#30harimenulis #30harimenulis2018
#harike25
Taman Firdaus
Di Minggu pagi yang cerah, sebuah
motor melaju dengan kecepatan lumayan tinggi membelah jalanan Surabaya yang
masih sepi. Motor itu dinaiki oleh seorang pria beserta istri dan kedua
anaknya. Raut wajah sang Ayah yang sedang menyetir terlihat begitu serius saat
itu, sedangkan putri bungsunya yang berada di depan keliatan masih ngantuk. Si
kakak yang ada di tengah-tengah entah kenapa malah terlihat sedang menangis.
Sedangkan sang Ibu yang berada paling belakang memasang raut wajah sedih,
mungkin tak tega melihat anaknya yang berlinangan air mata.
“Ayah yakin mau ngelakuin ini?”
tanya si Ibu kepada suaminya, wajahnya tampak ragu. Tetapi suaminya tetap tidak
menggubris. Entah karena tak mau menjawab atau karena suaranya tak terdengar.
Si Ibu menghela nafas. Kemudian
bertanya untuk kedua kalinya, “Yah, yakin nih? Ayah deng..”
“Iya, Ayah denger kok,” potong
sang Ayah, “Kan sebelum berangkat juga kita udah berembuk dan mengiyakan titah
yang udah diberikan! Kita harus yakin dong. Apalagi imbalannya sangat besar!”
Mendengar jawaban suaminya, si
Ibu langsung terdiam dan menunduk lesu. Hingga tak berapa lama, dia rasakan motor
yang dikendarai suaminya itu melambat kemudian berhenti di depan salah satu
Gereja besar yang ada di Surabaya.
“Sudah sampai, Ibu dan dua putri ayah
yang cantik turun di sini ya. Ayah pergi ke tempat lain dulu!” ujar sang Ayah
sambil menurunkan ketiga penumpangnya. “Jangan pasang wajah sedih dong, ga lama
kita bakal ketemu lagi kok di Taman Firdaus sana..”
Si Ibu mencoba tersenyum. Diciumnya
tangan sang suami sebelum mereka berpisah. Kedua putrinya pun ikutan. Setelah
itu si putri bungsu melambai-lambaikan tangannya ketika melihat Ayahnya pergi
meninggalkan mereka, sedangkan si kakak masih saja menangis.
“Yuk, nak.. Kita jalan..” ajak si
Ibu mulai melangkahkan kakinya ke arah Gereja sambil memeluk erat kedua putri
kesayangannya.
“Bu, yakin kita bakal ketemu lagi
di sana?” tanya si kakak sambil memandang wajah ibunya dengan air mata
berlinangan.
“Taman Firdaus bagus kan, Bu?” si
bungsu ikutan bertanya.
SI ibu terdiam sejenak, terlihat
ragu, kemudian dia anggukkan kepalanya. Dia pun mempercepat langkahnya ke arah
Gereja. Hingga tiba-tiba...
DUARR!!
Sebuah ledakan terdengar dari
depan Gereja itu. Kondisi bagian depan Gereja langsung luluh lantah, asap putih
bekas ledakan membumbung tinggi. Orang-orang yang berada di dalam pun panik dan
berhamburan keluar.
Dan saat suasana mulai tenang,
serta asap mulai hilang. Terlihat beberapa bagian tubuh dari korban ledakan
tadi tersebar di sekitar area Gereja. Tak terkecuali bagian tubuh si Ibu dan
kedua putrinya yang diduga sebagai pelaku pengeboman tersebut.
Selesai
#397kata
NB:
Entahlah, kok tiba-tiba jadi
pengen nulis tentang kejadian pengeboman di Surabaya di bulan Mei lalu. Terus
pake sok-sokan ngambil dari sudut pandang pelaku pula. Tapi inget ya, bukan
berarti gw ngedukung apa yang mereka lakuin. Gw cuma ngerasa sedih kenapa
mereka sampe tega ngelakuin misi itu dan bawa anak-anak yang masih unyu-nya
pula. Turut berduka cita juga buat para korban lainnya. Hiks..
No comments:
Post a Comment