Saturday, September 20, 2014

(Fanfic Harry Potter) Namaku Adalah..

Fandom : Harry Potter
Genre :  Humor
Disclaimer : JK ROWLING dkk
Timeline : Tahun 2014
Rating : Semua Umur

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Namaku Adalah..

Hari ini hari libur, tapi aku sudah berpakaian rapi seperti hari sekolah biasa. Yes, klub Duel, aku datang! Sungguh aku senang sekali karena hari ini aku akan mengikuti klub Duel yang baru saja diadakan oleh pengajar ‘Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam’ kami  yang baru, Profesor Gilderoy Lockhart. Pasti seru kan ketika nanti aku bisa mempraktekkan mantra-mantra yang sudah kupelajari di sini. Aku benar-benar tak sabar lagi. Kusiapkan tongkat sihirku lalu kumasukkan ke dalam saku jubahku. Setelah itu aku pun berangkat menuju Aula Besar Hogwarts, tempat dimana kegiatan klub Duel akan berlangsung.

Wah, rupanya aula besar sudah didekorasi untuk kegiatan ini. Empat meja makan asrama sudah dihilangkan, digantikan oleh sebuah panggung besar dan panjang yang aku yakin akan digunakan sebagai arena duel. Siswa dan siswi yang datang untuk kegiatan ini sudah berkumpul mengelilingi panggung tadi. Aku juga ikut mendekati panggung, kucari penampakan Ron dan Hermione yang sudah berangkat duluan. Setelah ketemu, aku pun berdiri di dekat mereka.

Beberapa saat kemudian, Prof Lockhart dan Prof Snape masuk ke Aula dan langsung naik ke atas panggung. Seketika suasana aula hening, semua mata terfokus ke arah mereka.

“Selamat pagi, anak-anak!” sapa Prof Lockhart sambil menunjukkan senyum khasnya. “Seperti kalian ketahui, hari ini kita akan mengadakan sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang dijamin membuat kalian ketagihan. Yeah, klub Duel. Aku harap dengan kegiatan ini kalian semakin bisa mahir menguasai sihir, terutama ketika kalian harus berduel melawan musuh. Tapi ingat, klub ini tetap merupakan klub untuk bersenang-senang.. So, tanpa berlama-lama mari kita mulai saja.. Mari, Prof Snape..”

Setelah pidato pembukaan singkat dari Prof Lockhart itu sekarang kulihat dia dan Prof Snape segera memperagakan cara duel di atas panggung. Mereka berdua maju ke tengah, saling berhadapan, mengangkat tongkat ke depan wajah mereka sebagai penghormatan, lalu berbalik mundur dan maju beberapa langkah. Ketika jarak mereka sudah lumayan jauh, mereka saling berhadapan lagi sambil menodongkan tongkat ke lawan duel mereka masing-masing.

“Ingat, duel mantra dilakukan setelah hitungan ketiga. Prof Snape silakan berikan contoh mantra penyerangan, dan aku akan membloknya,” ucap Prof Lockhart, “kita mulai Satu.. Dua.. Ti...”

Sebuah sinar berwarna hijau cerah meluncur dari tongkat Prof Snape ke arah Prof Lockhart yang langsung terpelanting beberapa meter dan mendarat mulus dengan posisi terlentang. Tongkatnya sendiri terpental.

“Oh, maaf anak-anak, sepertinya aku kurang cepat merapal mantra pertahananku, dan contoh yang bagus, Prof Snape!” kata Prof Lockhart sambil berusaha berdiri dengan gaya tetap cool demi jaga imej kepada murid perempuan.

Hahaha.. Dasar, Prof Lockhart. Lagipula berani-beraninya sih mengajak Prof Snape sebagai partner duel.

“Ok lah, kurasa sehabis melihat contoh duel tadi, sudah saatnya kalian mencoba sendiri.. Bagaimana kalau dimulai dari, hmm, kamu.. iyaa, kamu..”

Prof Lockhart menunjukku. Dengan ekspresi takut-takut, aku memaksakan diri naik ke atas panggung.

“Sedangkan lawannya adalah, kamu.. iyaa, kamu yang berambut merah..”

Kali ini Prof Lockhart menunjuk Ron, tapi langsung disanggah oleh Prof Snape. “Ah, tongkat Mr Weasley setahuku sedang patah, sehingga bisa membahayakan, lebih baik lawan murid dari asramaku, Malfoy, maju.. Iyaa, maju..”

“Sip, usul yang bagus. Ok silakan maju ke tengah, lakukan penghormatan.. Yak, mundur beberapa langkah, siapkan tongkat sihir, ingat rapal mantranya setelah hitungan ketiga ya, dan gunakan mantra hanya untuk melucuti lawan, bukan untuk menyakitinya. Siap? Satu.. Dua.. Tiga..”

“Elap Ingus Sambil Capcus Ayo berangus!” seruku merapalkan mantra untuk melucuti tongkat lawan. Malfoy hanya bisa terdiam tak percaya, entah karena pasrah atau terlena. Dia pun terpental terkena sinar berwarna biru atau hijau muda (sewarna dengan ingus) yang dikeluarkan tongkatku, sempat berputar beberapa kali di udara, lalu mendarat duluan dengan pantatnya. Aku pun tersenyum, pasti Prof Lockhart akan memujiku, batinku. Tapi aku salah, bukannya memuji, beliau malah..

“Mantra apa itu? Prof Snape, apa itu mantra sihir hitam?” Prof Lockhart terlihat bingung, dia pandang rekan sejawatnya, tetapi Prof Snape pun tidak mengeluarkan suara apapun, hanya diam, sama-sama tak tahu. Semua yang ada di ruangan pun ikut-ikutan menatap ke arahku.

Apa ada yang salah dengan mantra itu? Itu kan mantra yang dipelajari di sini.. Di Hogwarts.. Eh, tapi tunggu, ini di Hogwarts? Hogwarts sekolah sihir beneran itu? Aku kan bukan dari Hogwarts, aku belajar di sekolah sihir yang ada di negara antah berantah sana. Jangan-jangan aku sudah kesasar ke sini, kok baru sadar ya?

Di saat aku sedang kebingungan, aku tak menyadari keberadaan Prof Snape yang sudah mendekat. Beliau membuka topi penyihir yang kupakai, dan seketika itu terperanjat.

“Demi Jenggot Merlin yang dikepang kuda!” umpat Prof Snape. “Sejak kapan kau  berambut kribo!”

He? Ini memang gaya rambutku dari kecil kan?

Hermione dan Ron yang keliatan kaget juga maju mendekatiku.

“Bloody Hell! Lihat, sir, bekas luka di dahinya juga berbentuk bintang, bukan petir..!” pekik Ron.

Ya ampun, memang dari dulu bentuk lukaku seperti ini kan?

Hermione langsung mendekap mulutnya. Dia keliatan seperti mengetahui sesuatu.

“Kau bukan Harry Potter, tapi jangan-jangan kau adalah..”

“Yak, benar!” potongku. “Maafkan aku karena telah kesasar sejauh ini sampe sekolah aslinya, biarkan aku memperkenalkan diri, namaku adalah B..”

.
.
.
.
.
.
.
.

“TIDAAAAAAK!!”

Aku membuka mata. Huh, untung saja hanya mimpi.  Entah kenapa aku jadi sering bermimpi buruk soal itu. Salahku sendiri sih, mau saja menonton streaming sebuah sinetron yang disarankan oleh sahabatku, Hermione. Menurutnya kisah sinetron itu hampir sama dengan kisah petualangan kami ketika sekolah. Walaupun tentu saja detail-detailnya tidak sama persis. Tapi sumpah, sekali menonton itu aku langsung kapok, aku kan ga seburuk dan sejelek tokoh utama di sinetron itu. Aku hanya berdoa, semoga sinetronnya segera turun tayang. Dan kepada Hermione atau siapapun yang sudah tahu soal sinetron itu, jangan sampai disebarin lagi deh. Bahaya tauk kalau istri dan ketiga anakku, atau bahkan teman-teman aurorku juga sampai tahu. Bisa-bisa aku jadi bahan ejekan bulan-bulanan mereka.

Aku pun berdiri, mencoba menghapus memoriku soal hal itu sambil merapikan rambutku di depan cermin. Yah, whatever lha, pokoknya tak perlulah terpikirkan oleh hal tak penting, masih banyak hal lain yang perlu kupikirkan, seperti..

“GRRRRRR!!! Siapa yang menggambar bintang di dahiku.. JAAAMMESSS!!”

TAMAT

NB:
-          Emang sih, James terkenal keisengannya, tapi sebenernya diatas itu Ginny yang iseng. Ginny kesel, soalnya gara-gara sering mimpi buruk, Harry kalo tidur jadi berisik. Lagian kalau bulan September mah si James udah masuk sekolah kan? Hahaha..
-          Tuh, Harry Potter aja udah nyaranin jangan nyebar-nyebarin lagi soal sinetron ‘Si Besi’ itu. Jadi plis Move on ya Potter Head!