Well, sebenernya fanfic ini teh
niatnya buat challenge pas hari bahasa yang diadain ama Ambu, tapi berhubung
pada saat itu kesibukan (dan kemalesan) melanda, hanya bisa menjadi draft
doang. Tapi untunglah berkat event #30hariMenulis yang challenge di hari ke-4
harus menulis fanfic yang menggunakan karakter film, fanfic Harry Potter (yang
gada Harry Potter-nya) ini bisa kelar. Btw, buat yang baru baca fanfic Heri
Punten, masih ada fanfic sebelumnya yang bercerita tentang dia lho! Tapi
tenang, kalopun belum baca yang sebelum-sebelumnya, fanfic si Heri Punten ini
tetep bisa dibaca, karena antara satu cerita dan yang lain tetep berdiri
sendiri. :D
So, lets cekidot yo!
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rebo Nyunda
Heri Punten –siswa muslim
satu-satunya di Hogwarts- sedang termenung. Dia sedang memikirkan bagaimana
kabar keluarganya di Bogor. Maklum, di liburan tahun baru sekarang ini dia
tidak bisa pulang ke sana, dan hanya bisa menghabiskan liburan tahun baruan ini
bersama ibunya saja di Inggris. Eit, inget lho, Heri mah ngehabisin liburan
tahun baruan, bukan merayakan, karena tahun baru Islam mah ada di 1 Muharram
alias pake kalender Qomariyah.
“Mom..” panggil Heri kepada
ibunya ketika mereka sedang berjalan-jalan di taman sekitar komplek tempat
tinggal mereka yang serba putih karena salju (NB: pas pertama liat ada salju,
si Heri kumpulin saljunya terus dikasih sirup lho! Dia kira es serut kali
ya!) “Ari surat balesan ti si Daddy tos
aya?”
Ceu Lili, ibunda Heri langsung
menengok ke arah Heri dan berkata, “Teu acan da. Paling ngke weungi geura.
Soalna ayeuna ujan saljuna keur tebel sih, Buweuk-na pasti nyasar. Oh iyah, ulah nyaur nganggo Mom atau Daddy
deui ah, asa teu raos ngadanguna, tetep nyaur Umi jeung Bapa weh nya! Da urang
mah tinggal di lembur batur ge tetep tuangna ala Sunda, teu tuang nganggo roti
jeung kejo kos bule-bule!”
“Siap, Umi!” balas Heri sambil
tersenyum. Padahal dia mah emang sengaja manggil ibunya dengan sebutan itu, buat
ngegodain ibunya yang tidak suka dipanggil ala bule. Hihi, dasar Heri!
Jam demi jam terus bergulir, tak
terasa waktu malam telah tiba. Dan benar saja seperti perkiraan Ceu Lili,
jendela kamar Heri ada yang ngetuk-ngetuk, tanda si buweuk atau burung hantu
yang mengantar surat dari kang James (tetep baca Ja-Mes yah!) alias Ayah Heri
sudah datang. Langsung saja Heri mengambil cermin di dekatnya, setelah memastikan
dirinya tetap tampan seperti biasa, dia pun membuka jendela. Si burung hantu
segera melesak masuk setelah jendela terbuka, dia ber-uhu-uhu kesal karena Heri
malah bernarsis ria sebelum membiarkannya masuk, seakan mau bilang, ‘Di luar
teh tiris nyaho!’. Heri yang sadar dengan tingkah polah hewan itu langsung
memberinya kain sarung yang biasa dia pakai untuk tidur, lalu memberinya
biskuit. Mungkin, saking capek plus Heri kebanyakan memberi biskuit dan juga
karena kain sarungnya bau hangseur (pesing), si burung hantu pingsan, eh,
tertidur.
Heri pun mengambil surat di kaki
burung yang bernama Wakwaw itu, dia buka amplopnya kemudian dia membaca isinya:
‘Assalamu’alaykum, anak bapa anu
kasep –kos bapana-,
Punteun pisan nya, Heri teu tiasa
uwih kadieu di liburan ayeuna, maklum weh nya, bapa ge teu pere keur kamari ge,
lembur terus euy. Tapi tenang we, ieu bapa kirimkeun poto-poto ti baraya di
Bogor, sadayana ge kangen pisan ka Heri ceunah. Oh, muhun, bapa oge kirimkeun
ramuan ti si Mbah Dalem, ceunah mah ramuan na paranti nu kangen ka kampung
halaman. Tinggal campurkeun ramuanna ka kaemaman di sakola Heri weh geura.
Dijamin engke Heri ngarasa keur aya di kampung.
Atos kitu weh nya ti bapa, salam
ka Propesor Dumbledore, tenang, bapa tos ijin ka anjeunna soal ramuan eta,
terus bapa nitip kirimkeun resep ieu paragi peri rumah di Hogwarts oge nya.
Nuhun.
Bapa Heri nu ganteng tea,
Ja-mes’
Heri tersenyum setelah beres
membaca surat dari ayahnya itu. Apalagi ketika melihat foto-foto keluarganya
yang sedang ‘cucurak’ di Kebun Raya Bogor, untung saja Heri meminjamkan kamera
sihir kepada ayahnya, sehingga keluarganya yang ada di foto sekarang sedang
melambai-lambaikan tangannya kepada Heri. ‘Duh, bikin tambah kangen wae atuh
ieu mah..’ batin Heri.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Liburan musim dingin pun usai,
Heri dan semua murid telah berada di sekolah Hogwarts lagi. Dan tentu saja, hal
pertama yang Heri lakukan pas dia sampai di Hogwarts adalah memanggil Dobby
sang Peri Rumah, yang berhutang budi padanya karena telah membuatnya merdeka
dari perbudakan. Walaupun sebenernya itu juga karena ga sengaja. Jadi waktu itu
teh si Heri lagi ngorong alias ngupil sambil jalan ke ruangan Kepala Sekolah.
Nah, pas Heri berhasil mendapatkan upilnya, dia bulet-buletin dulu terus dia
sentil upilnya. Eh, tak dinyana, keluar Mr Malfoy dari ruang Kepsek, dan si
upil pun menempel di ujung hidungnya. Karena merasa jijik (lebih tepatnya jaim,
kalau ga ada orang mungkin upilnya udah dia makan), Mr Malfoy menyentil upil
itu, dan si upil mental ke arah Dobby di sebelahnya. Dobby yang merasa telah
diberi hadiah oleh sang majikan, merasa dia telah dibebaskan. Jadinya, sampai
sekarang, dia selalu mau menuruti perintah Heri, apalagi kalau Heri sudah
memberi dia bonus upil galian barunya lagi, karena Dobby suka rasanya,
asin-asin kecut gitu katanya.
Balik lagi ke Heri, Heri
memanggil-manggil Dobby di dapur Hogwarts tempat dia sekarang bekerja, “Dobby,
wer ar yu? Dimana silaing teh?”
Tak berapa lama, terdengar suara
dari belakang Heri, rupanya Dobby ber-Apparate di situ.
“Wilujeung Weungi, kang Heri
Punten, Sir!” sapa Dobby. Oh iya, saking ngefansnya Dobby kepada Heri, dia
sampai belajar bahasa Sunda, agar terasa lebih akrab dengannya. “Aya kaperluan
naon, akang nyaur abdi?”
“Ieu, Dobby, pangnyampurkeun
ramuan ieu ka kaemaman nu bade disajikeun enjing di aula besar, nya? Terus, ieu
resep kaemamanna. Tenang, Propesor Dumbledore ge tos ngijinan sadayana da..”
“Sumuhun, kang, siap! Dobby mah
lamun Propesor Dumbledore can ngijinan oge, tetep bakal ngalakukeun parentah ti
kang Heri Punten, Sir!” cicit Dobby terlihat serius. “Atos kitu wae parentahna?”
“Iyah, atos kitu we, nuhun nya..”
TAR. Dobby ber-Disapparate lagi,
dan Heri pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat agar bisa memulai pelajaran
esok hari dengan kondisi yang fit.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Esok paginya Heri terbangun,
mengucek-ngucek matanya sebentar lalu mengambil kacamatanya. Dia melirik ke
kanan, ranjang Ron telah kosong. Heri kangen ama sahabatnya itu, tapi kemaren
pas dia datang, Ron sudah tidur, eh, sekarang malah ga ada. Heri melirik jam
tangannya, dan dia pun sadar kenapa Ron sudah tidak ada di ranjang, dia bangun
kesiangan, mana pelajaran pertama mereka Ramuan yang 5 menit lagi akan dimulai.
Heri segera merapikan ranjangnya, mengganti bajunya, kemudian mengambil segelas
air putih untuk dia minum. Eh, bukan untuk diminum, tapi dia ambil air untuk
dia kepretin ke mukanya, biar keliatan seger. Setelah itu dia pun berlari
keluar, berharap bisa tepat waktu tiba di kelas Ramuan.
Heri berlari terus sepanjang
koridor Hogwarts, menuruni anak tangga untuk sampai ke ruang bawah tanah tempat
kelas Ramuan berada. Akhirnya dia pun sampai di depan kelas yang sayangnya
pintunya telah tertutup yang artinya Prof Snape sudah berada di dalam kelas.
Memang dasar nasib Heri, padahal telatnya hanya 1 menit 3 detik. Heri pun
membuka pintu, dan betapa kagetnya dia saat masuk ke kelas itu, karena rupanya
kelas dipakai oleh angkatan tahun ke-4, bukan angkatan Heri. Heri baru ingat,
mereka kan pulang dari liburan itu hari Selasa, jadi sekarang itu hari Rabu,
bukan Senin, jadi seharusnya pelajaran pertama dia adalah Herbologi.
Semua mata pun memandang Heri
(sepenglihatan Heri sih pada memandang sambil berbinar-binar, saking kerennya
Heri kali ya?), tak terkecuali Prof Snape. Dan akhirnya, Heri harus
terkaget-kaget lagi saat Prof Snape berkata, “Mr Punten, ari silaing teh
ngalindur? Pake salah asup kelas kadieu? Cik atuh sibeungeut heula, eta belek
ge masih ayaan. Makana tos Sholat Subuh teh ulah sare deui, apa malah labas teu
Sholat Subuh?”
Heri tercenung. Prof Snape
berbahasa Sunda? Terus cara Prof Snape memarahi Heri juga mengingatkan Heri
dengan guru ngajinya di kampung kalo lagi marah.
“Mr Punten! Kunaon malah
ngajentung hungkul di dinya? Geura ka kelasna nu bener ditu.. Saencan pak guru
mutuskeun ngadetensi maneh!”
“Eh, iyah, Prop, punteun pisan
nya.. Maap!” balas Heri, lalu dia berbalik pergi, dan terus berlari menuju
kelas Herbologi. Dalam pikirannya Heri masih merasa bingung, ‘Kok tiasa nya,
Propesor Snape teh nganggo basa Sunda?’
-=--=--=-=
Tak terasa sudah jam makan siang.
Pelajaran pertama Heri selesai. Beberapa saat Heri masih tercenung. Dia masih
memikirkan soal Prof Snape berbahasa Sunda, bukan itu saja dia pun tambah kaget
ketika Prof Sprout mengajar Herbologi dengan bahasa Sunda juga. Bahkan, semua
teman Heri juga berbicara bahasa Sunda.
“Beuh, buset, tadi palajaran
Herbologi meuni rieut euy. Mana tugasna kudu nyieun essai sapanjang 30 senti!”
keluh Ron ketika mereka berjalan ke Aula Besar.
“Ah, maneh mah emang teu
merhatikeun nu diajarkeun tadi weh. Tadi Prof Sprout kan tos nerangkeun meuni
jentre pisan. Terus tinggal milarian tambahan bahanna di perpustakaan we eta
mah..” timpal Hermione, yang seperti biasa menjadi ‘Neng Nyaho Sagala’ alias ‘Miss Know-It-All’.
“Huu, engke urang nyonto ka essai
maneh weh nya, Hermione! Hehe..” kata Ron dibalas dengan tatapan tak percaya
dari Hermione. “Eh, he-eh, Heri.. Naha titadi maneh cicing wae euy? Nyeuri huntu
sugan? Apa sariawan?”
Benar juga. Heri yang sedari tadi
masih belum bisa menerima keadaan sekolahnya yang full nyunda jadi agak
pendiem. Heri masih syok, meskipun dalam batinnya yang terdalam dia merasa
senang sekali karena suasana di Hogwarts jadi mirip dengan ketika dia
bersekolah di SD-nya dahulu.
“Hoi, Heri! Malahan ngahuleung
maneh mah!” seru Ron lagi.
“Uh, oh, maap. Tadi Heri kapikiran
pemotretan pas liburan kamari. Tos diterbitkeun can nya majalahna?” kilah Heri.
“Ah elah, jadi model iklan panu
hungkul ge, nu kacetak ge bagian tonggongna doang pan? Haha..”
Heri tertawa, kemudian menjitak
kepala Ron.
“Ngomong-ngomong, Ron, Hermione,
aranjeunna nyadar teu ti keur enjing nyariosna nganggo basa Sunda?” akhirnya
Heri menanyakan pertanyaan yang mengganjal pikirannya sedari pagi.
“Basa Sunda?” Hermione terlihat
bingung. “Titadi pun abdi mah nyariosna basa Inggris kos biasa ah. Ngan Heri
hungkul anu nimpalan nganggo basa Sunda, tapi da urang-urang mah tos ngarti
sakedik-sakedik naon nu dicarioskeun ku Heri..”
“Si Heri beneran masih ngalindur
sigana yeuh. Tadi isuk oge pan ampe salah asup ka kelas Ramuan. Ajib, nya,
kakarak asup sakola deui geus meunang panglarisan Snape nu ngambeuk.”
“Terus, weh, Ron, terus.. Meuni
resep pisan nya ningali Heri tersiksa.. Sungguh ter.. la.. lu.. Awas weh, engke
moal ditambutkeun deui kaset Nining Maida.”
“Ih, kitu si Heri mah pundungan,
maap atuh, nya.. Terus ayeuna weh atuh minjeum kaset Nining Maida-na, mumpung
ayeuna urang geus boga walkman nu tos dimodif ku babeh urang.”
“Ya, ya, ya..”
Dan heri pun masih bingung. Jadi
sebetulnya mereka sadarnya itu masih berbicara dengan bahasa Inggris? Tapi yang
Heri dengar adalah bahasa Sunda. Hmm, yowislah, apapun itu Heri merasa tentram
dengan segala dialog berbasa Sunda yang dilontarkan oleh teman-temannya bahkan
oleh gurunya sekalipun. Membuat Heri merasa berada di kampung halaman.
Tring. Tiba-tiba Heri jadi
keingetan dengan surat yang dikirim oleh ayahnya. Kemarin kan ayahnya itu
mengirim ramuan untuk yang sedang rindu kampung halaman. Jangan-jangan fungsi
ramuan itu adalah seperti yang sekarang terjadi, membuat semuanya seakan berbahasa
sesuai bahasa kampung halaman Heri. Dobby juga sepertinya sudah sukses
menyampurkan ramuannya di makanan yang disajikan ketika sarapan. ‘Bener-bener,
aya-aya wae si bapa teh,’ batin Heri sambil tersenyum setelah menyadari semua
yang terjadi. Akhirnya, setelah dia mengetahui apa yang sedang terjadi
sekarang, dia semakin rileks dan memanjakan diri dengan bercengkrama bersama
teman-temannya yang berbahasa Sunda juga.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Semua pelajaran di hari itu telah
usai, perut Heri mulai keroncongan, sindenan, bahkan dangdutan. Sekarang
saatnya makan malem di aula besar. By the way, sepertinya efek ramuan dari ayah
Heri sudah mulai pudar, karena sekarang sudah kembali pada ngomong Inggris
lagi. Tapi tak apalah, meskipun efeknya hanya setengah hari tapi cukup membuat
perasaan kangen terhadap kampung halaman Heri terobati. Eit, tapi tunggu dulu,
sepertinya kejutan dari Ayah Heri belum usai, karena ketika Heri masuk aula
besar, makanan yang tersaji adalah makanan-makanan sunda semua. Ada kerecek
oncom, pepes gurame, bakakak hayam, semur jengkol, sayur aseum, lauk asin, tahu
dikecapan, tempe orek, dan ada sambel terasinya juga plus lalapannya! Lagi-lagi,
ini pasti sesuai resep yang diberikan ayahnya dan resep itu sukses diterapkan
oleh Dobby juga.
Murid-murid Hogwarts yang baru
melihat makanan khas Sunda ini masih belum ada yang menyentuh piring di
dekatnya. Mungkin mereka masih belum tahu bagaimana enaknya makanan ini. Alhasil,
mau tak mau Heri yang mesti duluan menciduk makanan yang ada di meja panjang
aula besar itu. Dengan lahap dia makan semua makanan yang tersaji, kemudian dia
pun menatap ke arah Ron dan Hermione yang terlihat masih ragu, lalu berucap, “Subhanallah,
nikmat mana yang engkau dustakan! Ajiiiib! Yuk ah gabung!”
Ron dan Hermione
berpandang-pandangan sesaat, kemudian mereka duduk di dekat Heri dan mulai
menyantap makanan yang berada di depan mereka. Di suapan pertama, mata mereka
langsung berbinar saking enaknya, kemudian dengan semangat menyendok suapan
lainnya. Akhirnya setelah melihat trio Heri, Ron, Hermione yang begitu lahap
menyantap makanan yang tersaji itu, murid yang lain pun ikut tergoda dan
merasakan hasrat kepuasan yang sama seperti Heri. Bahkan, Heri pun sempat
mendengar Draco Malfoy bergumam, “Ajiiib!” kepada Crabbe dan Goyle.
Wih, pokoknya beneran deh, hari
ini surprise dari ayahnya dapet banget. Full dengan feeling kampung halaman.
Yah, meskipun hanya sehari, tapi sukses berat membuat kegalauan Heri hilang
seketika. ‘Nuhun pisan nya, pa.. Pokona mah Sunda Rocks! Keluarga Punten Rocks
oge!’
Tamat
NB: Nanti subtitle dialognya
menyusul yak. Soalnya udah keburu deadline. Hahaha.. And dont forget to leave
your comment. Teng kiyu.
2 comments:
Mana terjemahannya, Bay?
Btw, buweuk itu kalo orang Jawa yg baca bisa ngakak kejengkang dah 😂😂
Ish, baru nyadar subtitlenya belum terbit yak.. Ntar ah bikin subnya sekalian posting ke HPI
Post a Comment