Showing posts with label horor. Show all posts
Showing posts with label horor. Show all posts

Thursday, July 19, 2018

Cerpen: Taman Firdaus (30 Hari Menulis: Hari ke-25)

#30harimenulis #30harimenulis2018 #harike25

Taman Firdaus

Di Minggu pagi yang cerah, sebuah motor melaju dengan kecepatan lumayan tinggi membelah jalanan Surabaya yang masih sepi. Motor itu dinaiki oleh seorang pria beserta istri dan kedua anaknya. Raut wajah sang Ayah yang sedang menyetir terlihat begitu serius saat itu, sedangkan putri bungsunya yang berada di depan keliatan masih ngantuk. Si kakak yang ada di tengah-tengah entah kenapa malah terlihat sedang menangis. Sedangkan sang Ibu yang berada paling belakang memasang raut wajah sedih, mungkin tak tega melihat anaknya yang berlinangan air mata.

“Ayah yakin mau ngelakuin ini?” tanya si Ibu kepada suaminya, wajahnya tampak ragu. Tetapi suaminya tetap tidak menggubris. Entah karena tak mau menjawab atau karena suaranya tak terdengar.

Si Ibu menghela nafas. Kemudian bertanya untuk kedua kalinya, “Yah, yakin nih? Ayah deng..”

“Iya, Ayah denger kok,” potong sang Ayah, “Kan sebelum berangkat juga kita udah berembuk dan mengiyakan titah yang udah diberikan! Kita harus yakin dong. Apalagi imbalannya sangat besar!”

Mendengar jawaban suaminya, si Ibu langsung terdiam dan menunduk lesu. Hingga tak berapa lama, dia rasakan motor yang dikendarai suaminya itu melambat kemudian berhenti di depan salah satu Gereja besar yang ada di Surabaya.

“Sudah sampai, Ibu dan dua putri ayah yang cantik turun di sini ya. Ayah pergi ke tempat lain dulu!” ujar sang Ayah sambil menurunkan ketiga penumpangnya. “Jangan pasang wajah sedih dong, ga lama kita bakal ketemu lagi kok di Taman Firdaus sana..”

Si Ibu mencoba tersenyum. Diciumnya tangan sang suami sebelum mereka berpisah. Kedua putrinya pun ikutan. Setelah itu si putri bungsu melambai-lambaikan tangannya ketika melihat Ayahnya pergi meninggalkan mereka, sedangkan si kakak masih saja menangis.

“Yuk, nak.. Kita jalan..” ajak si Ibu mulai melangkahkan kakinya ke arah Gereja sambil memeluk erat kedua putri kesayangannya.

“Bu, yakin kita bakal ketemu lagi di sana?” tanya si kakak sambil memandang wajah ibunya dengan air mata berlinangan.

“Taman Firdaus bagus kan, Bu?” si bungsu ikutan bertanya.

SI ibu terdiam sejenak, terlihat ragu, kemudian dia anggukkan kepalanya. Dia pun mempercepat langkahnya ke arah Gereja. Hingga tiba-tiba...

DUARR!!

Sebuah ledakan terdengar dari depan Gereja itu. Kondisi bagian depan Gereja langsung luluh lantah, asap putih bekas ledakan membumbung tinggi. Orang-orang yang berada di dalam pun panik dan berhamburan keluar.

Dan saat suasana mulai tenang, serta asap mulai hilang. Terlihat beberapa bagian tubuh dari korban ledakan tadi tersebar di sekitar area Gereja. Tak terkecuali bagian tubuh si Ibu dan kedua putrinya yang diduga sebagai pelaku pengeboman tersebut.

Selesai

#397kata

NB:
Entahlah, kok tiba-tiba jadi pengen nulis tentang kejadian pengeboman di Surabaya di bulan Mei lalu. Terus pake sok-sokan ngambil dari sudut pandang pelaku pula. Tapi inget ya, bukan berarti gw ngedukung apa yang mereka lakuin. Gw cuma ngerasa sedih kenapa mereka sampe tega ngelakuin misi itu dan bawa anak-anak yang masih unyu-nya pula. Turut berduka cita juga buat para korban lainnya. Hiks..

Monday, July 16, 2018

Challenge: Fiksi Mini 300 karakter (30 Hari Menulis: Hari ke-22)


#30harimenulis #30harimenulis2018 #harike22

Tema: Fiksi Mini
Membuat cerita fiksi dengan panjang maksimal 300 karakter di setiap judul.

Cerita 1:
Sop Daging

Sop daging buatanku ini memang tak pernah mengecewakan lidahku. Untuk membuatnya aku harus bersabar karena bahan daging terbaik yang aku pakai tidak selalu ada.

“Enak sekali ceker ini,” ucapku ketika menggerogoti bagian kakinya. “Semoga saja nanti ada yang mengaborsi kandungannya lagi di klinik ini.”

Tamat

#300karakter #44kata

Cerita 2:
Layang-Layang

Sambil terus berlari, mata Imron tetap fokus menatap ke langit. Rupanya dia sedang mengejar layang-layang putus yang sedang melayang ke arahnya.

“Horee, dapat!” pekik Imron senang setelah meraih layangan itu.

Sayangnya, dia tak sadar, ada sebuah truk yang sedang melaju kencang ke arahnya.

CKIIT, DUAAG!

Tamat

#300karakter #45kata

Cerita 3:
Sensasi  itu

“Ouh. Ah!” Rintihku, sesekali aku menggelinjang. Peluh pun membanjiri tubuhku. “Oh no! Jangan bagian itu!”

Tapi dirinya tak peduli. Dia masih saja memberiku sensasi itu.

“Ah, aku tak tahan lagi.” Rintihanku kali ini membuatnya berhenti.

Dia pun berseru, “Ikan goreng matang!” dan menaruhku di piringnya.

Tamat

#300karakter #45kata

Saturday, July 7, 2018

Drama Ojol bagian 4 (30 Hari Menulis: Hari ke-13)


#30harimenulis #30harimenulis 2018 #harike13

Drama Ojol
Bagian Keempat

“Cung, gua pulang dulu ya..” Abdi pamit sama temennya yang ada di basecamp ojek online.

“Lha, yakin lu? Ini udah jam setengah 2 pagi, kagak serem apa?” balas Acung rada khawatir. “Nginep aja sih, bray..”

Abdi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Enggak ah, terakhir kali gua nginep di sini, lu ngegrepein paha gua! Hiiy..”

“Sialan lu! Jijay banget dah ah. Ya udah gih sana pulang. Males pisan ah ada lu juga, ngeledekin gua wae..”

“Hahaha.. Woles, bro.. Lagian, kali aja ada penumpang nyangkut pas gua balik.. “

“Yeah, paling juga jurig yang entar lo angkut!”

“Aman. Kan jurignya ngejogrog di sini.. Huahahaha..”

“Sue banget lo, ABDII!!”

Sambil terkekeh-kekeh, Abdi langkahkan kakinya ke motor yang dia parkir di pinggir basecamp. Tanpa berlama-lama dia pun segera naik ke motor maticnya dan pergi ninggalin temennya yang masih keliatan kesel gara-gara diledekin melulu.

Suasana penghujung malem itu kerasa sangat sepi. Atuh siapa coba yang mau keluar di malem-malem gini? Mana cuacanya pun lagi dingin-dinginnya. Tapi hal itu ga menyurutkan niat Abdi untuk tetap nge-bid atau ngidupin aplikasi driver ojolnya. Kan lumayan kalo ada yang nyangkut, bisa ngegantiin ongkos bensin pulangnya ini, pikirnya.

Di jalanan lengang kayak gini, pinginnya Abdi sih, dia bawa motornya dengan kecepatan tinggi. Tapi apa daya, jaketnya yang tipis ga bisa nahan udara dingin malem itu. Cuman herannya, meskipun udara sangat dingin, ga ada angin yang berhembus.

“Hmm, kok kayak ada bau bunga kemboja ya?” tanya Abdi pada diri sendiri ketika dia melewati jalanan dekat perkebunan yang memang sering terjadi kecelakaan. Dia pun langsung merinding. “Ah, fokus, Abdi, fokus! Jangan berpikiran yang enggak-enggak!”

Sambil tetap menyetir, Abdi yang mulai merasa ketakutan memandang jalanan sekitarnya. Masih sepi, tak ada siapa-siapa, dan hanya suara mesin motornya yang terdengar. Hingga tiba-tiba...

“ASTAGHFIRULLAH!!” Abdi langsung beristighfar karena kaget saat dia mendengar sesuatu. “Ya Allah, ternyata suara ringtone hape gua, sue pisan lah!”

Dengan nafas ngos-ngosan dan masih keliatan kesal, Abdi menepikan motornya terlebih dahulu buat ngecek hapenya. Rupanya ada orderan masuk dari penumpang bernama Monika, tujuannya searah dengan rumahnya. Tanpa ragu, dia pun menyocol orderan itu.

Setelah dia terima, gps menunjukkan posisi penjemputan penumpang yang ternyata ga jauh dari posisi Abdi sekarang. Abdi yang kesenengan dapet orderan, ga menaruh curiga sedikitpun. Langsung saja dia samperin penumpangnya.

Sekitar 100 meteran dari tempatnya tadi, dia melihat sosok seorang perempuan berdiri di bawah pohon di pinggir jalan. Sepertinya dia penumpang yang mengorder. Abdi tambah sumringah ketika melihat penampakan calon penumpangnya yang ternyata sangat cantik. Dia memakai setelan baju kantoran, atasan blazer dan rok sepan pendek.

“Mbak Monika?” tanya Abdi, perempuan itu hanya mengangguk. “Silakan naik, Mbak.. Ini helmnya!”

Sebelum naik, perempuan bernama Monika tadi memberikan uang ongkos 8 ribu terlebih dahulu kepada Abdi. Tangan dinginnya menyentuh Abdi. Tapi herannya, dia ga mau nerima helmnya. Mungkin karena jaraknya deket.

“Ok, sudah pewe ya, Mbak?” Abdi memastikan, lagi-lagi dijawab dengan anggukan.

Dengan semangat, Abdi langsung menjalankan motornya itu. Entah kenapa motornya jadi terasa berat saat dijalankan, padahal biasanya ngebonceng 2 penumpang pun motornya tetap ringan. Tapi Abdi yang kesenengan masih ga mikirin apa-apa. Dia hanya fokus SKSD kepada Mbak Monika dengan mencoba mengajak ngobrol penumpang cantiknya itu.

“Mbak Monika baru pulang kerja ya?”

Tak ada jawaban.

“Ga kedinginan, Mbak, malem-malem ga pake jaket dan cuma rok pendek?”

Masih tak ada jawaban.

“Rumah Mbak Monika deket tuh ama rumah saya. Tapi kok saya ga pernah liat ya?”

Lagi-lagi Mbak Monika tetap diam. Abdi pun melirik ke kaca spionnya. Memerhatikan wajah perempuan itu dengan seksama. Abdi baru sadar kalo wajahnya pucat sekali. Ah, mungkin si Mbak-nya lagi sakit, jadi dia males ngobrol, ya udah deh gua juga diem aja, batin Abdi sambil terus fokus jalanin motornya lagi.

Namun entah kenapa perjalanan itu kerasa panjaaang banget. Padahal harusnya dari basecamp ke rumahnya tuh cuma makan waktu 20 menit aja. Terus tadi dia udah setengah jalan sampe dapet orderan, harusnya berarti perjalanannya tuh cukup 10 menitan aja. Tapi ini udah hampir sejam, dia belum sampe-sampe juga. Saat Abdi mengecek gps hapenya yang dia tempelkan di atas setang motor pun malah error. Posisi gps-nya loncat-loncat ga karuan, pindah-pindah posisi.

“Mbak, kita ga nyasar kan?” tanya Abdi mulai ragu sambil melihat-lihat sekitar lagi. Setelah beberapa menit, dia tersadar, kalo dia udah ngelewatin jalanan perkebunan ini sebelumnya. Dan benar saja, dia pun melihat pohon tempat dia menjemput penumpangnya tadi. Tiba-tiba, perempuan yang diboncengnya pun tertawa terkikik.

DEG.

Bulu kuduk Abdi langsung berdiri. Jantungnya berdegup kencang. Semilir bau bunga kemboja pun tercium lagi. Ditambah bau amis darah. Seluruh tubuh Abdi pun merinding.

Dia paksakan dirinya untuk menoleh ke belakang, dan betapa kagetnya, ternyata perempuan tadi sekarang jadi berparas seram. Rambutnya pun panjang berantakan. Bajunya juga dipenuhi darah yang masih segar. Perempuan itu terdiam sejenak ketika sadar sedang dilirik oleh Abdi. Mata merahnya pun membelalak, memelototi Abdi. Setelah itu dia terkikik lagi sambil terbang ke arah pohon besar tempat dia dijemput.

“HUAAAAAAAAAA!!!”

Abdi gak kuasa menahan rasa takutnya. Dia pun berteriak dengan sekuat tenaga. Untungnya sepeninggal boncenger ajaibnya tadi, motornya kembali jadi ringan. Akhirnya Abdi pun menarik gas dengan kecepatan penuh, hingga tak terasa dia sudah sampai di rumahnya.

“Di, kenapa kamu? Muka ampe pucet gitu. Kunaon maneh teh?” tanya seorang tetangganya yang berpapasan dengannya.

“Ga apa-apa, Pak Imron.. Hosh.. Hosh..” jawab Abdi ngos-ngosan sambil berhentiin motornya, dia masih ga percaya ama hal yang baru aja dia alamin tadi.

“Ya udah, yuk, ke Mesjid. Udah Subuh tuh,” ajaknya.

“Hah, udah Subuh?” Abdi keheranan. Berarti dia itu udah muter-muter ama si mbak ‘Kun-Kun’ tadi selama kurang lebih dua jam.

“Iya atuh. Masa bapak bohong.. Lagian kamu teh baru pulang narik? Malem Jumat masih narik wae geuning..” jawab Pak Imron sambil nasehatin. “Tuh, belakang jaket ama jok kamu juga kena apa coba, ampe merah-merah gitu. Udah gih sana masuk dulu, ganti baju. Bapak duluan ya..”

Abdi mengangguk. Dengan langkah gontai, dia masuk ke dalam rumahnya.

Abdi pun membuka jaket ojol kesayangannya. Mulutnya langsung menganga, dia pun gak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagian punggung jaketnya itu dipenuhi bercak darah yang masih segar. Jok belakangnya juga begitu.

Tiba-tiba dia teringat dengan ongkos yang diberikan oleh perempuan tadi. Herannya, uang itu masih utuh. Abdi semakin merinding.

Itu berarti semua yang dialaminnya tadi bukan khayalan belaka.

Apes.. Apes..

Selesai

#1023kata

NB:
Yo, karena tema 30 hari menulis kali ini tuh fiksi horor, jadi gw sengaja ngangkat kisah ojol yang pernah ngangkut jurig kayak di atas. Yep, kisah ini terinspirasi dari kisah nyata lho. Kalo ga percaya cari aja di mbah gugel. Hihihi.. *ngikik kayak mbak Kun-Kun*. Last but not least.. Ditunggu wejangannya di kolom komentar. Hohoho..

Thursday, August 6, 2015

Lembur (Cerpen)

Buat cerita dari gambar ini!

NB: Tulisan ini dibuat sebenernya untuk memenuhi salah satu kuis dengan tantangan harus membuat cerita dari ilustrasi gambar yang ditampilin. Kuisnya diadain di salah satu grup film yang gw ikutin, lumayan banyak lho yang ikutan. And inilah tulisan yang gw posting untuk kuis itu, cekibrot >>

Lembur

‘Ah, sial sekali’, Aku membatin kesal karena di akhir bulan Juni ini aku harus lembur di kantor karena laporan tutup buku untuk bulan ini belum selesai. Untungnya bukan hanya aku saja yang masih berada di ruangan kantor yang mulai sepi ini. Masih ada Santi dan Rida juga. Mataku mulai sering melirik ke arah jam dinding yang jarum jamnya terus bergerak dan membuatku ingin segera menyelesaikan laporan ini. Ah, akhirnya ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah 8 kurang, aku telah menyelesaikannya, begitu juga kedua rekan kerjaku yang lain.

“Ita, laporan lo udah kelar juga? “Kalo elo, Rid?” tanya Santi padaku dan Rida, kami hanya membalas dengan anggukan kecil. “Baguslah! Eh, ngeteh-ngeteh cantik dulu yuk sebelum pulang, sambil ada yang mau gw ceritain nih soal rumor-rumor di kantor ini..”

“Wah, ada rumor apa emangnya?” aku jadi penasaran.

“Buatin dulu atuh, Ta, tehnya, baru gw cerita..”

“Loh kok aku yang buatin?”

“Kan elo yang paling deket ama dispenser. Lagian si Rida mah kalo bikin teh suka kebanyakan gulanya. Hihihi..”

Yaah, mau tak mau aku pun membuatkan teh untuk teman-temanku. Dan setelah aku seduh tehnya, aku mulai kepo lagi, “Hayu dong, San, ceritain ada rumor apa? Elo juga penasaran kan, Rid?” Lagi-lagi Rida hanya menjawab dengan anggukan saja.

“Jadi kata staf GA di ruangan sebelah, pas mereka lembur gini suka ada yang gangguin gitu. Entah lewat penampakan atau bau-bau aneh suka kecium. Seringnya sih lewat penampakan, sosoknya hantu perempuan pake baju kantoran juga, cuman wajahnya memar-memar kayak bekas penyiksaan. Tapi Alhamdulillah yah, selama kita lembur di sini mah aman aja..” papar Santi panjang lebar, entah kenapa setelah mendengar ceritanya aku malah jadi merinding.

“Seriusan, San? Gue jadi takut nih, ah, malah diceritain pas kita lembur juga lagih. Meskipun gue selama idup belum pernah ngalamin kejadian mistis, tetep aja horor tauk!” protesku, dibalas dengan tawa jahil dari Santi, dan senyum tipis Rida.

“Ya sengaja kali, Ta, gw ceritain. Daripada gue yang takut sendiri karena cuman gue yang udah tau rumor itu. Mendingan gue share. Tapi tenang, selama bulan puasa kan semua Syaiton dikurung di neraka kata pak Ustadz mah..”

“Hayah, sue banget dah! Yowis ah, mendingan gue buru-buru pulang, daripada kemaleman dan ketemu penampakan itu, hiiy..” kataku mulai parno dengan keadaan sekitar.

“Hayu dah, yuuu.. Teh gue juga udah abis nih. Yuuk, cuus..” jawab Santi.

Aku dan Santi pun bersiap-siap. Tapi herannya, kok si Rida malah tetep diem sambil sesekali menyeruput tehnya.

“Rida, lo ga siap-siap pulang juga?” tanyaku dan kali ini dia menjawab dengan gelengan kepala.

“Dia ada janji kencan ama security sini kali, Ta. Haha..” canda Santi. “Yuk, ah, kita duluan ya, Rid!”

“Dah, Ridaa...” ujarku sembari melambaikan tangan padanya dan melenggang ke arah pintu keluar.

Namun, beberapa langkah saat aku keluar, ponselku berbunyi, ada sms yang masuk rupanya. “Eh, bentar, San, aku baca sms dulu..”

“Sms dari siapa?”

Aku pun mengeluarkan ponselku dari dalam tas, “Ga tau nih, nomor baru.”

“Sini coba gue yang baca,” ucap Santi sembari merebut ponselku, dia emang doyan kepo sih. Tadinya dia senyum-senyum pas merebut ponselku, tapi setelah dia membaca smsnya, rona wajahnya berubah. Tampangnya seperti syok seperti sudah membaca sesuatu yang mengerikan. “Err, Ta, ini hape lo.. Gue duluan ya.. Daah!”

Apaan sih? Aneh banget, batinku setelah ponselku diberikan oleh Santi. Lebih aneh lagi ketika aku melihat Santi langsung berjalan cepat atau boleh dikatakan setengah berlari ke arah pintu keluar. Pasti ada hubungannya dengan pesan singkat yang barusan masuk. Buru-buru kubuka ponselku dan kubaca pesannya, ‘Ta, elo masih di kantor gak? Hape gue ketinggalan nih, tadi pas pulang sebelum Maghrib gue kagak ngecek dulu sih.. Kalo lo masih di kantor, tolong simpenin hapenya ya! From Rida pake nomor Bokap.’

Sms dari Rida? Hapenya ketinggalan? Di sms dibilang kalo dia udah pulang dari sebelum Maghrib? Terus, yang sedari tadi nemenin kita lembur Rida siapa dong? Udara tiba-tiba mendadak dingin, bulu kudukku mulai berdiri. Firasatku mulai memikirkan hal yang tidak-tidak. Sialan, pantesan si Santi udah kabur duluan. “WOY, SANTI TUNGGUIN GUEEE!!” Aku pun segera berlari ke arah pintu keluar juga, tapi bodohnya diriku karena kekepoan maha dahsyatku aku menengok ke arah jendela ruangan kami, dan kulihat penampakan wanita yang sedari tadi menemani kami, tapi bukan wajah Rida yang kukenal yang terlihat melainkan wanita dengan wajah memar-memar. Dia terlihat sedang menyeringai kepadaku. Aku semakin panik, aku langsung berlari dengan kecepatan tinggi dan tanpa sadar aku berteriak, “SETAAAAAAANNN!! KYAAA!!”

Saturday, June 6, 2015

#30hariMenulis hari ke-6 Horor

Tema #30hariMenulis hari ini yang disuruh adalah horor yang pernah dialami.. Sigh, rasanya gw jarang bingit dah ngalamin gituan. Ga heran kan, pas kuis nyeritain kisah horor nyata, gw ngambil kisah dari orang lain. Wekeke.. Tapi, jarang bukan berarti ga pernah kan? Yeah, ada sih satu kisah yang masih aja keinget ampe sekarang, dan kalo dipikir-pikir itu mah salah gw sendiri, subuh-subuh malah keluyuran. XD

Jadi, begini ceritanya.. *ala-ala kismis*

Pas jaman gw masih nganggur bin belum dapet gawe, gw emang sering maen ke rumah temen, dan ga jarang juga ampe nginep. Nah, kebetulan pas malem itu gw nginep di rumah si Atep(bukan nama sebenernya) yang ga jauh dari rumah nenek. Cuman karena ada feeling ga enak, gw langsung pamitan aja ama si empunya rumah, padahal waktu itu jam nunjukin pukul 3.30 pagi.

Jam segitu jalanan sepi dong, angkot juga ga ada pisan. Gw mutusin jalan aja ke rumah gw yang lumayan agak jauh dari situ. Dan dari sinilah keanehan mulai terjadi, pas ga jauh gw jalan di sekitar komplek perumahan yang creepy, mulai kecium bau bunga kemboja, padahal di situ kagak ada pohon kemboja sama sekali. Tapi karena gw orangnya cuek, ya tetep aja santai dan lanjutin perjalanan. Yes, i'm afraid, but woles aja keles. :p

Oh iya, sebagai penghilang suntuk dan mengusir rasa kesepian, gw juga nyetel lagu mp3 dan dengerin pake headset. Lumayan lah, buat cairin suasana. Tapi sekali lagi keanehan terjadi, pas banget ngelewatin jalan yang deket dengan TPU, lagu mp3 gw tiba-tiba mati, gw cek hape yang nyetelnya, eh si lcdnya kedap-kedip terus restart sendiri. Ya jelas suasananya tiba-tiba hening gajebo. Tambah lagi angin dingin tiba-tiba berhembus gitu. Ah, cuman sekali lagi, gw lanjut aja perjalanannya. Dan setelah agak jauh dari TPU, hape gw normal lagi, musik jalan kayak biasa. -_-

Lanjut jalan, sekarang gw lewatin jalan yang pinggirannya sungai Cisadane. Kalo siang sih pemandangannya bagus (ada pemandangan yang lagi eek, mandi, nyuci baju, dll), tapi kalo malem mah gelap gulita pisan. Jadi gw jalan lurus terus aja ga liat kanan kiri. Oh ga kerasa udah ajan Subuh, gw lepasin headset dulu. Ga berapa lama ajan selesai, dan kejadian aneh terulang kembali. Pas gw jalan berasa pisan kayak ada langkah kaki yang ngikutin gw di belakang, pas gw berenti, langkah kakinya juga berenti, pas gw nengok kagak ada sapa-sapa. Terus aja si langkah kaki itu ngikutin sampe gw nyampe ke jembatan dan nyeberang. Mungkin yang ngikutin gw takut ketinggian kali ya, makanya ga ngikutin nyeberang juga, posisi jembatannya emang agak tinggi sih *yakali*.

Jalan terus ngelewatin perkampungan yang rada padet bin rapet rumahnya. Udah gitu gw nemu tangga yang lumayan banyak di depan. Sebenernya di sini gw nimbang-nimbang dulu, mau belok kanan yang jalannya agak landai tapi muter atau lurus naik tangga tapi cepet. Dan gw milih lurus aja. Pilihan gw ga salah, ga salah lagi nemu keanehan berikutnya, maksudnya! Pas gw naek beberapa anak tangga, gw liat di ujung paling atas tangga itu ada warna putih gitu ngejoglog gede, dalam hati gw malah merutuk, siapa sih yang naro karung beras di tengah jalan. Tapi tau ga, pas nyampe atas tuh benda malah kagak ada! Gw pun rada geli, maybe yang tadi gw liat tuh pocong keles ya, cuman saking kejauhan gw kira karung! Gw bersyukur ama batin gw yang ga berpikiran nggak-nggak. ^^

Eit, tapi jangan seneng dulu, abis ujung tangga itu tuh berarti gw harus lewatin kuburan warga lagi, dan hebatnya, si hape gw ngeror lagi. Tiba-tiba mati again. Huyuh, whatever lah, bismillah aja lewatin tempat itu, gw pun jalan sambil nunduk dengan perasaan was-was. Entah kenapa si feeling gw teh nyuruh gw untuk liat sekeliling, tapi untungnya gw ga ngikutin. Takut penampakan karungnya balik lagi maybe. Hahaha.. Beres lewatin kuburan, kembali ke jalanan umum. Udah mulai terang dan udah mulai rame yang keluar rumah. Dari sini aman sampe rumah, kagak ada kejadian nganeh lagi. Akhirnya pas nyampe rumah, gw langsung wudhu, solsub, dan ngegabrug di tempat tidur. Tapi baru aja merem bentar, dapet sms yang bilang, nenek gw meninggal dunia. Ya ampun, tau gitu pas pulang dari rumah temen, mampir ke rumah nenek aja yang lebih deket daripada pulang ke rumah gw dulu. Hiks.. Hiks.. Pokoknya hari itu emang gw lagi apes. Tapi jadi pelajaran juga sih buat gw untuk jangan keluyuran malem-malem lagi. Kalo kemaleman ya mendingan nginep dan pulang pas paginya aja. Dan jadi pelajaran juga, untuk jangan lupa nengokin sodara atau keluarga yang lagi sakit, jadinya ga nyesel kayak gw, ga bisa 'nungkulan' nenek. T_T

Sekian. 

Saturday, April 18, 2015

Buku Cerita Horor dari Kisah Nyata


Wew, pada heran ya kenapa gw tiba-tiba posting tentang buku ini? Atau jangan-jangan kalian mikir kalo gw tuh lagi jadi sales bukunya.. Yaah, tebakan kalian ampir bener sih! *plaak* Sebenernya gw pos tentang buku ini, karena gw juga merupakan salah satu kontributor alias penyumbang tulisan di salah satu bukunya. Hohoho.. *pasang muka belagu*

Yep, sebenernya buku ini tuh kumpulan dari cerita-cerita terpilih yang mengikuti "Ghost Writing Competition" di fanpage Lygia Pecinta Hujan. Dari setiap buku akan terpilih 20 cerita yang nantinya diterbitin jadi buku kayak sekarang. Buku 1 (warna ijo), bertemakan horor yang bertempat di sekolah atau kampus, Buku 2 (merah), bertempatkan di kantor atau tempat kerja, sedangkan buku ke-3 (ungu), cerita horor di tempat-tempat umum.

Cerita gw ada di buku yang mana? Ya jelas buku ke-3 dong, tuh cerita gw yang jadi headlinenya *pasang muka belagu lagi* *ditimpuk rak buku*. Oh iya, cerita horornya sendiri ini berasal dari kisah pribadi atau kisah temen/keluarga kita. Intinya mah kisah siapapun boleh, asalkan beneran kisah nyata. Untuk cerita gw sendiri, gw ambil dari kisah temen gw, Edo alias Gorgom. Gimana ga gw ambil cerita dari dia coba? Dia hidup aja udah horor banget! Haha.. Tapi emang sih, tiap lagi kumpul ama temen-temen dan ada sesi cerita-cerita serem, pasokan pengalaman hantu-hantuan-nya si Gorgom itu banyak pisan. Mungkin bisa jadi kalo gw niat mah, sebuku itu bisa diisi cerita dari dia doang.

Btw, berhubung gw baru punya buku yang ke-3 itu dan udah baca cerita-ceritanya, ternyata emang pada serem. Tapi antara percaya ga percaya juga kan, soalnya kalo terlalu percaya juga ntar takut jatohnya musyrik kata pak Ustadz juga. Hohoho..

Yeah, pokoknya, silakan aja buat yang mau beli bukunya. Udah tersedia di toko Gramedoi dll kok. Dan menurut gw, its recommended book! :D