Hari ke-2: Ambillah sembarang buku di dekatmu, buka
halaman 2 dan mulailah bercerita dengan “kata pertama” yang kamu baca
Buku yang diambil novel ‘The
Fallen’ kata pertama di halaman ke-2 nya adalah ‘Nyaris’.
-------------------------
Nyaris Telat!
Aku melihat jam dinding di
kamarku. Ya ampun, sudah jam 5 subuh lewat. Aku pun segera menegakkan badanku
yang masih lemas setelah bangun tidur. Kupaksakan diriku untuk berdiri dan
menuju ke kamar mandi. Euh, beginilah rutinitas keseharianku, aku harus
berjibaku di pagi hari untuk segera bersiap-siap bekerja ke ibu kota. Rumahku
sendiri berada di kota Bogor, sedangkan aku bekerja di kota Jakarta sana. Seharusnya
sih aku mengontrak atau kost di dekat tempat kerjaku saja, tapi berhubung aku
masih baru bekerja di sana dan belum menjadi karyawan tetap, aku memutuskan
untuk pulang pergi Bogor – Jakarta saja.
Beres mandi, segera kukenakan
pakaian yang sudah kusiapkan di lemari, celana panjang hitam dan kemeja.
Setelah itu kutunaikan Sholat Subuh dulu dan kemudian kulangkahkan kakiku
keluar rumah untuk menuju jalan raya. Di jalan raya, ku-stop angkot yang akan
mengantarkanku menuju stasiun Bogor,
setelah itu aku bisa bersantai sejenak di dalam angkot itu. Eits, tapi
perkiraanku salah, aku tak bisa bersantai ria ketika di angkot itu, bukan
karena sang supir membawa angkotnya secara ugal-ugalan, tapi yang ada malah
sebaliknya, pak supir memacu angkotnya dengan perlahan sekali. Mana di setiap
persimpangan jalan dia akan berhenti, ngetem terlebih dahulu sambil menunggu
tambahan penumpang. Kulihat arlojiku, ya ampun sudah jam 6 kurang 15 menit, dan
si angkot masih saja berhenti lama. Padahal kalo perjalanannya normal, dari
rumahku ke stasiun hanya memakan waktu sekitar 10 menit saja.
Sebenarnya ingin kumarahi saja
pak Supirnya, tapi aku pun tak tega, dia kan sedang mencari rezeki juga
sepertiku. Lebih baik kudoakan saja agar angkotnya segera penuh agar bisa
segera jalan lagi. Fyuh, akhirnya setelah 10 menit menunggu (seperti menunggu
satu jam bagiku), angkot pun hampir terisi penuh, dan pak supir pun mulai
mengendarai angkot dengan kecepatan biasa. Tak berapa lama, kendaraan itu
sampai di tempat tujuanku, aku pun segera turun dan membayar ongkos, setelah
itu kembali kulihat arlojiku, sudah menunjukkan pukul 6 tepat. Langsung saja
aku berlari menuju loket di stasiun, kubeli tiket sesuai stasiun tujuanku, lalu
aku pun berlari masuk ke dalam area peron. Kulihat kereta pertama yang akan mengangkutku
menuju ke ibu kota masih berada di lintasan ke-3. Aku masih berlari ketika
suara perempuan yang terdengar dari pengeras suara mengumumkan kalau kereta di
jalur 3 segera berangkat. Wah, aku semakin panik, kutambah kecepatan berlariku,
suara ‘ringtone’ yang menandakan keberangkatan kereta pun sudah dikumandangkan.
Ah, syukurlah, aku sudah sampai di peron terdekat, segera saja ku langkahkan
kakiku ke pintu kereta yang berada di depanku, aku berhasil masuk ketika pintu
sudah nyaris tertutup. Beberapa teriakan dan pekikan tertahan menghantarkan
kelegaanku yang sudah aman berada di dalam kereta.
Fyuh, benar-benar nyaris. Seandainya
aku telat sepersekian detik saja, mungkin aku harus menunggu keberangkatan
kereta berikutnya yang berjeda sekitar 20 menit. Bisa saja sih aku naik kereta
itu, tapi aku tidak akan datang tepat waktu di tempatku bekerja. Atau bisa
lebih buruk, seandainya aku telat melompat ke dalam, bisa saja kakiku
tersangkut atau terjepit di pintu kereta dan mungkin tubuhku bisa terseret tak
berdaya. Brr... Yah, apapun itu, semoga saja kejadian ‘Nyaris’ seperti ini
tidak akan terulang di lain waktu.
#30hariMenulis
NB: Inspired by True Event
No comments:
Post a Comment