberforth pun meninggalkan meja
dari sepasang makhluk ajaib di depannya, Mungkin di dalam hatinya dia
menggerutu, ‘Kok masih ada ya, pelanggan sejenis mereka, jadi pengen nyumbang!’
Dan sepeninggal Aberforth, Jui
kembali bertanya kepada Koi, “Emang lo tadi telat abis ngapain sih?”
“Tadi itu gua disuruh ama Prof
Hagrid buat nganterin bahan ramuan ‘Bejo- bejo’ apa gitu ke Prof Slughorn makanya
jadi rada lama ke sini.”
“Oh, Bezoar?” tebak Jui, mulai
menampakkan ke-sok-pintarannya.
“Iya kali ya..”
“Ya jelaslah itu Bezoar..
Bentuknya bulat-bulat kecil, diambil dari dalam perut kambing.. Terbentuk dari
segala makanan yang mengendap di saluran pencernaan kambing sehingga menjadi
batu.”
“Hoo, gitu.. Terus gunanya buat
apaan?”
“Pertanyaan bagus..” Jui semakin
bergaya seperti guru yang sedang menjelaskan pelajaran ke muridnya. “Bezoar tuh
berguna sebagai penawar untuk hampir segala jenis racun dari yang skala biasa
sampe yang mematikan, coy. Cara pakenya juga gampang, cukup buat korban menelan
langsung Bezoarnya udah deh. Tapi Bezoar juga sering dijadiin sebagai salah
satu bahan ramuan juga, emang kayaknya bakalan lebih ampuh kalo dicampurin
tambahan bahan lain juga kali ya..”
Seraya mencoba mencerna segala
penjelasan dari Jui, pikiran Koi melayang, matanya malah fokus melihat
Aberforth yang baru datang membawa satu gelas Butterbeer pesanan mereka di
gelas yang kotor. Kemudian dia juga memperhatikan Aberforth yang telah
meninggalkan meja mereka lagi sedang menebarkan sejenis racun tikus di
pojok-pojokan ruangan. Namun betapa herannya si Koi, karena dia masih mendengar
suara tikus-tikus berseliweran di atas langit-langitnya. Koi pun baru ingat,
kalau Aberforth memelihara kambing, dia pun bergumam dalam hati, ‘Hmm,
jangan-jangan tikus-tikusnya masih banyak karena pas mereka mamam racun, mereka
langsung makan bezoar yang berceceran di kandang kambing juga..’
“Koi, oi, Koi.. Ngarti kagak?
Malah bengong..” ujar Jui, rada keki karena merasa ocehannya dianggurin.
”Iya, gua ngarti. Tapi emangnya
ada bukti kemanjuran obatnya gitu? Kan jaman sekarang mah No pic – hoax, eh,
untuk kasus ini mah no bukti – hoax!” kata si Koi sambil sok kekinian.
“Buset dah, Koi.. Catatan tentang
khasiat Bezoar kan ada di buku ramuan lo, ketauan banget ga pernah dibaca!
Lagian, emangnya lo ga pernah denger kalo dulu legenda dunia sihir kita, Harry
Potter, pernah nyelametin sahabatnya yang kena racun salah sasaran..”
“Harry Potter? Kayak pernah
denger..”
“Waduh, Harry Potter juga ga
tau?” Si Koi cuma geleng-geleng kepala, Jui makin kaget. “Emang sih lo dari
keturunan muggle, tapi kan lo tinggal baca di buku Sejarah Sihir aja yang
nyeritain kisah-kisah masa lalu..”
“Euleuh, sori, Jui.. Gua udah
move on, jadi ga mau bahas masa lalu lagi..” ucap Koi ngeyel.
“Serah lo dah..” Jui terlihat
keki, sampai tiba-tiba..
“Jui, Koi.. Wah, ada di sini
juga?” sapa Bryan, kakak kelas Jui dan Koi yang terkenal rese, bodinya yang
besar bak preman pasar memang membuat dia ditakuti di seantero Hogwarts. “Kok
kalian malah bengong, bukannya nyapa balik?”
“Ha, halo, Bray (panggilan
Bryan)!” ucap Koi.
“Kok lo bisa di sini, Bray?”
tanya Jui sok asik kepada Bryan.
“Oh, tadi gua abis ketemuan ama
babeh gua, tuh itu tuh yang di luar, yang pake mukena motif warna-warni. Dia
nganterin uang jajan gua yang udah abis.. Hehe..” jawab Bryan, sambil menunjuk
ke luar, tak berapa lama ayahnya langsung berdisapparate. Mau tak mau Jui dan
Koi jadi berpikiran yang ‘iya-iya’ deh, masak anaknya nyeremin gini, ayahnya
pake mukena warna-warni. Tapi emang sih, pengunjung di Hog’s Head tampilannya
beneran aneh-aneh. “Eh, ini Butterbeer siapa? Kok belum diminum? Gua aus nih,
abisan babeh gua ga ngebeliin gua..”
“I-itu, punya gua.. Sok aja kalo
mau mah..” ujar Koi pasrah daripada nanti dia kenapa-kenapa.
“Seriusan, Koi! Gua abisin
yak,” Bryan pun langsung saja menenggak
habis minuman di depannya hingga tak bersisa. “Aah, makasih, Koi.. Seger
banget.. Udah ya gua cao du.. lu..”
GEDEBUM!
Bukan, itu bukan suara gajah
terjatuh, apalagi suara bom Hiroshima (meskipun mirip sih), tapi itu suara
Bryan yang jatuh pingsan di depan Jui dan Koi setelah menghabiskan minuman
tadi. Posisi jatuhnya telentang, matanya terpejam, tapi badannya gerak-gerak
kejang dan dari mulutnya keluar busa. Jui yang panik langsung berteriak-teriak
minta tolong, sementara Koi malah berlari keluar.
“Ada apa ini? Ada apa?” tanya
Aberforth ikutan panik.
“Ini, Sir, dia pingsan lalu
kejang-kejang setelah meminum ramuan cinta, eh, butterbeer di meja kami..”
jawab Jui, sambil menunjuk ke gelas butterbeer yang kosong.
“Ah, masa sih? Sebentar coba
yah..” Usai berkata seperti itu, Aberforth berjalan menuju dapur yang Jui kira
dia sedang mengambil obat, eh, ternyata, “Hmm, pantesan dia keracunan, ternyata
butterbeernya sudah kadaluarsa dari setahun lalu. Padahal saya kira baru lewat
seminggu..”
Jui pun menepuk jidatnya karena
tak percaya. “Ya udah, sir, sekarang ada obatnya ga? Daripada nanti keburu
kecium media, terus tersebarlah headline ‘Siswa Hogwarts tewas karena Sianida’,
hayo!”
“Wah benar juga, udah mah tempat
ini sepi, nanti tambah sepi dong ya! Hmm, sebentar, sepertinya ada sih obatnya,
eh, tapi kayaknya udah kadaluarsa juga..” Aberforth makin terlihat kebingungan.
“Tenang sodara-sodara!” tiba-tiba
sosok Koi sudah ada di depan mereka, berlagak seperti pahlawan kesiangan sambil
memegang sesuatu yang berbentuk bulat di tangan kanannya yang terangkat ke
depan. “Gua udah bawa penawar racunnya..”
“Jangan-jangan itu...” Jui mencoba menebak bahwa yang dibawa oleh
Koi itu Bezoar, tapi belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Koi sudah mengangguk-ngangguk
dengan sok cool. “Ya udah, Koi, buru masukin ke mulutnya!”
Dengan semangat 45, Koi langsung
memasukkan benda yang dipegangnya ke dalam mulut Bryan. Kemudian dia meminta
air putih kepada Aberforth supaya semakin gampang tertelan. Dan hebatnya, tak
perlu waktu berapa lama, obatnya langsung bereaksi. Bryan pun terbangun, dan
tiba-tiba memuntahkan semua yang ada di perutnya ke lantai. Jui dan Koi pun
hanya bisa saling pandang, tak menyangka apa yang sedari tadi mereka bahas,
bisa jadi berguna.
-=-=-=-=-=-=-=-=-==-=-=-=-=-=-=-
Esoknya sepulang sekolah dari
pelajaran terakhir mereka, Jui dan Koi mencoba bersantai-santai di pinggir
danau Hogwarts. Mereka pun membahas kembali kejadian yang mereka alami kemarin
di Hog’s Head.
“Eh, Koi, berkat lo nyelametin si
Bryan kemaren, sekarang dia ga pernah macem-macem ke kita lagi lho. Hebat
euy..” puji Jui kepada sahabatnya.
“Ah, itu juga kan berkat
pelajaran singkat dari lo, Jui, makanya gua jadi tau tentang Bezoar..” Koi
balik memuji, kemudian keduanya cengegesan.
“Tapi seriusan lho, Koi, lo bisa
dapet Bezoarnya dimana?” Jui penasaran.
“Jui, Jui, elo boleh pinter, tapi
tetep soal bakat detektif, gua jagonya. Masa elo gak ngeliat sih kalo di
sebelah Hog’s Head itu kandang kambing..”
“Oh itu kandang kambing, gua kira
kandang Babi, soalnya kan logo restorannya pala babi!”
“Ckckck.. Nah, kan di situ banyak
banget dah tuh Bezoar yang bulet-bulet kecil, ya udah gua ambil aja deh tuh
satu, yang udah keliatan kering..” kata Koi dengan penuh percaya diri.
Namun bukannya membuat Jui
takjub, Jui malah melongo tak percaya, “Buahahaaaaa, udah gua duga!”
“Apaan sih, Jui? Itu beneran
Bezoar kan?”
“Itu mah cuma kotoran kambing
biasa atuh, Koi, buahahahaa! Bezoar mah susah ngambilnya, karena batunya
ngendap di perut kambing, harus digodet dulu perutnya. Buahaha..” Jui makin
puas tertawa, ketika tahu selama ini temannya salah sangka tentang bezoar.
“Eh, yang bener, kali aja kan
batu yang ngendapnya ga sengaja keluar dan nyatu ama kotorannya. Lagian, kok si
Bryan tetep selamet?” si Koi masih tetep ga terima ama teori si Jui.
“Ya, gimana ga selamet, orang dia
langsung muntah abis makan e’o kambing.. Racunnya keluar di muntahannya semua
lah.. Hahaha..”
“Hmm, masuk akal juga..”
“Hahaha, Koi, Koi, gua kira elo
udah naek derajat dikit kepinterannya, ternyata sama aja..”
“Ah, biarin dah.. Yang penting si
Bryan sekarang udah ga pernah rese lagi ke kita kan..”
“Anjrit, Koi, gua.. sakit..
perut.. Huahahaha..”
“Diem, Jui, dieem! Gua juga jadi
pengen ketawa kan ngebayanginnya. Ahaha..”
Dan selama sore itu mereka terus
saja tak berhenti tertawa karena kepikiran kejadian ‘bezoar kw’ kemarin. Mereka
pun tak hentinya mengucap syukur karena efek ‘bezoar kw’-nya tidak menambah
parah efek keracunan dan malah menyelamatkan nyawa temannya. Tambah lagi
sekarang mereka sudah bebas bully. And here it goes, seperti cerita dongeng
lainnya, Jui dan Koi pun happily ever and after.
The End ^_^
-----------------------------------
Gimana? Garing kan? As usual itu sih.. Hehe.. Ya udin, daripada mengkel dalam hati, silakan komentari fanficnya di kolom komen di bawah ye... Btw, nuhun udah meluangkan waktu buat baca tulisan di atas. Yu dadah, babay..
Gimana? Garing kan? As usual itu sih.. Hehe.. Ya udin, daripada mengkel dalam hati, silakan komentari fanficnya di kolom komen di bawah ye... Btw, nuhun udah meluangkan waktu buat baca tulisan di atas. Yu dadah, babay..
Link Fp nya Sepulang Sekolah nih:
Just click the image |
No comments:
Post a Comment