Finally, teaser trailer film terbaru Iko Uwais, Chelsea Islan, Julie Estelle, dll udah rilis. Lumayan oke lah trailernya. Mudah-mudahan rilis filmnya ga delay lagi ya. Katanya mah rencana rilis bulan November, karena mau ikutan beberapa film festival di luar negeri dulu. Saingan ama Fantastic Beasts deh. Hohoho..
Showing posts with label iko uwais. Show all posts
Showing posts with label iko uwais. Show all posts
Thursday, September 8, 2016
Saturday, June 13, 2015
#30hariMenulis hari ke-13 'Fanfic The Raid: Miracle'
"Jadilah salah seorang karakter dalam salah satu film, tuliskan kisah hidupmu dari sudut pandang tersebut"
Fanfic The Raid:
Miracle
Mini van berwarna hitam yang kunaiki ini tengah melaju menembus jalan yang dilanda hujan. Di dalamnya terdapat diriku dan sepasukan tentara SWAT yang merupakan teman-teman sejawatku. Kali ini kami hendak menjalankan sebuah misi penyerbuan ke sebuah gedung tua di tengah kota. Kabarnya di gedung itu merupakan markas sebuah gembong besar narkoba yang bahkan polisi-polisi enggan mengusik keberadaannya.
"Dengar, target kita kali ini adalah Tama," Sersan Jaka memulai briefing singkat di dalam mobil, "menurut info yang didapat, dia berada di lantai teratas gedung yang akan kita serbu nanti. Ingat, buat penyerbuan kita semulus mungkin, minimalisir kontak fisik, dan jangan sampai ada korban dari warga sipil!"
"Tapi, pak, kenapa kita? Kenapa hari ini?" Tanya Rama, teman sekamarku.
"Kenapa enggak?" Ujar Bowo sinis. "Gua juga boleh dong nanya kayak gitu.."
Entah kenapa dari awal kami memulai latihan di barak, dua orang ini tak pernah akur. Dengar-dengar sih dulu Rama pernah menolak saat Bowo mau menembaknya. Eh, ini latihan menembak betulan lho, dengan pistol angin. Bukan menembak dalam tanda kutip.
Ah, kembali ke misi, Sersan Jaka terus menerangkan strategi menyerang. Menurutnya langkah yang baik adalah dengan menjalankan Stealth Mode alias menyerang secara diam-diam tanpa menimbulkan keributan. Oke, terlihat mudah, lagipula di misi pertamaku ini, aku kebagian sebagai penyerang paling belakang. Yang melindungi para penyerang dari depan.
Tapi beberapa saat sebelum sampai ke lokasi, perutku berkecamuk. Mulas sekali. Ckiit, mobil pun berhenti, kami semua turun. Aku segera mencari batu kerikil untuk menghilangkan rasa mulas, yeah, mitos ini sepertinya masih berlaku sampai sekarang.
Sersan Jaka segera memberikan kode-kode tangan kepada kami, formasi penyerangan pun terbentuk. Tak berapa lama, kami meringsek ke dalam gedung. Satu per satu penghuni gedung yang mencoba menghadang berhasil dilumpuhkan. Semua lancar, hingga pasukan kami terlihat oleh seorang anak yang baru saja keluar dari toilet (Euh, gara-gara mendengar kata toilet perutku jadi berkecamuk lagi nih). Si anak tadi berlari ke ruangan di dalam dan berteriak, "Ada polisi!" Dan, dooor, anak itu tertembak oleh salah satu teman kami yang panik.
Sontak, keadaan berubah menjadi hening. Terdengar beberapa warga (yang kebanyakan merupakan pengedar dan pemakai narkoba) berlari ke arah kami, mencoba menyerang kami. Ditambah lagi, dengan adanya suara dari pengeras suara yang mengatakan kalau siapa saja penghuni gedung yang bisa membunuh kami, maka akan bebas membayar uang sewa selama setahun. Setelah itu keadaan makin kacau.
Hujan tembakan dari kubu kami dan kubu warga mulai terjadi. Aku juga tak mau tinggal diam, kutembaki mereka dengan membabi buta. Gawat, bukannya jumlah mereka habis, malah terlihat tambah banyak saja. Saat kondisi terdesak itu, Sersan Jaka menyuruh kami masuk ke sebuah kamar. Aku pun mengikutinya beserta Rama, Sersan Wahyu, Bowo, dan lainnya.
Temanku bernama Jaya mencoba mengintip dari jendela, untuk melihat keadaan di luar.
"Jaya, jauhi jendela!" Teriakku, teringat pelajaran tentang menghadapi kondisi perang yang mengatakan, 'hindari tempat yang mudah terlihat oleh musuh.'
Dan benar saja, beberapa saat aku berteriak, Jaya tertembak peluru tepat di mata kirinya.
"Rama, segera cari jalan keluar!" Perintah Sersan Jaka.
Kulihat Rama menginjak-nginjakkan kakinya ke lantai gedung, ketika mendengar suara lantainya bergaung, dia meminta sebuah kapak. Dia pun menghujamkan kapak ke lantai itu, hingga berlubang. Setelahnya kulihat Sersan Jaka melompat ke bawah melalui lubang itu, dilanjut dengan Bowo, Rama, Dagu, Sersan Wahyu, kemudian Aku.
Wah, ternyata di bawah sini sudah banyak warga yang mencegat. Mau tak mau konfrontasi kembali terjadi. Kami saling menyerang, memukul, menendang, bahkan menembakkan pistol kami. Meskipun kami sudah berusaha mempertahankan diri, jumlah warga yang menyerang tak kunjung habis. Sehingga lagi-lagi Rama berinisiatif untuk membuat bom kecil dengan menggunakan tabung gas, yang dimasukkan ke dalam kulkas dan diarahkan ke pintu. Beberapa saat kemudian tabung itu meledak, meluluhlantakkan ruangan kami dan ruangan di luar kami.
Untungnya, dari pihak kami tak ada yang terluka parah. Hanya saja kabar buruknya, aku telah kehilangan batu kecil yang kupegang sedari awal. Sontak gejolak di perutku kembali terasa. Bagaimana ini? Mana misi masih berjalan pula. Aduh, mau bagaimana lagi, aku pun berlari ke toilet terdekat. Sedangkan Rama dan yang lain pergi menuju ruangan lain, dan sepertinya mereka kembali dikejar oleh musuh.
Di toilet, dengan tergesa-geda kubuka celanaku dan segera saja dengan latar belakang suara tembakan dan hantaman dari luar, kubuat latar belakang suara di sini dengan berbunyi, "bretbetbetbetbet, plung, plung.."
Ah, lega sekali rasanya setelah kukeluarkan segala kegundahanku di toilet ini. Namun entah kenapa rasa mulas di perutku masih saja menjadi-jadi, hingga akhirnya aku masih berusaha mengeluarkan tenagaku agar semua isi dalam perutku bisa keluar. Salahku juga sih, kemarin pas makan siang, sambelnya kebanyakan. Ah, tak ada gunanya merutuk, lebih baik kukumpulkan tenagaku dan mengeden sekuat-kuatnya.
-----------------
Beberapa jam kemudian, aku terbangun. Ya ampun, ternyata aku ketiduran di toilet duduknya, saking capeknya mengeluarkan tenaga. Kubilas dulu semuanya kemudian kupakai celanaku dan aku keluar dari toilet itu.
Kondisi gedung terlihat berantakan, banyak mayat juga bergeletakan di lorongnta. Aku bergidik ngeri. Akupun mengambil sebuah pistol yang tergeletak untuk jaga-jaga. Kemudian kulangkahkan kakiku ke dekat tangga. Ketika terdengar suara langkah turun dari tangga itu, aku segera bersembunyi di bawah tangganya. Posisi senjataku pun sudah siap menembak apabila orang yang turun itu adalah musuh. Tapi begitu senangnya aku karena orang yang turun itu adalah Rama, Sersan Wahyu beserta Bowo dan seorang lagi yang tak kukenal.
"Rama! Bowo!" Teriakku.
"Abay? Lo berhasil selamat juga?"
"Iya, setelah aku berjuang melawan semua rintangan. Ngomong-ngomong, bagaimana soal misi kita?"
"Udah selesai. Kita bisa keluar sekarang, kenalkan, dia Andi, abangku yang menjadi polisi yang menyamar di sini, dia lah yang telah menyelamatkan kami.."
"Tama bagaimana?"
"Mokat!" Ujar Bowo. "Ama si cecunguk sialan alias Sersan Wahyu, yang bikin misi tak resmi ini."
"Ah, ya sudahlah, kalian bisa saling bercerita ketika kalian sudah keluar nanti, karena polisi atau anak buah Reza sebentar lagi pasti akan tiba di sini.." kata Andi. "Ayo, kuantarkan kalian keluar!"
Sesampainya di luar, kulihat Rama saling berbicara dengan kakaknya. Rama ingin kakaknya pulang tapi sang kakak rupanya sudah kadung terjebak di dunia hitam sehingga memilih untuk tinggal. Dan kami pun keluar dari pintu gerbang gedung itu.
Ya, hanya kami berempat yang selamat dari misi ini. Tapi, kurasa ini masih belum selesai. Atasan Tama pasti akan tetap mengejar kami meskipun kami telah keluar hidup-hidup. Aku pun hanya bisa berdoa kepada sang Pencipta, semoga aku diberi kekuatan untuk menghadapi segala hal yang akan kuhadapi nanti, dan semoga tetap terjadi keajaiban yang bisa membuatku selamat, aman, dan sentausa sampai akhir. Amin
Mini van berwarna hitam yang kunaiki ini tengah melaju menembus jalan yang dilanda hujan. Di dalamnya terdapat diriku dan sepasukan tentara SWAT yang merupakan teman-teman sejawatku. Kali ini kami hendak menjalankan sebuah misi penyerbuan ke sebuah gedung tua di tengah kota. Kabarnya di gedung itu merupakan markas sebuah gembong besar narkoba yang bahkan polisi-polisi enggan mengusik keberadaannya.
"Dengar, target kita kali ini adalah Tama," Sersan Jaka memulai briefing singkat di dalam mobil, "menurut info yang didapat, dia berada di lantai teratas gedung yang akan kita serbu nanti. Ingat, buat penyerbuan kita semulus mungkin, minimalisir kontak fisik, dan jangan sampai ada korban dari warga sipil!"
"Tapi, pak, kenapa kita? Kenapa hari ini?" Tanya Rama, teman sekamarku.
"Kenapa enggak?" Ujar Bowo sinis. "Gua juga boleh dong nanya kayak gitu.."
Entah kenapa dari awal kami memulai latihan di barak, dua orang ini tak pernah akur. Dengar-dengar sih dulu Rama pernah menolak saat Bowo mau menembaknya. Eh, ini latihan menembak betulan lho, dengan pistol angin. Bukan menembak dalam tanda kutip.
Ah, kembali ke misi, Sersan Jaka terus menerangkan strategi menyerang. Menurutnya langkah yang baik adalah dengan menjalankan Stealth Mode alias menyerang secara diam-diam tanpa menimbulkan keributan. Oke, terlihat mudah, lagipula di misi pertamaku ini, aku kebagian sebagai penyerang paling belakang. Yang melindungi para penyerang dari depan.
Tapi beberapa saat sebelum sampai ke lokasi, perutku berkecamuk. Mulas sekali. Ckiit, mobil pun berhenti, kami semua turun. Aku segera mencari batu kerikil untuk menghilangkan rasa mulas, yeah, mitos ini sepertinya masih berlaku sampai sekarang.
Sersan Jaka segera memberikan kode-kode tangan kepada kami, formasi penyerangan pun terbentuk. Tak berapa lama, kami meringsek ke dalam gedung. Satu per satu penghuni gedung yang mencoba menghadang berhasil dilumpuhkan. Semua lancar, hingga pasukan kami terlihat oleh seorang anak yang baru saja keluar dari toilet (Euh, gara-gara mendengar kata toilet perutku jadi berkecamuk lagi nih). Si anak tadi berlari ke ruangan di dalam dan berteriak, "Ada polisi!" Dan, dooor, anak itu tertembak oleh salah satu teman kami yang panik.
Sontak, keadaan berubah menjadi hening. Terdengar beberapa warga (yang kebanyakan merupakan pengedar dan pemakai narkoba) berlari ke arah kami, mencoba menyerang kami. Ditambah lagi, dengan adanya suara dari pengeras suara yang mengatakan kalau siapa saja penghuni gedung yang bisa membunuh kami, maka akan bebas membayar uang sewa selama setahun. Setelah itu keadaan makin kacau.
Hujan tembakan dari kubu kami dan kubu warga mulai terjadi. Aku juga tak mau tinggal diam, kutembaki mereka dengan membabi buta. Gawat, bukannya jumlah mereka habis, malah terlihat tambah banyak saja. Saat kondisi terdesak itu, Sersan Jaka menyuruh kami masuk ke sebuah kamar. Aku pun mengikutinya beserta Rama, Sersan Wahyu, Bowo, dan lainnya.
Temanku bernama Jaya mencoba mengintip dari jendela, untuk melihat keadaan di luar.
"Jaya, jauhi jendela!" Teriakku, teringat pelajaran tentang menghadapi kondisi perang yang mengatakan, 'hindari tempat yang mudah terlihat oleh musuh.'
Dan benar saja, beberapa saat aku berteriak, Jaya tertembak peluru tepat di mata kirinya.
"Rama, segera cari jalan keluar!" Perintah Sersan Jaka.
Kulihat Rama menginjak-nginjakkan kakinya ke lantai gedung, ketika mendengar suara lantainya bergaung, dia meminta sebuah kapak. Dia pun menghujamkan kapak ke lantai itu, hingga berlubang. Setelahnya kulihat Sersan Jaka melompat ke bawah melalui lubang itu, dilanjut dengan Bowo, Rama, Dagu, Sersan Wahyu, kemudian Aku.
Wah, ternyata di bawah sini sudah banyak warga yang mencegat. Mau tak mau konfrontasi kembali terjadi. Kami saling menyerang, memukul, menendang, bahkan menembakkan pistol kami. Meskipun kami sudah berusaha mempertahankan diri, jumlah warga yang menyerang tak kunjung habis. Sehingga lagi-lagi Rama berinisiatif untuk membuat bom kecil dengan menggunakan tabung gas, yang dimasukkan ke dalam kulkas dan diarahkan ke pintu. Beberapa saat kemudian tabung itu meledak, meluluhlantakkan ruangan kami dan ruangan di luar kami.
Untungnya, dari pihak kami tak ada yang terluka parah. Hanya saja kabar buruknya, aku telah kehilangan batu kecil yang kupegang sedari awal. Sontak gejolak di perutku kembali terasa. Bagaimana ini? Mana misi masih berjalan pula. Aduh, mau bagaimana lagi, aku pun berlari ke toilet terdekat. Sedangkan Rama dan yang lain pergi menuju ruangan lain, dan sepertinya mereka kembali dikejar oleh musuh.
Di toilet, dengan tergesa-geda kubuka celanaku dan segera saja dengan latar belakang suara tembakan dan hantaman dari luar, kubuat latar belakang suara di sini dengan berbunyi, "bretbetbetbetbet, plung, plung.."
Ah, lega sekali rasanya setelah kukeluarkan segala kegundahanku di toilet ini. Namun entah kenapa rasa mulas di perutku masih saja menjadi-jadi, hingga akhirnya aku masih berusaha mengeluarkan tenagaku agar semua isi dalam perutku bisa keluar. Salahku juga sih, kemarin pas makan siang, sambelnya kebanyakan. Ah, tak ada gunanya merutuk, lebih baik kukumpulkan tenagaku dan mengeden sekuat-kuatnya.
-----------------
Beberapa jam kemudian, aku terbangun. Ya ampun, ternyata aku ketiduran di toilet duduknya, saking capeknya mengeluarkan tenaga. Kubilas dulu semuanya kemudian kupakai celanaku dan aku keluar dari toilet itu.
Kondisi gedung terlihat berantakan, banyak mayat juga bergeletakan di lorongnta. Aku bergidik ngeri. Akupun mengambil sebuah pistol yang tergeletak untuk jaga-jaga. Kemudian kulangkahkan kakiku ke dekat tangga. Ketika terdengar suara langkah turun dari tangga itu, aku segera bersembunyi di bawah tangganya. Posisi senjataku pun sudah siap menembak apabila orang yang turun itu adalah musuh. Tapi begitu senangnya aku karena orang yang turun itu adalah Rama, Sersan Wahyu beserta Bowo dan seorang lagi yang tak kukenal.
"Rama! Bowo!" Teriakku.
"Abay? Lo berhasil selamat juga?"
"Iya, setelah aku berjuang melawan semua rintangan. Ngomong-ngomong, bagaimana soal misi kita?"
"Udah selesai. Kita bisa keluar sekarang, kenalkan, dia Andi, abangku yang menjadi polisi yang menyamar di sini, dia lah yang telah menyelamatkan kami.."
"Tama bagaimana?"
"Mokat!" Ujar Bowo. "Ama si cecunguk sialan alias Sersan Wahyu, yang bikin misi tak resmi ini."
"Ah, ya sudahlah, kalian bisa saling bercerita ketika kalian sudah keluar nanti, karena polisi atau anak buah Reza sebentar lagi pasti akan tiba di sini.." kata Andi. "Ayo, kuantarkan kalian keluar!"
Sesampainya di luar, kulihat Rama saling berbicara dengan kakaknya. Rama ingin kakaknya pulang tapi sang kakak rupanya sudah kadung terjebak di dunia hitam sehingga memilih untuk tinggal. Dan kami pun keluar dari pintu gerbang gedung itu.
Ya, hanya kami berempat yang selamat dari misi ini. Tapi, kurasa ini masih belum selesai. Atasan Tama pasti akan tetap mengejar kami meskipun kami telah keluar hidup-hidup. Aku pun hanya bisa berdoa kepada sang Pencipta, semoga aku diberi kekuatan untuk menghadapi segala hal yang akan kuhadapi nanti, dan semoga tetap terjadi keajaiban yang bisa membuatku selamat, aman, dan sentausa sampai akhir. Amin
Wednesday, January 7, 2015
Iko Uwais, Yayan 'Mad Dog', Cecep 'Assassin' join Star Wars 7?
Sempet gak nyangka kalau Iko Uwais, Yayan Ruhiyan, dan Cecep A. Rahman yang merupakan para aktor-aktor plus praktisi silat jebolan The Raid bakal ikutan maen di film Star Wars 7. Film terbaru dari Star Wars yang rilis akhir tahun 2015 nanti. Berkat berita ini, gw jadi exited untuk nonton ulang film Star Wars sebelum-sebelumnya. Jujur aja, gw mah baru nonton trilogi Star Wars yang versi Hayden Christensen doang. Yang klasiknya malah belum, padahal banyak yang bilang yang versi klasik itu lebih keren dari trilogi yang baru.
Terus gimana ya nasib film ini kalau beneran trio aktor pesilat ini ikutan filmnya? Bakal berperan jadi apa good guy or bad guy? Yang pasti gw yakin kalau JJ Abrams selaku sutradara pasti akan ngeluarin potensi bela diri mereka, jadi nanti adegan tarungnya kemungkinan bakalan dikoreografi oleh silat. Well, ini cuma spekulasi-spekulasi doang sih, maklum dari pihak yang bersangkutan belum ada konfirmasi benar atau tidaknya berita ini. Tapi selama ini berita yang dimuat di website Twitch tentang Iko Uwais, Yayan Ruhiyan, Cecep A. Rahman atau tentang tim Merantau Films kayaknya bisa dibilang hampir selalu benar. Semoga beneran terjadi! Yuhhuuu...
Kutipan berita dari website Twitchfilm:
"It would appear that the force is set to awaken in Indonesia. Though there has been no comment whatsoever from any of the performers or their representation, Twitch has learned that a key trio of performers from Gareth Evans' The Raid and The Raid 2 - leading man Iko Uwais, Mad Dog / Prakoso actor Yayan Ruhian and The Raid 2 finale fighter Cecep Arif Rahman, credited simply as The Assassin - will all appear in JJ Abrams' upcoming Star Wars: Episode 7 - The Force Awakens. We have no word yet on what their characters may be, which side of the good guy / bad guy line they fall upon or whether any will survive through until the subsequent pictures but think on this: After the underwhelming prequel trilogy with its massive over-reliance on CGI trickery not only has Abrams shown a strong preference for practical effects but has now also cast a trio of highly skilled martial artists who have already demonstrated their skills with blades, batons, etc in a world where super powered warriors fight with blades, batons, etc. Yes, please? Read more: http://twitchfilm.com/2015/01/the-raid-trio-to-appear-in-star-wars-episode-7---the-force-awakens.html#ixzz3O7mCkhiy
Label:
Action,
Berandal,
Film,
film indonesia,
film merantau,
iko uwais,
merantau,
Movies,
Perantau,
silat,
The Raid,
yayan ruhiyan
Saturday, January 3, 2015
Top Ten List Movies 2014
Wiih, udah tahun 2015 aja ya.. Beneran deh, tahun ini berasa kayak cepet banget. Bakalan nambah lagi deh umur kita, padahal udah seneng baru aja ngerayain sweet seventeen *gasadarumur, hihii*. Yowis lah, di postingan pertama di tahun baru ini, gw awali dengan top ten list mai paporit mupi (sengaja nulis pake logat sunda *dikemplang*) dari tahun 2014, oh iya, daftarnya ga ngurut ya, dan ini pure pelem paporit gw, bisa jadi listnya sangat-sangat subjektip. Ok tanpa perlu berlama-lama, inilah dia daftarnya:
1. The Raid 2 Berandal
Entahlah ya, film ini yang kepikiran pertama kali begitu gw nulis daftar ini. Alasannya jelas, selain karena film ini adalah film yang gw tunggu-tunggu banget di tahun lalu. Dari awal film ini direncanain dibikin, pemilihan cast, sampe behind the scene dan berita-berita lainnya selalu gw ikutin. Hingga akhirnya hari rilisnya tiba, seluruh ekspektasi gw yang melambung tinggi berkat trailer serta beberapa klip yang duluan hadir, tetep aja tercapai. Bahkan melebihi yang gw kira, film ini lebih luas, lebih sadis, lebih keren daripada film The Raid pertama. Semuanya keren tu de maks! Semoga aja sekuel berikutnya bisa melebihi ke-epik-an film ini, atau minimal sama lah kualitasnya. Hehe..
2. Dawn of the Planet of the Apes
Ini dia nih, film yang bikin gw betah mandangin layar yang isinya didominasi ama nyemot bin monyet doang. Ceritanya beneran berkembang dari yang pertama. Kerasa banget gimana perjuangan si Caesar untuk nyiptain goyang *itu mah Caesar yang lain*, maksudnya, perjuangan si Caesar untuk melndungi koloninya agar bisa bertahan hidup. Leadershipnya bener-bener kerasa. Yah, meskipun adegan perangnya baru dikit karena mungkin disimpan buat lanjutannya, tetep bagus juga lah. Nice!
3. Rurouni Kenshin (Kyoto Inferno & Legend Ends)
Bukan.. Film ini bukan masuk ke list ini karena pengorbanan gw yang harus ke planet lain (Bekasi, red) untuk bisa nonton, tapi karena kedua film yang rilisnya berselang 1 bulan ini emang asooy. Gila banget lah, pertarungan-pertarungan pedang yang dulu hanya bisa gw liat di komik atau cuma bisa liat versi kartunnya, sekarang gw liat dalam bentuk nyata, meen! Sineas Jepang emang paling jago lah kalo diminta bikin live action dari komik atau anime. Mereka tetep mengedit beberapa cerita karena durasi, tapi mereka ga perlu jadi over kreatif kayak yang dilakuin sineas Hollywood (Poor Dragon Ball). So, pesen buat sineas lain kalau mau bikin live action itu harus bisa kayak film Rurouni Kenshin alias Samurai X ini ya!
4. Guardian of the Galaxy
Ada beberapa yang bilang kalau film ini tuh overrated atau cuma menang di soundtracknya doang. Beuh, mungkin mereka korban ekspektasi kali ya. Karena untungnya gw mah malahan suka ama filmnya, terlebih karena karakter-karakternya yang unik-unik. Jujur aja, sebelum nonton ini gw gak punya ekspektasi apa-apa, sinopsis cerita belum baca, trailer pun belum liat, mungkin yang baru liat cuma posternya doang. Tadinya gw pikir, kalo berdasarkan judul, film ini tuh kayak film tentang polisi tapi antar galaksi gituh. Tapi ternyata bukan ya.. Hihi.. Yah, overall penggarapannya pun memuaskan, suka-suka-suka.
5. How to Train Your Dragon 2
Si-hok (syok, maksudnya.. Halah) gw nonton ini.. Ga salah nih ini dikasih rating anak-anak? Seharusnya minimal rating remaja lah. Jarang-jarang kan ada film anak yang matiin karakter penting di filmnya. Huhuu.. Tapi emang, tanpa adegan itu pun film ini bisa dibilang lebih-lebi keren dari film pertamanya. Naga-naganya pun tetep pada lucu, dan tentunya si naga ompong a.k.a Toothless yang tetep adorable. *kitik-kitikin Toothless* *kemudian disembur api*
6. Big Hero 6
Wah, setelah animasi yang cetar keluaran Disney kayak Wreck it Ralph ama Frozen, di tahun ini rilislah film animasi mereka berikutnya, Big Hero 6. Ajib dah filmnya, hampir dari awal ampe akhir dibikin ngakak ama tingkah polah si Baymax, robot balon yang jadi maskot utama film ini. Tapi di film ini juga ga cuma disuguhin cerita haha-hihi, tapi ada beberapa adegan yang mellow bin sedih juga. Hiks.. Hiks.. Salut lah buat Disney, gw tunggu dah karya berikutnya (ayo Pixar, jangan ampe kalah ama rekan seperusahaannya)!
7. The Hobbit: the Battle of the Five Armies
Film pertamanya bikin gw terpana liat kemegahan middle earth lewat format 3DHFR nya dan cerita versi ringan dari LoTR-nya, cerita kedua berlanjut dengan petualangan yang seru, ditutup dengan mantab di film ketiga ini lewat peperangan yang meskipun kalah dibanding perang di LoTR, tapi tetep mempesona dan bikin mata gw ga mampu berkedip selama beberapa menit *lebay mode*. Hebatnya lagi, setelah film ini selesai, hasrat nonton LoTR muncul lagi. Huaah, PR boook, LoTR gitu lho, durasinya panjang-panjang. Hihihi..
8. Teacher’s Diary
Pasti pada ga tau ya film ini? Soalnya bukan film Hollywood sih.. Yep, ini film dari Thailand. Kalo kata gw mah ini tuh gabungan dari The Lake House sama film Laskar Pelangi. Ceritanya seru, kocaknya dapet, anak-anaknya juga pada nggemesin, dan yang pasti romance-nya dapet meskipun *Spoilert* mereka hanya dipertemukan di ending aja *Spoilert selesai*. GTH sang produsen masih sukses dan belum ngecewain gw dengan film-filmnya. Good job!
9. The Amazing Spider-Man 2
Arrgh, jangan bully gw karena gw suka film ini ya. Sebenernya emang rada kecewa juga sih karena actionnya ga gitu banyak, udah gitu hampir semuanya udah gw liat di clip-clip yang rilis di internet. Belum lagi villain yang bejibun, mengulangi kesalahan di Spiderman 3 versi Sam Raimi. Tapi apa daya, mungkin gw kadung cinta ama si Spidey ini. So, gw tetep demen lah ama filmnya. Sayang ya, film ini kemungkinan akan direboot lagi, huhuu..
10. Interstellar
Duh, sebenernya gw selalu ga suka ama filmnya Nolan. Ga suka bukan karena filmnya jelek, tapi karena filmnya itu selalu bikin gw mikir setelah filmnya selesai. Alhasil setiap film bikinan beres selalu aja gw kudu curhatin ke temen, ke status fb, ke twitter, ke forum, dll. Intinya kudu didiskusiin. Hihi.. Apalagi untuk film yang satu ini yang jelasin tentang teori relativitas, perbedaan waktu, dan berbagai teori fisika lainnya. Huaa.. Puyeng cooy! Tapi itulah kelebihan sang Nolan ini, ga seru kalo ga bahas film doi, ya, ngga?! :P
Well, udah deh tuh top ten list movies (eh kok nulisnya bener) versi gw. Kalo versi kalian gimana?
Wednesday, January 29, 2014
Report Syuting SCBD dan Kutukan Bunda Ratu
Di report kali
ini gw bakal nyeritain tentang kunjungan gw ke lokasi Syuting The Raid 2:
Berandal, tapi sebelum itu mari kita telusuri kejadian penting di grup
Perantau, pernikahan Bunda Ratu alias Puspita! Cekidot…
Di suatu malam
yang cerah tapi tak berbintang, tiba-tiba gw dapet sms yang kira-kira berisi,
“Bay, besok gw mo ngadain resepsi pernikahan, lo mau kan dateng jadi bintang
tamu?” Gw cek pengirimnya, ternyata dari Puspita, our BundRat! Tapi gimana ya?
Di tanggal 26 Mei 2013 besok kan gw ada acara pemotretan untuk cover raport TK
Alamanda, lagian mendadak banget sih undangannya. Ya udah, gw siap-siap
ngebales dan ngetik sms di hape, “Sori, pit, besok gw..” Tut Tit Tut Tit, belum
sempet gw beresin ketikan sms, udah ada sms masuk lagi, langsung gw baca,
isinya: “Awas lo kalo ga dateng, gw hapus lagi ntar grup Perantau-nya di fb!”
*gelodaks* Akhirnya tanpa pikir panjang, gw iyain aja deh undangannya, dan gw
cancel lha acara pemotretan untuk besok (Duh, pasti anak-anak TK pada mewek
ngarepin gw. Hiks). Eh, buat yang belum tau, BundRat kita ini emang pernah
ngambek ampe ngehapus grup gegara suatu kejadian lho, dan mungkin ini bakal
jadi kenangan tak terlupakan bagi pihak MF. Hahaha..
Acara nikahan
BundRat ini diadain di gedung Dewi Sartika Bekasi dari jam 11-13 siang. Jadi
besoknya gw mutusin untuk berangkat dari Bogor jam 8, jadi kan nyampe sana
sekitar jam 10 atau setengah sebelasan. Tapi apa daya, karena cuaca pagi Bogor
yang sejuk tuh mendukung buat tetep gulang guling di kasur sambil selimutan,
apalagi ini hari Minggu, alhasil gw baru berangkat sekitar jam 10an, dan baru
dapet kereta yang jam setengah sebelas. Hahaha.. Padahal gw juga udah janjian
ama fotografer gw (yang ikutan cancel acara karena modelnya gak bisa dateng),
Hanief, ketemuan jam 11 di sana. Perjalanan via kereta ternyata lumayan cepet
juga, jam setengah 12, gw udah nyampe di Stasiun Bekasi, langsung aja gw tanya
ke mas Bayu, kakaknya Bundrat, ke gedung itu paling cepet naek apa, dan diapun mengusulkan
untuk naik ojek karena ga ada angkot yang lewat ke situ. Gw pun langsung
datengin mamang tukang ojek, yang Alhamdulillah langsung ngenalin gw, karena
raport anaknya yang masih TK pernah pake foto gw juga. Hihi.. Kita langsung
nego harga..
Tukang Ojek : “Emang mau kemana mas?”
Gw : “Ke gedung ini..”
(sambil nunjukin alamat)
Tukang Ojek : “Wah, di sini ada dua gedung yang
namanya itu, yang satu deket yang satu jauh! Tarifnya 10ribu deh, soalnya kalo
yang deket salah kan yang jauhan ga usah bayar lagi..”
Gw : “Oh, ya udah,
berangkaaat..” (males nego)
Dan motor pun
berjalan.. Sekitar 50 meteran udah nyampe.. Dan dalem hati gw pun ngomong, “Tau
deket gini mendingan jalan.. Ntar kalo gw ketemu mas Bayu, gw kitikin ah.
Hahaha”
Nyampe gedung
sekitar jam 12, gw langsung celingak-celinguk nyari si Hanief, eh, ternyata dia
lagi deket meja yang banyak kuenya. Mungkin kalo gw belum dateng juga, tu kue
semeja bisa abis ama dia, sambil nunggu sambil nyemil soalnye. Hehe.. Abis
ketemu dia, niatnya sih mau nyalamin BundRat dan Candra pasangannya, tapi
karena masih ngantri jadi gw makan dulu. Dan betapa kagetnya gw, ketika makan
itu lagu yang disetel di gedung adalah scoring The Raid by Mike Shinoda! Di
nikahan mana coba yang nyetel scoring dari film kedemenannya? Wih, bener-bener
dah ga salah kita milih Puspita sebagai Bunda Ratu-nya Perantau!
Abis makan, yang
salaman masih banyak, gw ama Hanief ketemu dulu ama kakaknya, Mas Bayu, tadinya
mau gw kitikin beneran gara-gara kejadian Ojek tadi, tapi karena serem liat
suaminya, Mba Dra yang berperawakan gede, jadi gw kitikin anaknya aja deh,
Yura. Hehe.. And guess what, walaupun dia pake kebaya, sepatunya pake high
heels ala cosplayer. Gw juga baru sadar kalau Puspita juga make semacam mahkota,
makin pas kan kalau dia dipanggil Bunda Ratu! Yang salaman udah abis, giliran
gw ama Hanief yang kasih selamat, dan pastinya BundRat seneng banget gw dateng,
ampe dia ngomong, “Semoga ntar kalo gw punya momongan, bisa sekeren lo, Bay!”
gw hanya bisa meng-Amin-kan. Hihihi :) Setelah itu kita foto-foto, dan karena
kita dari Grup Perantau, so gaya yang dipakai adalah gaya kuda-kuda Yuda di
film Merantau! Sempet debat sebentar, soal posisi tangan, tangan kanan apa
tangan kiri yang di depan, akhirnya kita mutusin tangan kanan aja deh yang di
depan, soalnya tangan kiri mah buat cebok *ga nyambung* :))
Salaman dan
foto-foto selesai, mulai banyak yang antri lagi. Gw dan Hanief pun melipir
sejenak. By the way, itu momen langka lho Hanief mau difoto, karena dia lebih
biasa moto dan selalu nolak difoto. Emang sih sebelum foto-foto, Bundrat harus
ngeluarin titahnya dulu (baca: ancaman) supaya Hanief mau maju. Hahahaha..
Ga kerasa udah
jam 1 siang. Gedung pun diserbu oleh pasukan Rama, eh, pasukan bersih-bersih..
Gw ama Hanief langsung ngobrolin soal The Raid 2 yang katanya lagi syuting
sekitar Senayan, tepatnya di kawasan SCBD. Bundrat pengen banget liat syutingnya,
apalagi itu syuting outdoor jadi ga perlu ada ijin khusus kayak pas syuting The
Raid yang indoor. Semingguan lalu pun ada syuting di Blok M sih, tapi karena
persiapan nikahan, jadi ga bisa liat juga kan si Bundrat. Hmm, bisa dibilang
emang dari film The Raid, Bundrat ga pernah bisa liat syuting secara langsung
sih! Contoh ketika syuting The Raid, waktu itu ada kuis kunjungan ke lokasi
syuting di Studio Hanggar adegan Carrying Bowo.. And She won! Tapi karena dia
lagi kerja di Borneo sana, alhasil pemenangnya dia limpahin ke kakaknya, Mas
Bayu. Lanjut lagi, kebetulan BundRat lagi cuti dan ada di Jakarta kebetulan
dapet bocoran kalo tim The Raid akan syuting di Kota Tua. Segera aja dia
ditemani Perantau lain langsung nyerbu.. Tapi apa daya, ternyata jadwal syuting
berubah! Setelah diselidiki, syutingnya tetep indoor di studio Hanggar, untuk
yang di Kota Tua kalo ga besok ya dua hari ke depan, dan besoknya itu dia udah ada acara. #PukPukBundaRatu
OK, kembali soal syuting SCBD, setelah dulu gw sempet nonton syuting The
Raid, yang ini juga pasti ga mau kelewatan dong. Apalagi gw pengen tahu gimana
perkembangan para junior gw dalam membuat film *digaplok cast n crew The Raid
2* Langsung deh gw ama Hanief meluncur ke Senayan via kereta sampe stasiun
Kota, lanjut busway sampe halte Polda Metro Jaya. Eng ing eng, dan sampe lah
kita di SCBD, yang ternyata cukup luas cuy! Kira-kira pada syutingnya di SCBD
sebelah mana ya? Sempet nanya Satpam yang ada di gerbang, “Mas, tahu lokasi
SCBD sebelah mana yang dipake syuting film gak?” dan Satpam pun menjawab, “Gak
tahu, setahu saya ga ada yang syuting. Kalo lokasi toilet sih saya tahu, tuh
yang paling deket ada di situ..” Euh, malah nunjukin toilet, mungkin gara-gara
liat muka Hanief yang kayak kebelet kali ya? #Plak
Yaudin, kita jalan menelusuri SCBD tanpa tahu arah tujuan, seperti
terombang-ambing ombak pantai laut selatan. Sempet mau nyerah juga, soalnya
abis jalan sekitar 1 km tetep aja ga keliatan aktivitas orang lagi syuting.
Apalagi syutingnya ini kan pas adegan Car Chase, harusnya minimal ada suara
decit ban mobil yang lagi balepan kan? *sotoy mode* Ditambah ujan gerimis mulai
turun, alamat syuting ditunda kali kalo kayak gini mah yak.. Tapi untunglah,
akhirnya berhasil nemu juga, dan hujan pun pas berenti! Rupanya tempat
syutingnya tuh deket terowongan yang belum jadi.. Err, atau udah jadi tapi
kagak dipake. LoL. Adegannya tuh, ngg, ah atut spoiler ah.. Intinya mah emang
lagi kejar-kejaran mobil sih. Untuk adegan itu berapa kali take ya yang pasti
banyak *ga ngitung* Salut deh buat keperfeksionisan Babule dalam menghasilkan
karya terbaik. Senengnya liat syuting The Raid tuh, setelah wrap pasti semua
bersorak sorai kayak abis ngerayain bisul pecah gitu. Wekeke.. Apalagi mungkin
ini tuh syuting hari terakhir di daerah itu. Makanya abis take tadi selesai
semua pun istirahat dan bersiap-siap pulang.
Nah, di sini dah mulai nyapa beberapa cast dan crew.. Dimulai dari Iko yang
belepotan darah (tenang, bukan darah beneran :P), Oka Antara yang berjas rapi
(mirip gw yang masih muda), kang Yayan dengan rambut jibraknya (hajar aja kang,
yang nyebut akang mirip Ki Joko Bodo. Hihi), ada Very yang pake baju nyante (kayak
di pante), ada Babule yang langsung menghilang entah kemana (padahal badannya
gede gitu yak!), trus ada Pak Bill Plenthonk yang senantiasa jadi astrada
(tenang, pas jadi astada ga sambil baca koran olahraga kok!), dan kru-kru
lainnya. Yang pasti semuanya asik, ga sombong, tetep rendah hati, sama kayak gw
#tsah.
Ah, ga kerasa waktu udah sore menjelang maghrib, saatnya pulang.. Cast n
Crew juga siap-siap pulang kok. Eit, ada yang kelupaan, sebelum pulang mari
kita nge-WA BundRat, bahwa sekali lagi keinginannya untuk menonton syuting biar
gw atau perantau lain yang wakilin. And guess what, seperti bisa ditebak, dia
pun hanya membalas WA dengan, “KYAAAAA, kenapa ga ngajak-ngajak? Gw kapan dong
bisa liat syutingnya, masa Bunda Ratunya ga pernah liat??” dan gw pun dengan
kalem ngejawab, “Besok-besok aja, Pit, besok mah udah mulai syuting di luar
kota Jakarta inih. Hahaha..”
*evil grin*
*dipentung Bunda Ratu*
Dan report pun selesai karena yang nulisnya pingsan. Terima kasih udah
baca, guys! Hehehe..
SELESAI
NB: *lirik report di atas* Hmm, kayaknya banyakan report di nikahan BundRat
dibanding lokasi syutingnya ya? Haha.. *menghilang naik Bajaj*
Wednesday, March 7, 2012
Fanfic The Raid: Latihan a la Serbuan Maut!
Fanfic: THE RAID
Sebagai pengenalan, tokoh-tokoh yang dipakai di fanfic ini adalah sebagai berikut:
Iko Uwais - Rama
Joe Taslim - Jaka
Pierre Gruno - Wahyu
Tegar Satrya - Bowo
Iang Darmawan - Gofar
Eka Rahmadia - Dagu
Verdi Solaiman - Budi
R. Iman Aji - Ari
Genre : Humor (karakter diusahakan tetap Canon, tapi.. :p )
Timeline : Seminggu sebelum Serbuan Maut!
Rating : PG
Disclaimer : Tokoh yang dipakai dari film the Raid keluaran PT Merantau Films.
Latihan a la Pasukan Serbuan Maut!!
“Halo, kenalin, nama gue Rama Bratayudha. Atau cukup panggil gue Rama ajah yah!” ujar Rama mengenalkan diri kepada teman setimnya yang baru di pasukan SWAT Mawar-Melati. Tetapi sepertinya tak ada yang menggubrisnya, yang lain tetap melakukan kegiatan masing-masing tanpa mempedulikan kehadiran Rama. Ada yang sedang menyemir sepatu, mengelap senjatanya, bahkan ada yang mengelap kepala teman mereka yang botak biar tetep kinclong!
Merasa didiamkan seperti itu, Rama pun jadi sewot, membanting tas bawaannya lalu berteriak, “Wooy! Pada merhatiin gue gak sih, udah capek-capek kenalan, kagak ada yang nanggepin!”
“Haduh, berisik amat sih lo!” kata salah seorang pasukan yang tadi sedang mengelap kepala temannya. “Lagian, emangnya kita butuh perkenalan lo apa? Nih, tadi pagi pak Komandan nyuruh kita nge-add lo di fb, jadi kita udah tau siapa elo sebenernya. Dan kita ngediemin lo juga karena elo duluan yang ngediemin kita, sampe sekarang akun kita belum ada yang di-aprup ama lo! Ckckck..”
“Eh, iyakah?” Rama merasa bersalah. “Ya udah, maaf deh bang.. err..”
“Dagu!”
“Iya, maaf ya bang Dagu dan semuanya, Handphone gue lobet pas tadi di jalan, jadi belum bisa fb-an dan nge-aprup kalian semua.. Hehe..” ucap Rama seraya menyalami tangan semua orang yang ada satu-per-satu. “Jadi, kita udah baikan kan? Gue udah diterima di tim ini kan?”
Suasana hening sejenak, kemudian tanpa dikomando, semua pun serentak berkata:
“TERIMA DULU PERTEMANAN KITA DI FB!!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama masih tertidur ketika tiba-tiba terdengar suara bising sirine sebagai tanda agar para pasukan bersiap-siap. Dengan malas-malasan, Rama mengusap bekas air liur yang di sekitar bibirnya, membuka matanya, kemudian bangun. Memaksakan diri, Rama pun mencuci mukanya di kamar mandi, lalu memakai seragam SWAT-nya.
“PASUKAN SIAAP!!” ujar salah seorang pria berbadan tegap dengan mata agak sipit yang baru masuk ke barak Rama dkk tepat setelah Rama memakai sepatu kanannya. Yeah, hanya sepatu kanan, sepatu kirinya belum dia pakai. Tetapi mendengar-aba-aba tadi, mau tak mau Rama harus dalam posisi berdiri tegap, tanpa mempedulikan kaki kirinya yang masih nyeker. Tapi Rama bukan satu-satunya pasukan yang belum siap, lihat saja tuh, si Bowo –teman setim Rama yang tidur di ranjang sebelahnya- bahkan masih belum pakai celana panjangnya, padahal sepatunya sudah dia pakai. Ada juga si Gofar, yang walaupun semua pakaian, celana, dan sepatu sudah lengkap dia pakai, tapi di kepalanya itu bukannya menggunakan helm, malah menggunakan bando pink yang ada kupu-kupu menclok di atasnya.
“Ckckck.. Mengecewakan!” kata pria tadi lagi, diam-diam Rama membaca nama yang tertera di atas saku bajunya, ‘Jaka T Fitrah’ ketika dia melewati Rama. “Gue sebagai Komandan di tim ini sangat kecewa dengan kedisiplinan kalian! Seharusnya setelah 5 menit dari bunyi sirine, kalian sudah harus siap sedia. Lha ini..” kata-kata Komandan Jaka menggantung, ketika dia melirik jam tangannya, “ Baru 2 menit aja, ga ada yang siap sama sekali..” diam sebentar, beliau mengecek jamnya lagi, lalu bergumam, “Eh, baru 2 menit ya.. Gue kecepetan dong! Pantesan belum pada siap..”
Semua pasukan berusaha mencuri dengar, apa yang digumamkan Komandan mereka, sampai si Komandan berbicara lagi..
“Pokoknya untuk saat ini, gue maafin ketidak-disiplinan kalian! Jadi, gue gak akan ngasih hukuman..” katanya, tanpa mau mengakui bahwa dia yang salah. “By the way, minggu depan, tim kita dapet surat perintah buat nyerbu satu gedung yang disinyalir sebagai markas dari salah satu gembong narkoba di negeri ini. Jadi, mulai hari ini sampai H-2 menuju penyerbuan, kalian bakal ngejalanin latihan supaya misi ini dapat berjalan dengan baik. Well, kalau gitu, gue tunggu kalian dengan pakaian dan peralatan lengkap di lapangan 5 menit dari sekarang! Ingat, 5 menit ya bukan 2 menit!”
-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-
Latihan hari pertama, dimulai dengan latihan menembak. Sebelum latihan, pasukan Rama dkk dibagi menjadi beberapa kelompok. Rama sendiri masuk ke dalam kelompok yang terdiri dari Bowo, Dagu, Ari, dan Budi. Untuk membuat semua pasukan bersemangat, Komandan Jaka pun bakal memberikan hadiah kepada tim atau kelompok yang berhasil memperoleh penilaian yang baik selama latihannya. Ah, sepertinya kelompok-kelompok yang sudah dibagi tadi akan tetep saling bersaing menjadi yang terbaik tanpa peduli ada hadiah atau tidak. Apalagi kali ini yang menawarkan hadiah adalah Komandan Jaka. Bukan apa-apa, kata Bowo yang udah agak lama dipimpin oleh beliau, hadiah dari Komandan Jaka selalu aneh-aneh. Sebagai contoh, beberapa bulan lalu ketika ada latihan serupa seperti ini, tim yang menang diberi hadiah satu set DVD film Rambo dari film pertama sampai ke-4. Eh, apa yang aneh kalau begitu ya? Selidik punya selidik, ternyata dvd film yang covernya memang bergambar Rambo tersebut malah berisi tentang film ketika Komandan Jaka ‘berperang’ melawan musuh dari kelurahan-kelurahan lain se-Jakarta dalam rangka lomba karambol.
Kembali ke Rama, kelompoknya pun kali ini bertekad untuk memenangkan persaingan dengan kelompok lain. Dimulai dengan sesi menembak ini, mereka yakin mereka bakal banyak menembak sasaran dengan mudah.
“Ram, awas ya, jangan sampai kita kalah gara-gara elo!” ancam Bowo yang dianggap paling senior di kelompok mereka.
“Tenang aja, bang! Soal tembak menembak mah.. Keciiiil!” Rama percaya diri.
“Jyaah, elo masih baru aja udah belagu. Gue yakin, nembak cewek aja elo gak becus, apalagi nembak ginian!” Dagu ikutan menceramahi.
“Walah, si abang Dagu gak tahu apa.. Soal tembak-menembak cewek mah masanya udah lewat, soalnya gue udah punya istri, bang. Malahan berkat hasil tembakan gue, istri gue udah bunting lagi tuh! Hehe..”
“Berarti level lo emang di atas Dagu, Ram. Soalnya sampe sekarang, Dagu malah masih jomblo! Hahaha..” kata Budi, disambut cemberutan dari Dagu.
“Whatever lha!” Bowo lagi yang bicara. “Pokoknya mau gimana pun, kalau tim kita kalah, elo yang bakal gue salahin, soalnya elo paling junior di sini, ngerti!”
“Tapi bang, saya juga kan masih ba..” Ari mencoba menyanggah tapi keburu dipotong oleh Bowo lagi.
“Baru apanya?” potong Bowo. “Elo kan gabung ke tim lebih cepat sejam daripada Rama, lagipula pertemanan FB kita ga dipending kayak waktu kita nge-add dia..”
Masih soal pertemanan FB? Batin Rama. Ya sudahlah, memang sudah takdirnya kali, dia harus jadi objek penderita di kelompoknya.
“Eh, ngomong-ngomong sekarang giliran kelompok kita maju lho!” ujar Rama mencoba mencairkan suasana. Yang langsung dijawab oleh Bowo dan Dagu dengan, “IYE TAUK!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Anggota kelompok diberi giliran untuk menembak masing-masing sasaran dari yang berjarak hanya 3 meter sampai yang paling jauh 10 meter. Sasaran tembak, sengaja dibuat menyerupai tubuh manusia. Sasaran paling utama adalah dada dan kepala. Setiap satu sasaran hanya boleh ditembak sebanyak 3 kali. Penilaian pun diperoleh dari hasil mereka menembak sasaran tersebut, semakin mendekati atau malah tepat sasaran nilai semakin bagus.
Dari kelompok Rama, Budi yang maju duluan. Tanpa ragu, dia menembak 5 sasaran dengan jarak paling dekat sampai paling jauh yang ada di hadapannya. Hasilnya tidak mengecewakan, dari total nilai maksimal 150 poin, Budi memperoleh nilai 112 (sebetulnya nilai aslinya 97, tapi tadi di belakang dia nyogok juri pake rokok sebatang). Selanjutnya Ari yang maju, sebagai yang paling muda, rupanya dia mahir juga. Kalau tidak percaya, lihat saja ke sasaran tembak yang sudah jadi korbannya, 90% dari sasaran, tertembak di bagian ‘kemaluan’-nya! Alhasil, saat Ari sudah menyelesaikan gilirannya, Dagu dan Bowo yang masih jomblo, hanya bisa melirik Ari seraya menutupi ‘barang berharga’ mereka dengan kedua tangan. Mungkin yang ada di benak mereka sekarang adalah ‘Gue gak mau berurusan ama dia, apalagi kudu baku tembak, bisa ma-de-su, masa depan suram! Gue kan belum nikah!’ Tapi, setelah dihitung oleh para Juri, nilai yang diperoleh Ari adalah 69, daerah ‘situ’ poinnya emang tidak terlalu besar sih.
Kini giliran Dagu. Hasil tembakannya random abis. Hampir semua pelurunya yang ditembaknya menyebar di beberapa bagian, dari ketiak, dada sebelah kiri, puser, leher, bahkan hampir mengenai kucing yang sedang kawin di bawah sasaran tembak dan tak lupa menembak dirinya sendiri, err, menembak bagian dagu maksudnya. Nilai yang didapat olehnya, 102.
Setelah itu Bowo yang beraksi. Tak perlu ditanyakan lagi soal kemampuannya, sebagai senior dia harus bisa memberi contoh yang baik kepada junior. Sebagai bukti, dia berhasil menembakkan pelurunya tepat di dada dan kepala pada semua sasaran tembak, kecuali sasaran tembak dan peluru terakhir yang meleset ke telinga kanan dari sasaran tembak (suatu pertanda?). Total nilai yang diperoleh adalah 144.
Dengan bangga dan sedikit belagu karena hasil yang diperolehnya bagus, Bowo mengambil sapu tangan di sakunya, mengelap keringat di dahinya sambil menunjuk ke arah Rama lalu memamerkan tangan dengan jempol mengarah ke bawah padanya, seperti mengisyaratkan: ‘thumb’s down for Rama!’. Namun secara tak sengaja dia menjatuhkan sapu tangannya tadi ke tanah. Sesaat, Bowo terlihat memberengut, tapi dia membiarkan sapu tangannya itu, dan memberikan kesempatan kepada Rama untuk maju.
Yak, akhirnya, giliran Rama yang siap untuk memamerkan kemampuan menembaknya. Tanpa kesulitan berarti, dia menembak sasaran pertama dengan tepat. Lanjut dengan sasaran kedua yang satu pelurunya meleset ke sekitar perut. Sasaran ketiga tampak begitu mudah, lagi-lagi semuanya tepat sasaran. Sampai di yang keempat, Rama mulai agak kesulitan, hasilnya dia mengenai pipi kiri, dada kanan, dan dada kiri. Terakhir, sasaran yang paling jauh, satu tembakan tepat mengenai, sedangkan dua tembakan lagi menembak udara kosong karena Rama terpeleset sapu tangan yang tadi dijatuhkan Bowo! Eh, ralat deh, peluru terakhir kena ranting buah mangga matang yang langsung jatuh ke tanah. Selidik punya selidik, ternyata di sapu tangan itu ada kulit pisangnya, sehingga Rama yang tak sengaja menginjaknya jadi kehilangan keseimbangan. Rama yang tahu siapa pemilik sapu tangan itu langsung melirik ke orangnya, tapi bukannya menunjukkan penyesalan, Bowo malah menunjukkan thumb’s down-nya lagi sambil tersenyum picik.
Namun tiba-tiba.. GEPLAK!! Belakang kepala Bowo dipukul telak oleh Budi.
“O’on, lo! Kelompok kita jadi ada di peringkat dua tuh, gara-gara beda cuma dua poin.. Kenapa si Rama dibuat kepeleset sih?”
“Buset, udah berani ya sekarang.. Mukul senior lo?”
“Eh, eh, maap bos! Kelepasan!” Budi langsung mengusap kepala seniornya itu, terlihat takut-takut. Kemudian dia berbisik pelan kepada Ari dan Rama yang baru datang ke tempat mereka. “Walaupun udah lama juga sih pengen mukul. Hehe..”
“Semua gara-gara Rama! Pake kepeleset segala!” Dagu kelihatan kesal.
Bowo mengangguk tanda setuju. “Iye, Ram. Gara-gara elo nih! Gue sebagai pencetak nilai tertinggi, jadi tersinggung! Nyape-nyapein gue aje..”
“Kata siapa bang Bowo pencetak nilai tertinggi?” timpal Rama kalem.
“Lha, emang iya kan? Emangnya siapa yang nilainya lebih tinggi dari gue?”
“Tanya juri aja noh!”
Sambil berkata itu, Rama menunjuk ke arah juri pengawas, Komandan Jaka dan Wahyu, yang terlihat sedang mojok berdua sambil memakan sesuatu.
Bowo dan Dagu yang penasaran langsung mendatangi para juri dan menanyakan berapa nilai Rama. Juri yang ditanya hanya menjawab singkat ‘150!’ kemudian mereka makan lagi. Oh, rupanya mereka sedang memakan buah mangga matang yang jatuh karena tembakan Rama. Makanya mau bagaimanapun hasil tembakan Rama, dengan mangga itu juri langsung memberikan nilai sempurna. Harap maklum ya, karena mangga itu memang sudah menjadi incaran Jaka dan Wahyu semenjak mereka latihan tadi pagi. Apalagi, istri Komandan Jaka ‘kan sedang hamil dan ngidam buah mangga. Sehingga mau tak mau, Komandan Jaka mewakili istrinya untuk memakan buah mangga itu.
“Gimana, bang? Siapa yang nilainya paling tinggi?” tanya Rama kepada Bowo dan Dagu. “Pokoknya, makasih ya bang, berkat sapu tangan keberuntungan punya abang! Hehe..”
Rama, Budi, dan Ari pun tersenyum senang melihat ekspresi dua senior mereka yang terlihat cemberut itu. Bowo dan Dagu kesal karena tidak bisa menumpahkan kesalahan kepada Rama. Mau menyalahkan Ari yang mendapat nilai paling kecil, mereka takut karena teringat hasil tembakannya.
“Ya udah, gue tunggu lo di latihan berikutnya! Buat kesalahan sedikit, gue pelintir idung lo!” ujar Bowo.
“Camkan, itu ya, Ciiin!” tambah Dagu.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari berikutnya adalah latihan halang rintang. Mereka harus siap melewati berbagai rintangan seperti kolam lumpur yang hanya bisa dilewati dengan gelantungan, celah sempit yang hanya bisa dilalui dengan cara merangkak atau tiarap, lalu ada juga tembok setinggi 3 meter yang harus dipanjat menggunakan tali, sedangkan ketika turun mereka harus loncat ke kolam sedalam 2 meter lalu berenang ke tepian, terus ada lagi rintangan yang mengharuskan mereka mengendap-ngendap tanpa menimbulkan suara (NB: saat mereka lewat di depan kamar istri pak Komandan yang lagi tidur siang). Belum sampai di situ, masih ada rintangan untuk melewati ranjau darat yang terpasang di lapangan seluas lapangan tenis. Jika ada yang salah injak, ranjau darat itu akan meledak dan menyemburkan cat berwarna merah darah. Ada juga sih ranjau yang ketika diinjak tidak meledak, tapi malah membuat si penginjak misuh-misuh tak keruan sepanjang hari. Ranjau apakah itu? Simpel, itu ranjau ‘buatan’ hewan, hewan yang sering digunakan untuk membajak sawah. Ranjau itu adalah kotoran kerbau!
Di latihan ini, kelompok Rama dkk berhasil menempati urutan pertama. Setelah mereka meraih waktu tercepat dalam melewati semua rintangan yang ada. Namun sayang, mereka harus terkena pinalti, dikarenakan Dagu yang menginjak ranjau ‘buatan’ hewan itu. Alhasil, mereka lagi-lagi harus puas berada di peringkat kedua, di bawah kelompok Gofar.
“Waduh, Dagu! Kenapa lo bisa kena ranjau sih?!” kata Bowo naik pitam.
“Sori, bos! Gue gak sengaja, lagian kayaknya pas lari, bodi gue kesenggol ama Rama tuh. Makanya gue nginjek ranjau yang tadinya gue kira itu batu!”
Bowo yang merasa punya alasan untuk menyalahkan Rama langsung mendampratnya.
“Nah, kan. Gue bilang dari awal juga apa, elo emang biang masalah di sini. Dasar anak baru!”
Bibir Rama baru saja membuka bersiap untuk membantahnya, tetapi keduluan oleh Budi yang ngomong, “Tapi bos, si Rama ada di sebelah gue pas lari, berarti dia paling ujung. Sedangkan yang di tengah kan si Ari, tapi dia juga pas lari jauh dari Dagu..”
Ada saksi, Dagu pun tak bisa berkutik dan mengaku, “Okeh, okeh, tadi gue jauh dari kalian bertiga..”
“Kalau mereka betiga jauh dari lo, berarti yang paling deket tuh gue, terus jadinya gue yang lo salahin karena udah ngedorong lo, gitu?” Bowo langsung menyimpulkan.
“Ngg, nggak bos, nggak! Ngg, kayaknya tubuh gue emang ujug-ujug oleng sendiri.. Hehehe..”
“Ya udah, pokoknya laen kali, elo jangan ceroboh lagi!” tegas Bowo, walaupun dalam hatinya lagi-lagi dia merasa kecewa karena tidak bisa menyalahkan Rama.
“Paling-paling kalau ceroboh lagi, ntar bakal kena senggolan mesra lagi dari si bang Bowo.. Hihi..” ledek Rama agak berbisik kepada Dagu. Bibirnya pun merekah menampakkan senyuman, membuat Dagu yang dimarahi semakin terlihat kesal.
-=-=-=--=-=-=-=-=-
Hari ketiga, latihan yang diberikan oleh Komandan Jaka adalah latihan fisik, yaitu lari Marathon sejauh dua kelurahan. Yah, kalau di kota sih dua kelurahan tuh paling juga hanya sejauh 2 km, tetapi ini di desa, Bung! Kelurahan satu dengan kelurahan lain itu bisa sampai berjarak 2,5 km! Oh, well, ternyata hanya berbeda sedikit ya? Tidak juga, karena dalam jarak sejauh itu rintangannya lebih rumit. Mungkin kalau bisa digambarkan, perjalanannya bakal seperti lagu soundtrack dari kartun Ninja Hattori, dimana mereka harus ‘mendaki gunung lewati lembah’ belum lagi mereka juga harus siap menyeberangi sungai-sungai yang deras dan juga harus melewati hutan yang masih lebat. Bisa dibilang, latihan halang rintang kemarin itu bisa dihitung sebagai pemanasan dari latihan kali ini yang dijamin bakal lebih ekstrim!
“Guys, gue emang senior yang kurang bersahabat dengan kalian,” Bowo memulai kata-katanya, “tapi harus gue akui, kalian adalah tim terbaik yang pernah gue miliki. Jadi, gue harap kita jangan kalah lagi! So, di latian kali ini gue udah nyiapin ‘sesuatu’ buat kalian..”
“Bencana nih! Bang Bowo tiba-tiba jadi baik. Pasti ada udang di balik ‘sesuatu’!” cerocos Rama, ada nada sarkasme dalam kalimatnya.
“Sesuatu?” Dagu terlihat bingung. “Maksudnya?”
“Gue udah nyiapin minuman buat kalian, minuman yang gue yakin bisa ngebuat kalian kuat sampai tujuan, bahkan bisa jadi yang tercepat!”
“Nah, kan udang di balik sesuatunya mulai keliatan..” singgung Rama lagi. “Tapi kan bang, kata Komandan Jaka, kita gak boleh make doping atau minuman penambah stamina kan!”
“Iya, itu kalau doping atau minuman penambah stamina, Rama sotooy!” komentar Bowo, sembari menekankan nada suaranya di kata terakhir. “Minuman dari gue ini kan bukan minuman kayak gitu, ini cuma air putih biasa yang dido’ain terus dikasih campuran sesuatu ama dukun Jarkom semalem. Buru nih, ambil seorang sebotol.. Terus minum ampe abis!”
Budi, Ari, dan Dagu yang memang sedang haus langsung menerima minuman dari Bowo dan menenggak sampai habis, sedangkan Rama malah menolak tawaran.
“Sori de mori aja ya, bang! Kemaren aja pas latihan halang rintang, kita bisa jadi yang paling cepet tanpa bantuan minuman apapun. Jadi gue gak mau tuh minum-minuman gak jelas kayak gitu!”
“Bujuug, ini orang lama-lama nyebelin ya.. Buruan minum!”
“Lha, abang sendiri kenapa ga minum? Kita kan berlima, tapi botolnya cuma 4. Ya udah, buat abang aja deh yang itu..”
“Gue gak minum, soalnya.. Ah, gak penting deh, ngapain juga gue jawab pertanyaan lo!” Bowo mencoba berkilah dari pertanyaan Rama. Rama sendiri tahu, pasti ada yang tak beres dengan minuman itu. Hanya saja, dia tak tahu apa. “Pokoknya kalo lo sampe bikin tim kita kalah lagi, karena kesongongan lo, tunggu aja ntar..”
“Sip, bang.. Tunggu aja terus ya, gue mah mau lari duluan aja kalo gitu..”
Rama yang selalu menjadi objek penderita, tetap santai menghadapi seniornya itu. Setelah peluit tanda timnya harus maju, dia pun segera berlari bersama dengan Ari, Budi, dan Dagu. Sementara Bowo masih berdiri mematung, seraya memasang tampang geram kepada Rama. Tetapi Bowo tak terlalu lama juga sih diamnya, karena sesaat kemudian kepalanya ditoyor oleh Komandan Jaka yang menyuruhnya maju juga.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama, Budi, Ari, Dagu, dan Bowo sudah mulai kelelahan ketika mereka telah berlari sejauh satu setengah kilometer. Bagaimana mungkin mereka tidak lelah, di satu kilomter pertama mereka harus melewati beberapa anak sungai dan berlari menanjak ke atas bukit. Sesampainya di bukit pun mereka tak bisa beristirahat terlalu lama. Selain karena mereka tak ingin terkejar oleh kelompok lain, mereka juga harus mengejar tukang es doger yang lewat di depan mereka. Masalahnya, si tukang es doger ini bukannya berhenti ketika dipanggil oleh Rama cs, dia malah tetap nyelonong terus. Oh, ternyata bukan karena sengaja si tukang es maen nyelonong, pada kenyataannya dia tak bisa menahan laju sepeda gerobaknya yang memang sedang berada di jalan menurun. Remnya blong gitu lho!
Kejar-kejaran pun terjadi, setelah melalui berbagai rintangan saat pengejaran, seperti jalan berbatu, jalan berlumpur, bahkan jalan berpolisi tidur (padahal jalannya di hutan lho)! Mereka akhirnya bisa menghentikan sepeda si tukang es doger. Rama cs pun beristirahat sebentar, memesan es dogernya, kemudian mengobrol dengan si tukang es.
“Bang, kok bisa sih jualan di hutan sepi kayak gini?” tanya Rama.
“Oh, tentu bisa, dek.. Percaya atau nggak, jualan di sini malah lebih untung daripada jualan di kampung-kampung lho!”
“KOK BISA??” tanya mereka berlima berbarengan.
“Lha kan, kalau di kampung, satu porsi es doger paling juga saya jual dua ribu perak doang. Kalau di sini satu porsinya seratus ribu!”
“Emangnya ada yang beli?” sekarang si Ari yang bertanya.
“Jarang yang beli, tapi ada aja lha. Nih, contohnya adek-adek berlima lagi beli es doger seharga seratus ribu saya..”
Ngeek.. Mendengar harga minuman yang mereka pesan begitu mahal, mereka pun mundur menjauh dari tukang es. Sementara si tukang es masih sibuk menyiapkan es untuk mereka.
“Eh, cuy! Duit di kantong gue cuman ada gopek nih –bekas kerokan pula- , gimana bisa bayar es seharga cepek ceng gitu?!” ucap Dagu dengan ekspresi lemas, semua ucapannya tampak jujur.
“Gue sih ada goceng..” kata Budi.
“Nih, kalo gue serebu tinggal selembar-lembarnya!” kata Ari seraya menunjukkan uang di tangannya.
“Elo punya berapa duit, Ram?” Bowo bertanya kepada Rama. “Jangan bilang elo gak ada duit ya, kan elo yang udah nyetop si abang tukang es, jadi elo yang kudu tanggung jawab!”
Diteriaki Bowo, Rama malah senyum-senyum, sejurus kemudian kedua tangannya mengeluarkan isi dari kantongnya yang menandakan bahwa isi kantong itu kosong melompong.
“Udah gue duga! Walaupun elo keliatannya ga suka gue, ternyata elo ngefans juga ya ama gue, buktinya isi kantong kita sama!” kata Bowo sambil bernarsis sedikit. “Terus sekarang kita kudu ngapain nih?”
“Gue ada ide..” sambil berkata ini, Rama melirik kepada Ari dan Budi. “Bagaimana kalau kita.. KABUUUUUURR..!!”
Dengan secepat kilat, Rama beserta Ari dan Budi langsung mengeluarkan jurus langkah seribu, meninggalkan Bowo dan Dagu yang masih bengong karena belum connect dengan rencana Rama. Setelah diteriaki oleh tukang es doger yang tak rela kehilangan pelanggan, Bowo dan Dagu pun segera ikutan berlari.
“TUNGGUUUU.. Cerita tadi cuma becanda doang kok! Aslinya emang dua rebu perak. Kok pada percaya sih?” usaha terakhir dari tukang es merayu Rama cs, tapi sayang, mereka sudah berpuluh, beratus, bahkan beribu-ribu langkah darinya. Moral dari cerita tukang es: kalau kalian tidak bakat ngegaring, jangan pernah bercanda sama orang lain, karena mereka akan menganggapnya serius!
Berkat kejadian ketemu tukang es, kelompok Rama berhasil sampai di finish duluan. Lebih cepat satu jam dari kelompok-kelompok lain di belakangnya. Sungguh ajaib memang. Sekarang kelompok mereka memimpin perolehan nilai sementara dari kelompok lain.
Mereka tampak lega sekali. Terutama Bowo yang merasa bangga setelah melihat minuman Ki Jarwo yang dia berikan kepada teman-temannya ternyata manjur. Bowo juga lega, karena teman-teman yang meminum minuman itu tak tahu, bahwa campuran yang diberikan Ki Jarwo ke air putih itu adalah peresan air keringat dari kaos kutang beliau!
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari terakhir, seharusnya menjadi latihan tersulit bagi semua pasukan SWAT Mawar-Melati. Tapi ternyata tidak. Di latihan terakhir, mereka hanya disuruh mengupas bawang merah sebanyak-banyaknya dalam waktu 30 menit! Rencananya di latihan terakhir ini bakal jadi latihan sparing antar kelompok. Tapi ternyata, Komandan Jaka yang lagi-lagi kudu mengikuti istrinya yang sedang ngidam jualan bawang goreng sebanyaknya. Tak tahulah benar atau tidaknya alasan Komandan Jaka itu, yang pasti hasil penjualan bawang goreng itu bakalan digunakan untuk mengoperasi plastik wajah pasukan SWAT yang paling jelek. So sweet sekali bukan? Well, itu pun kalau penjualannya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Hehehe..
“Bersiap.. MULAI” teriak Komandan Jaka, diikuti satu tembakan pistol oleh Komandan Wahyu, menandakan latihan ini dimulai. “Ayo cepet potong bawangnya! Umpama-in bawang goreng itu sebagai musuh kalian! Bayangin si bawang sebagai orang yang pernah ngerebut permen kalian ketika masih kecil, pernah ngentutin kalian tepat di depan idung, bayangin kalo si bawang sering ngeledekin mata kalian sipit, atau dia suka nakut-nakutin kalian dengan hal yang kalian benci atau si bawang itu adalah orang yang pernah nolak cinta kalian! Iris saja dia, iris orang itu!”
Walaupun terdengar seperti curhat colongan, kata-kata penyemangat dari Komandan Jaka rupanya berhasil. Ketika mendengar permen yang direbut, Ari terlihat makin menggebu-gebu. Bawang sebagai tukang kentut, membuat Bowo semakin berapi-api. Mata sipit? Budi yang terlihat makin panas. Sering nakutin? Dalam benak Rama tiba-tiba tergambar seonggok kerupuk, bergidik sejenak, kemudian dia iris-iris bawang di tangannya dengan penuh dendam kesumat. Namun, ketika mendengar orang yang menolak cinta, Dagu-lah yang paling merasakan efeknya. Tetapi bukannya tambah semangat seperti yang lain, dia malah menangis!
“Dagu, nape lo nangis?” Bowo terlihat khawatir.
“Ng-nggak, bos.. Gara-gara bawang kayaknya.. Hiks.. Hiks..”
“Ya udah, pokoknya cepetan, jangan lelet..”
Tiga puluh menit, benar-benar seperti waktu yang lama bagi mereka yang mengikuti latihan ini. Masalahnya efek perih dari bawang merah yang dikupas baru terasa sepuluh menit dari komando Komandan Jaka. Beliau sendiri sudah tidak menyemangati pasukannya lagi. Yang dilakukannya sekarang malah menonton kembali video saat dia menjadi kontestan dalam lomba coverboy untuk mading di salah satu RW di daerahnya.
Latihan kali ini pun walaupun terlihat sebagai latihan paling ringan diantara latihan sebelumnya, ternyata malah yang paling memakan korban! Sudah berpuluh jari yang berdarah akibat mereka kehilangan konsen ketika mengupas bawang. Bahkan ada yang kepalanya berdarah juga gara-gara latihan ini! Eh, salah deh.. Kepala berdarah itu sih karena ada salah seorang pasukan yang ngupas bawang sambil mencet jerawat di jidatnya, alhasil pas jerawat sukses dipencet, berdarahlah ia..
“SELESAI!!” teriak Komandan Jaka ketika stopwatch-nya telah sampai ke menit 30.
Dia pun segera mengecek satu per satu kelompok dimulai dari kelompok Gofar yang berada paling ujung sampai terakhir ke kelompok Rama. Akhirnya, setelah memeriksa dan menimbang hasil bawang yang dikupas dari setiap kelompok, Komandan Jaka pun mengumumkan kelompok mana yang paling banyak mengupas bawangnya.
“Dengan berat hati, gue umumin bahwa yang berhasil ngupas bawang merah paling banyak adalah kelompok..” semua orang menahan napas, tegang.. “Bowo cs!”
Rama dan kawan-kawan pun langsung riuh merayakan kemenangan mereka. Jadi, sudah pasti mereka yang memimpin perolehan tertinggi dari seluruh latihan yang ada.
“So, udah keliatan kan kelompok mana yang menang dari semua latihan? Kalo gitu, secara resmi gue manggil kelima anggota kelompok itu untuk memberikan hadiah spesial sesuai janji gue waktu itu!”
Rama, Budi, Ari, Bowo, dan Dagu pun maju ke depan. Komandan Jaka dan Wahyu menyalami mereka satu per satu. Kemudian Komandan Jaka mengambil sebuah goodie bag yang telah disiapkan di mejanya kepada mereka berlima.
“Silakan dilihat isinya..”
Sambil takut-takut, Bowo melirik isi dari tas itu.
“He? Cuma pulpen?”
“Cuma, kata lo? Itu lima pulpen yang ada di goodie bag yang lo pegang semuanya adalah pulpen bersejarah!” Komandan Jaka merasa tersinggung. “Yang warna merah, pernah dipake gue pas ujian untuk jadi SATPAM di salah satu hotel yang ternyata gagal. Yang warna ungu, pernah gue pake buat garuk pantat sama ngupil. Terus yang ijo, pernah dipinjem ama mantan cewek gue pas SMA. Yang item, adalah pulpen termahal yang pernah gue beli –dua rebu perak cuy! Terakhir, warna silver yang paling berharga, pernah gue pake pas minta tanda tangan ama bintang film action kedemenan gue - Joe Taslim! Nah, bersejarah semua kan! Udah, sekarang bagiin satu-satu..”
Rama tersenyum. Ternyata apa yang digambarkan oleh Bowo soal hadiah aneh dari Komandan Jaka, benar adanya. Overall, Rama sangat senang. Selain karena kelompoknya berhasil menjadi pemenang, dia pun merasa dia bakalan betah berada di tim SWAT Mawar-Melati ini. Semoga saja, di misi nanti tak ada kendala berarti dan semua tim bisa pulang dalam keadaan utuh.
“Oi, Rama!” panggil Komandan Jaka, saat melihat Rama menerima pulpen berwarna silver. “Jaga baik-baik pulpen itu ya, pulpen itu juga pernah gue pake pas minta tanda tangan Iko Uwais lho!”
“Siap, Dan!!” tegas Rama. “Tapi ngomong-ngomong, Iko Uwais itu siapa ya?”
Tamat
NB:
- Kalau gak salah, pangkat Jaka tuh harusnya cuma letnan ya? Tapi gak apa-apa deh, saya ganti jadi Komandan biar lebih kerenan dikit.
- Gak kerasa ya, ternyata tulisannya bisa sampe 4000an kata. Ini teh padahal belum termasuk deleted scenes. :))
- Semoga ceritanya menghibur ya, kalau ga menghibur, jangan protes juga.. Hihihi.. *dilemparin granat*
- Jangan lupa saksikan film The Raid mulai tanggal 23 Maret 2012 di bioskop kesayangan Anda!
Link FFN
Sebagai pengenalan, tokoh-tokoh yang dipakai di fanfic ini adalah sebagai berikut:
Iko Uwais - Rama
Joe Taslim - Jaka
Pierre Gruno - Wahyu
Tegar Satrya - Bowo
Iang Darmawan - Gofar
Eka Rahmadia - Dagu
Verdi Solaiman - Budi
R. Iman Aji - Ari
Genre : Humor (karakter diusahakan tetap Canon, tapi.. :p )
Timeline : Seminggu sebelum Serbuan Maut!
Rating : PG
Disclaimer : Tokoh yang dipakai dari film the Raid keluaran PT Merantau Films.
Latihan a la Pasukan Serbuan Maut!!
“Halo, kenalin, nama gue Rama Bratayudha. Atau cukup panggil gue Rama ajah yah!” ujar Rama mengenalkan diri kepada teman setimnya yang baru di pasukan SWAT Mawar-Melati. Tetapi sepertinya tak ada yang menggubrisnya, yang lain tetap melakukan kegiatan masing-masing tanpa mempedulikan kehadiran Rama. Ada yang sedang menyemir sepatu, mengelap senjatanya, bahkan ada yang mengelap kepala teman mereka yang botak biar tetep kinclong!
Merasa didiamkan seperti itu, Rama pun jadi sewot, membanting tas bawaannya lalu berteriak, “Wooy! Pada merhatiin gue gak sih, udah capek-capek kenalan, kagak ada yang nanggepin!”
“Haduh, berisik amat sih lo!” kata salah seorang pasukan yang tadi sedang mengelap kepala temannya. “Lagian, emangnya kita butuh perkenalan lo apa? Nih, tadi pagi pak Komandan nyuruh kita nge-add lo di fb, jadi kita udah tau siapa elo sebenernya. Dan kita ngediemin lo juga karena elo duluan yang ngediemin kita, sampe sekarang akun kita belum ada yang di-aprup ama lo! Ckckck..”
“Eh, iyakah?” Rama merasa bersalah. “Ya udah, maaf deh bang.. err..”
“Dagu!”
“Iya, maaf ya bang Dagu dan semuanya, Handphone gue lobet pas tadi di jalan, jadi belum bisa fb-an dan nge-aprup kalian semua.. Hehe..” ucap Rama seraya menyalami tangan semua orang yang ada satu-per-satu. “Jadi, kita udah baikan kan? Gue udah diterima di tim ini kan?”
Suasana hening sejenak, kemudian tanpa dikomando, semua pun serentak berkata:
“TERIMA DULU PERTEMANAN KITA DI FB!!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama masih tertidur ketika tiba-tiba terdengar suara bising sirine sebagai tanda agar para pasukan bersiap-siap. Dengan malas-malasan, Rama mengusap bekas air liur yang di sekitar bibirnya, membuka matanya, kemudian bangun. Memaksakan diri, Rama pun mencuci mukanya di kamar mandi, lalu memakai seragam SWAT-nya.
“PASUKAN SIAAP!!” ujar salah seorang pria berbadan tegap dengan mata agak sipit yang baru masuk ke barak Rama dkk tepat setelah Rama memakai sepatu kanannya. Yeah, hanya sepatu kanan, sepatu kirinya belum dia pakai. Tetapi mendengar-aba-aba tadi, mau tak mau Rama harus dalam posisi berdiri tegap, tanpa mempedulikan kaki kirinya yang masih nyeker. Tapi Rama bukan satu-satunya pasukan yang belum siap, lihat saja tuh, si Bowo –teman setim Rama yang tidur di ranjang sebelahnya- bahkan masih belum pakai celana panjangnya, padahal sepatunya sudah dia pakai. Ada juga si Gofar, yang walaupun semua pakaian, celana, dan sepatu sudah lengkap dia pakai, tapi di kepalanya itu bukannya menggunakan helm, malah menggunakan bando pink yang ada kupu-kupu menclok di atasnya.
“Ckckck.. Mengecewakan!” kata pria tadi lagi, diam-diam Rama membaca nama yang tertera di atas saku bajunya, ‘Jaka T Fitrah’ ketika dia melewati Rama. “Gue sebagai Komandan di tim ini sangat kecewa dengan kedisiplinan kalian! Seharusnya setelah 5 menit dari bunyi sirine, kalian sudah harus siap sedia. Lha ini..” kata-kata Komandan Jaka menggantung, ketika dia melirik jam tangannya, “ Baru 2 menit aja, ga ada yang siap sama sekali..” diam sebentar, beliau mengecek jamnya lagi, lalu bergumam, “Eh, baru 2 menit ya.. Gue kecepetan dong! Pantesan belum pada siap..”
Semua pasukan berusaha mencuri dengar, apa yang digumamkan Komandan mereka, sampai si Komandan berbicara lagi..
“Pokoknya untuk saat ini, gue maafin ketidak-disiplinan kalian! Jadi, gue gak akan ngasih hukuman..” katanya, tanpa mau mengakui bahwa dia yang salah. “By the way, minggu depan, tim kita dapet surat perintah buat nyerbu satu gedung yang disinyalir sebagai markas dari salah satu gembong narkoba di negeri ini. Jadi, mulai hari ini sampai H-2 menuju penyerbuan, kalian bakal ngejalanin latihan supaya misi ini dapat berjalan dengan baik. Well, kalau gitu, gue tunggu kalian dengan pakaian dan peralatan lengkap di lapangan 5 menit dari sekarang! Ingat, 5 menit ya bukan 2 menit!”
-=-=-=-=-=--=-=-=-=-=-=-
Latihan hari pertama, dimulai dengan latihan menembak. Sebelum latihan, pasukan Rama dkk dibagi menjadi beberapa kelompok. Rama sendiri masuk ke dalam kelompok yang terdiri dari Bowo, Dagu, Ari, dan Budi. Untuk membuat semua pasukan bersemangat, Komandan Jaka pun bakal memberikan hadiah kepada tim atau kelompok yang berhasil memperoleh penilaian yang baik selama latihannya. Ah, sepertinya kelompok-kelompok yang sudah dibagi tadi akan tetep saling bersaing menjadi yang terbaik tanpa peduli ada hadiah atau tidak. Apalagi kali ini yang menawarkan hadiah adalah Komandan Jaka. Bukan apa-apa, kata Bowo yang udah agak lama dipimpin oleh beliau, hadiah dari Komandan Jaka selalu aneh-aneh. Sebagai contoh, beberapa bulan lalu ketika ada latihan serupa seperti ini, tim yang menang diberi hadiah satu set DVD film Rambo dari film pertama sampai ke-4. Eh, apa yang aneh kalau begitu ya? Selidik punya selidik, ternyata dvd film yang covernya memang bergambar Rambo tersebut malah berisi tentang film ketika Komandan Jaka ‘berperang’ melawan musuh dari kelurahan-kelurahan lain se-Jakarta dalam rangka lomba karambol.
Kembali ke Rama, kelompoknya pun kali ini bertekad untuk memenangkan persaingan dengan kelompok lain. Dimulai dengan sesi menembak ini, mereka yakin mereka bakal banyak menembak sasaran dengan mudah.
“Ram, awas ya, jangan sampai kita kalah gara-gara elo!” ancam Bowo yang dianggap paling senior di kelompok mereka.
“Tenang aja, bang! Soal tembak menembak mah.. Keciiiil!” Rama percaya diri.
“Jyaah, elo masih baru aja udah belagu. Gue yakin, nembak cewek aja elo gak becus, apalagi nembak ginian!” Dagu ikutan menceramahi.
“Walah, si abang Dagu gak tahu apa.. Soal tembak-menembak cewek mah masanya udah lewat, soalnya gue udah punya istri, bang. Malahan berkat hasil tembakan gue, istri gue udah bunting lagi tuh! Hehe..”
“Berarti level lo emang di atas Dagu, Ram. Soalnya sampe sekarang, Dagu malah masih jomblo! Hahaha..” kata Budi, disambut cemberutan dari Dagu.
“Whatever lha!” Bowo lagi yang bicara. “Pokoknya mau gimana pun, kalau tim kita kalah, elo yang bakal gue salahin, soalnya elo paling junior di sini, ngerti!”
“Tapi bang, saya juga kan masih ba..” Ari mencoba menyanggah tapi keburu dipotong oleh Bowo lagi.
“Baru apanya?” potong Bowo. “Elo kan gabung ke tim lebih cepat sejam daripada Rama, lagipula pertemanan FB kita ga dipending kayak waktu kita nge-add dia..”
Masih soal pertemanan FB? Batin Rama. Ya sudahlah, memang sudah takdirnya kali, dia harus jadi objek penderita di kelompoknya.
“Eh, ngomong-ngomong sekarang giliran kelompok kita maju lho!” ujar Rama mencoba mencairkan suasana. Yang langsung dijawab oleh Bowo dan Dagu dengan, “IYE TAUK!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Anggota kelompok diberi giliran untuk menembak masing-masing sasaran dari yang berjarak hanya 3 meter sampai yang paling jauh 10 meter. Sasaran tembak, sengaja dibuat menyerupai tubuh manusia. Sasaran paling utama adalah dada dan kepala. Setiap satu sasaran hanya boleh ditembak sebanyak 3 kali. Penilaian pun diperoleh dari hasil mereka menembak sasaran tersebut, semakin mendekati atau malah tepat sasaran nilai semakin bagus.
Dari kelompok Rama, Budi yang maju duluan. Tanpa ragu, dia menembak 5 sasaran dengan jarak paling dekat sampai paling jauh yang ada di hadapannya. Hasilnya tidak mengecewakan, dari total nilai maksimal 150 poin, Budi memperoleh nilai 112 (sebetulnya nilai aslinya 97, tapi tadi di belakang dia nyogok juri pake rokok sebatang). Selanjutnya Ari yang maju, sebagai yang paling muda, rupanya dia mahir juga. Kalau tidak percaya, lihat saja ke sasaran tembak yang sudah jadi korbannya, 90% dari sasaran, tertembak di bagian ‘kemaluan’-nya! Alhasil, saat Ari sudah menyelesaikan gilirannya, Dagu dan Bowo yang masih jomblo, hanya bisa melirik Ari seraya menutupi ‘barang berharga’ mereka dengan kedua tangan. Mungkin yang ada di benak mereka sekarang adalah ‘Gue gak mau berurusan ama dia, apalagi kudu baku tembak, bisa ma-de-su, masa depan suram! Gue kan belum nikah!’ Tapi, setelah dihitung oleh para Juri, nilai yang diperoleh Ari adalah 69, daerah ‘situ’ poinnya emang tidak terlalu besar sih.
Kini giliran Dagu. Hasil tembakannya random abis. Hampir semua pelurunya yang ditembaknya menyebar di beberapa bagian, dari ketiak, dada sebelah kiri, puser, leher, bahkan hampir mengenai kucing yang sedang kawin di bawah sasaran tembak dan tak lupa menembak dirinya sendiri, err, menembak bagian dagu maksudnya. Nilai yang didapat olehnya, 102.
Setelah itu Bowo yang beraksi. Tak perlu ditanyakan lagi soal kemampuannya, sebagai senior dia harus bisa memberi contoh yang baik kepada junior. Sebagai bukti, dia berhasil menembakkan pelurunya tepat di dada dan kepala pada semua sasaran tembak, kecuali sasaran tembak dan peluru terakhir yang meleset ke telinga kanan dari sasaran tembak (suatu pertanda?). Total nilai yang diperoleh adalah 144.
Dengan bangga dan sedikit belagu karena hasil yang diperolehnya bagus, Bowo mengambil sapu tangan di sakunya, mengelap keringat di dahinya sambil menunjuk ke arah Rama lalu memamerkan tangan dengan jempol mengarah ke bawah padanya, seperti mengisyaratkan: ‘thumb’s down for Rama!’. Namun secara tak sengaja dia menjatuhkan sapu tangannya tadi ke tanah. Sesaat, Bowo terlihat memberengut, tapi dia membiarkan sapu tangannya itu, dan memberikan kesempatan kepada Rama untuk maju.
Yak, akhirnya, giliran Rama yang siap untuk memamerkan kemampuan menembaknya. Tanpa kesulitan berarti, dia menembak sasaran pertama dengan tepat. Lanjut dengan sasaran kedua yang satu pelurunya meleset ke sekitar perut. Sasaran ketiga tampak begitu mudah, lagi-lagi semuanya tepat sasaran. Sampai di yang keempat, Rama mulai agak kesulitan, hasilnya dia mengenai pipi kiri, dada kanan, dan dada kiri. Terakhir, sasaran yang paling jauh, satu tembakan tepat mengenai, sedangkan dua tembakan lagi menembak udara kosong karena Rama terpeleset sapu tangan yang tadi dijatuhkan Bowo! Eh, ralat deh, peluru terakhir kena ranting buah mangga matang yang langsung jatuh ke tanah. Selidik punya selidik, ternyata di sapu tangan itu ada kulit pisangnya, sehingga Rama yang tak sengaja menginjaknya jadi kehilangan keseimbangan. Rama yang tahu siapa pemilik sapu tangan itu langsung melirik ke orangnya, tapi bukannya menunjukkan penyesalan, Bowo malah menunjukkan thumb’s down-nya lagi sambil tersenyum picik.
Namun tiba-tiba.. GEPLAK!! Belakang kepala Bowo dipukul telak oleh Budi.
“O’on, lo! Kelompok kita jadi ada di peringkat dua tuh, gara-gara beda cuma dua poin.. Kenapa si Rama dibuat kepeleset sih?”
“Buset, udah berani ya sekarang.. Mukul senior lo?”
“Eh, eh, maap bos! Kelepasan!” Budi langsung mengusap kepala seniornya itu, terlihat takut-takut. Kemudian dia berbisik pelan kepada Ari dan Rama yang baru datang ke tempat mereka. “Walaupun udah lama juga sih pengen mukul. Hehe..”
“Semua gara-gara Rama! Pake kepeleset segala!” Dagu kelihatan kesal.
Bowo mengangguk tanda setuju. “Iye, Ram. Gara-gara elo nih! Gue sebagai pencetak nilai tertinggi, jadi tersinggung! Nyape-nyapein gue aje..”
“Kata siapa bang Bowo pencetak nilai tertinggi?” timpal Rama kalem.
“Lha, emang iya kan? Emangnya siapa yang nilainya lebih tinggi dari gue?”
“Tanya juri aja noh!”
Sambil berkata itu, Rama menunjuk ke arah juri pengawas, Komandan Jaka dan Wahyu, yang terlihat sedang mojok berdua sambil memakan sesuatu.
Bowo dan Dagu yang penasaran langsung mendatangi para juri dan menanyakan berapa nilai Rama. Juri yang ditanya hanya menjawab singkat ‘150!’ kemudian mereka makan lagi. Oh, rupanya mereka sedang memakan buah mangga matang yang jatuh karena tembakan Rama. Makanya mau bagaimanapun hasil tembakan Rama, dengan mangga itu juri langsung memberikan nilai sempurna. Harap maklum ya, karena mangga itu memang sudah menjadi incaran Jaka dan Wahyu semenjak mereka latihan tadi pagi. Apalagi, istri Komandan Jaka ‘kan sedang hamil dan ngidam buah mangga. Sehingga mau tak mau, Komandan Jaka mewakili istrinya untuk memakan buah mangga itu.
“Gimana, bang? Siapa yang nilainya paling tinggi?” tanya Rama kepada Bowo dan Dagu. “Pokoknya, makasih ya bang, berkat sapu tangan keberuntungan punya abang! Hehe..”
Rama, Budi, dan Ari pun tersenyum senang melihat ekspresi dua senior mereka yang terlihat cemberut itu. Bowo dan Dagu kesal karena tidak bisa menumpahkan kesalahan kepada Rama. Mau menyalahkan Ari yang mendapat nilai paling kecil, mereka takut karena teringat hasil tembakannya.
“Ya udah, gue tunggu lo di latihan berikutnya! Buat kesalahan sedikit, gue pelintir idung lo!” ujar Bowo.
“Camkan, itu ya, Ciiin!” tambah Dagu.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari berikutnya adalah latihan halang rintang. Mereka harus siap melewati berbagai rintangan seperti kolam lumpur yang hanya bisa dilewati dengan gelantungan, celah sempit yang hanya bisa dilalui dengan cara merangkak atau tiarap, lalu ada juga tembok setinggi 3 meter yang harus dipanjat menggunakan tali, sedangkan ketika turun mereka harus loncat ke kolam sedalam 2 meter lalu berenang ke tepian, terus ada lagi rintangan yang mengharuskan mereka mengendap-ngendap tanpa menimbulkan suara (NB: saat mereka lewat di depan kamar istri pak Komandan yang lagi tidur siang). Belum sampai di situ, masih ada rintangan untuk melewati ranjau darat yang terpasang di lapangan seluas lapangan tenis. Jika ada yang salah injak, ranjau darat itu akan meledak dan menyemburkan cat berwarna merah darah. Ada juga sih ranjau yang ketika diinjak tidak meledak, tapi malah membuat si penginjak misuh-misuh tak keruan sepanjang hari. Ranjau apakah itu? Simpel, itu ranjau ‘buatan’ hewan, hewan yang sering digunakan untuk membajak sawah. Ranjau itu adalah kotoran kerbau!
Di latihan ini, kelompok Rama dkk berhasil menempati urutan pertama. Setelah mereka meraih waktu tercepat dalam melewati semua rintangan yang ada. Namun sayang, mereka harus terkena pinalti, dikarenakan Dagu yang menginjak ranjau ‘buatan’ hewan itu. Alhasil, mereka lagi-lagi harus puas berada di peringkat kedua, di bawah kelompok Gofar.
“Waduh, Dagu! Kenapa lo bisa kena ranjau sih?!” kata Bowo naik pitam.
“Sori, bos! Gue gak sengaja, lagian kayaknya pas lari, bodi gue kesenggol ama Rama tuh. Makanya gue nginjek ranjau yang tadinya gue kira itu batu!”
Bowo yang merasa punya alasan untuk menyalahkan Rama langsung mendampratnya.
“Nah, kan. Gue bilang dari awal juga apa, elo emang biang masalah di sini. Dasar anak baru!”
Bibir Rama baru saja membuka bersiap untuk membantahnya, tetapi keduluan oleh Budi yang ngomong, “Tapi bos, si Rama ada di sebelah gue pas lari, berarti dia paling ujung. Sedangkan yang di tengah kan si Ari, tapi dia juga pas lari jauh dari Dagu..”
Ada saksi, Dagu pun tak bisa berkutik dan mengaku, “Okeh, okeh, tadi gue jauh dari kalian bertiga..”
“Kalau mereka betiga jauh dari lo, berarti yang paling deket tuh gue, terus jadinya gue yang lo salahin karena udah ngedorong lo, gitu?” Bowo langsung menyimpulkan.
“Ngg, nggak bos, nggak! Ngg, kayaknya tubuh gue emang ujug-ujug oleng sendiri.. Hehehe..”
“Ya udah, pokoknya laen kali, elo jangan ceroboh lagi!” tegas Bowo, walaupun dalam hatinya lagi-lagi dia merasa kecewa karena tidak bisa menyalahkan Rama.
“Paling-paling kalau ceroboh lagi, ntar bakal kena senggolan mesra lagi dari si bang Bowo.. Hihi..” ledek Rama agak berbisik kepada Dagu. Bibirnya pun merekah menampakkan senyuman, membuat Dagu yang dimarahi semakin terlihat kesal.
-=-=-=--=-=-=-=-=-
Hari ketiga, latihan yang diberikan oleh Komandan Jaka adalah latihan fisik, yaitu lari Marathon sejauh dua kelurahan. Yah, kalau di kota sih dua kelurahan tuh paling juga hanya sejauh 2 km, tetapi ini di desa, Bung! Kelurahan satu dengan kelurahan lain itu bisa sampai berjarak 2,5 km! Oh, well, ternyata hanya berbeda sedikit ya? Tidak juga, karena dalam jarak sejauh itu rintangannya lebih rumit. Mungkin kalau bisa digambarkan, perjalanannya bakal seperti lagu soundtrack dari kartun Ninja Hattori, dimana mereka harus ‘mendaki gunung lewati lembah’ belum lagi mereka juga harus siap menyeberangi sungai-sungai yang deras dan juga harus melewati hutan yang masih lebat. Bisa dibilang, latihan halang rintang kemarin itu bisa dihitung sebagai pemanasan dari latihan kali ini yang dijamin bakal lebih ekstrim!
“Guys, gue emang senior yang kurang bersahabat dengan kalian,” Bowo memulai kata-katanya, “tapi harus gue akui, kalian adalah tim terbaik yang pernah gue miliki. Jadi, gue harap kita jangan kalah lagi! So, di latian kali ini gue udah nyiapin ‘sesuatu’ buat kalian..”
“Bencana nih! Bang Bowo tiba-tiba jadi baik. Pasti ada udang di balik ‘sesuatu’!” cerocos Rama, ada nada sarkasme dalam kalimatnya.
“Sesuatu?” Dagu terlihat bingung. “Maksudnya?”
“Gue udah nyiapin minuman buat kalian, minuman yang gue yakin bisa ngebuat kalian kuat sampai tujuan, bahkan bisa jadi yang tercepat!”
“Nah, kan udang di balik sesuatunya mulai keliatan..” singgung Rama lagi. “Tapi kan bang, kata Komandan Jaka, kita gak boleh make doping atau minuman penambah stamina kan!”
“Iya, itu kalau doping atau minuman penambah stamina, Rama sotooy!” komentar Bowo, sembari menekankan nada suaranya di kata terakhir. “Minuman dari gue ini kan bukan minuman kayak gitu, ini cuma air putih biasa yang dido’ain terus dikasih campuran sesuatu ama dukun Jarkom semalem. Buru nih, ambil seorang sebotol.. Terus minum ampe abis!”
Budi, Ari, dan Dagu yang memang sedang haus langsung menerima minuman dari Bowo dan menenggak sampai habis, sedangkan Rama malah menolak tawaran.
“Sori de mori aja ya, bang! Kemaren aja pas latihan halang rintang, kita bisa jadi yang paling cepet tanpa bantuan minuman apapun. Jadi gue gak mau tuh minum-minuman gak jelas kayak gitu!”
“Bujuug, ini orang lama-lama nyebelin ya.. Buruan minum!”
“Lha, abang sendiri kenapa ga minum? Kita kan berlima, tapi botolnya cuma 4. Ya udah, buat abang aja deh yang itu..”
“Gue gak minum, soalnya.. Ah, gak penting deh, ngapain juga gue jawab pertanyaan lo!” Bowo mencoba berkilah dari pertanyaan Rama. Rama sendiri tahu, pasti ada yang tak beres dengan minuman itu. Hanya saja, dia tak tahu apa. “Pokoknya kalo lo sampe bikin tim kita kalah lagi, karena kesongongan lo, tunggu aja ntar..”
“Sip, bang.. Tunggu aja terus ya, gue mah mau lari duluan aja kalo gitu..”
Rama yang selalu menjadi objek penderita, tetap santai menghadapi seniornya itu. Setelah peluit tanda timnya harus maju, dia pun segera berlari bersama dengan Ari, Budi, dan Dagu. Sementara Bowo masih berdiri mematung, seraya memasang tampang geram kepada Rama. Tetapi Bowo tak terlalu lama juga sih diamnya, karena sesaat kemudian kepalanya ditoyor oleh Komandan Jaka yang menyuruhnya maju juga.
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Rama, Budi, Ari, Dagu, dan Bowo sudah mulai kelelahan ketika mereka telah berlari sejauh satu setengah kilometer. Bagaimana mungkin mereka tidak lelah, di satu kilomter pertama mereka harus melewati beberapa anak sungai dan berlari menanjak ke atas bukit. Sesampainya di bukit pun mereka tak bisa beristirahat terlalu lama. Selain karena mereka tak ingin terkejar oleh kelompok lain, mereka juga harus mengejar tukang es doger yang lewat di depan mereka. Masalahnya, si tukang es doger ini bukannya berhenti ketika dipanggil oleh Rama cs, dia malah tetap nyelonong terus. Oh, ternyata bukan karena sengaja si tukang es maen nyelonong, pada kenyataannya dia tak bisa menahan laju sepeda gerobaknya yang memang sedang berada di jalan menurun. Remnya blong gitu lho!
Kejar-kejaran pun terjadi, setelah melalui berbagai rintangan saat pengejaran, seperti jalan berbatu, jalan berlumpur, bahkan jalan berpolisi tidur (padahal jalannya di hutan lho)! Mereka akhirnya bisa menghentikan sepeda si tukang es doger. Rama cs pun beristirahat sebentar, memesan es dogernya, kemudian mengobrol dengan si tukang es.
“Bang, kok bisa sih jualan di hutan sepi kayak gini?” tanya Rama.
“Oh, tentu bisa, dek.. Percaya atau nggak, jualan di sini malah lebih untung daripada jualan di kampung-kampung lho!”
“KOK BISA??” tanya mereka berlima berbarengan.
“Lha kan, kalau di kampung, satu porsi es doger paling juga saya jual dua ribu perak doang. Kalau di sini satu porsinya seratus ribu!”
“Emangnya ada yang beli?” sekarang si Ari yang bertanya.
“Jarang yang beli, tapi ada aja lha. Nih, contohnya adek-adek berlima lagi beli es doger seharga seratus ribu saya..”
Ngeek.. Mendengar harga minuman yang mereka pesan begitu mahal, mereka pun mundur menjauh dari tukang es. Sementara si tukang es masih sibuk menyiapkan es untuk mereka.
“Eh, cuy! Duit di kantong gue cuman ada gopek nih –bekas kerokan pula- , gimana bisa bayar es seharga cepek ceng gitu?!” ucap Dagu dengan ekspresi lemas, semua ucapannya tampak jujur.
“Gue sih ada goceng..” kata Budi.
“Nih, kalo gue serebu tinggal selembar-lembarnya!” kata Ari seraya menunjukkan uang di tangannya.
“Elo punya berapa duit, Ram?” Bowo bertanya kepada Rama. “Jangan bilang elo gak ada duit ya, kan elo yang udah nyetop si abang tukang es, jadi elo yang kudu tanggung jawab!”
Diteriaki Bowo, Rama malah senyum-senyum, sejurus kemudian kedua tangannya mengeluarkan isi dari kantongnya yang menandakan bahwa isi kantong itu kosong melompong.
“Udah gue duga! Walaupun elo keliatannya ga suka gue, ternyata elo ngefans juga ya ama gue, buktinya isi kantong kita sama!” kata Bowo sambil bernarsis sedikit. “Terus sekarang kita kudu ngapain nih?”
“Gue ada ide..” sambil berkata ini, Rama melirik kepada Ari dan Budi. “Bagaimana kalau kita.. KABUUUUUURR..!!”
Dengan secepat kilat, Rama beserta Ari dan Budi langsung mengeluarkan jurus langkah seribu, meninggalkan Bowo dan Dagu yang masih bengong karena belum connect dengan rencana Rama. Setelah diteriaki oleh tukang es doger yang tak rela kehilangan pelanggan, Bowo dan Dagu pun segera ikutan berlari.
“TUNGGUUUU.. Cerita tadi cuma becanda doang kok! Aslinya emang dua rebu perak. Kok pada percaya sih?” usaha terakhir dari tukang es merayu Rama cs, tapi sayang, mereka sudah berpuluh, beratus, bahkan beribu-ribu langkah darinya. Moral dari cerita tukang es: kalau kalian tidak bakat ngegaring, jangan pernah bercanda sama orang lain, karena mereka akan menganggapnya serius!
Berkat kejadian ketemu tukang es, kelompok Rama berhasil sampai di finish duluan. Lebih cepat satu jam dari kelompok-kelompok lain di belakangnya. Sungguh ajaib memang. Sekarang kelompok mereka memimpin perolehan nilai sementara dari kelompok lain.
Mereka tampak lega sekali. Terutama Bowo yang merasa bangga setelah melihat minuman Ki Jarwo yang dia berikan kepada teman-temannya ternyata manjur. Bowo juga lega, karena teman-teman yang meminum minuman itu tak tahu, bahwa campuran yang diberikan Ki Jarwo ke air putih itu adalah peresan air keringat dari kaos kutang beliau!
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Latihan hari terakhir, seharusnya menjadi latihan tersulit bagi semua pasukan SWAT Mawar-Melati. Tapi ternyata tidak. Di latihan terakhir, mereka hanya disuruh mengupas bawang merah sebanyak-banyaknya dalam waktu 30 menit! Rencananya di latihan terakhir ini bakal jadi latihan sparing antar kelompok. Tapi ternyata, Komandan Jaka yang lagi-lagi kudu mengikuti istrinya yang sedang ngidam jualan bawang goreng sebanyaknya. Tak tahulah benar atau tidaknya alasan Komandan Jaka itu, yang pasti hasil penjualan bawang goreng itu bakalan digunakan untuk mengoperasi plastik wajah pasukan SWAT yang paling jelek. So sweet sekali bukan? Well, itu pun kalau penjualannya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Hehehe..
“Bersiap.. MULAI” teriak Komandan Jaka, diikuti satu tembakan pistol oleh Komandan Wahyu, menandakan latihan ini dimulai. “Ayo cepet potong bawangnya! Umpama-in bawang goreng itu sebagai musuh kalian! Bayangin si bawang sebagai orang yang pernah ngerebut permen kalian ketika masih kecil, pernah ngentutin kalian tepat di depan idung, bayangin kalo si bawang sering ngeledekin mata kalian sipit, atau dia suka nakut-nakutin kalian dengan hal yang kalian benci atau si bawang itu adalah orang yang pernah nolak cinta kalian! Iris saja dia, iris orang itu!”
Walaupun terdengar seperti curhat colongan, kata-kata penyemangat dari Komandan Jaka rupanya berhasil. Ketika mendengar permen yang direbut, Ari terlihat makin menggebu-gebu. Bawang sebagai tukang kentut, membuat Bowo semakin berapi-api. Mata sipit? Budi yang terlihat makin panas. Sering nakutin? Dalam benak Rama tiba-tiba tergambar seonggok kerupuk, bergidik sejenak, kemudian dia iris-iris bawang di tangannya dengan penuh dendam kesumat. Namun, ketika mendengar orang yang menolak cinta, Dagu-lah yang paling merasakan efeknya. Tetapi bukannya tambah semangat seperti yang lain, dia malah menangis!
“Dagu, nape lo nangis?” Bowo terlihat khawatir.
“Ng-nggak, bos.. Gara-gara bawang kayaknya.. Hiks.. Hiks..”
“Ya udah, pokoknya cepetan, jangan lelet..”
Tiga puluh menit, benar-benar seperti waktu yang lama bagi mereka yang mengikuti latihan ini. Masalahnya efek perih dari bawang merah yang dikupas baru terasa sepuluh menit dari komando Komandan Jaka. Beliau sendiri sudah tidak menyemangati pasukannya lagi. Yang dilakukannya sekarang malah menonton kembali video saat dia menjadi kontestan dalam lomba coverboy untuk mading di salah satu RW di daerahnya.
Latihan kali ini pun walaupun terlihat sebagai latihan paling ringan diantara latihan sebelumnya, ternyata malah yang paling memakan korban! Sudah berpuluh jari yang berdarah akibat mereka kehilangan konsen ketika mengupas bawang. Bahkan ada yang kepalanya berdarah juga gara-gara latihan ini! Eh, salah deh.. Kepala berdarah itu sih karena ada salah seorang pasukan yang ngupas bawang sambil mencet jerawat di jidatnya, alhasil pas jerawat sukses dipencet, berdarahlah ia..
“SELESAI!!” teriak Komandan Jaka ketika stopwatch-nya telah sampai ke menit 30.
Dia pun segera mengecek satu per satu kelompok dimulai dari kelompok Gofar yang berada paling ujung sampai terakhir ke kelompok Rama. Akhirnya, setelah memeriksa dan menimbang hasil bawang yang dikupas dari setiap kelompok, Komandan Jaka pun mengumumkan kelompok mana yang paling banyak mengupas bawangnya.
“Dengan berat hati, gue umumin bahwa yang berhasil ngupas bawang merah paling banyak adalah kelompok..” semua orang menahan napas, tegang.. “Bowo cs!”
Rama dan kawan-kawan pun langsung riuh merayakan kemenangan mereka. Jadi, sudah pasti mereka yang memimpin perolehan tertinggi dari seluruh latihan yang ada.
“So, udah keliatan kan kelompok mana yang menang dari semua latihan? Kalo gitu, secara resmi gue manggil kelima anggota kelompok itu untuk memberikan hadiah spesial sesuai janji gue waktu itu!”
Rama, Budi, Ari, Bowo, dan Dagu pun maju ke depan. Komandan Jaka dan Wahyu menyalami mereka satu per satu. Kemudian Komandan Jaka mengambil sebuah goodie bag yang telah disiapkan di mejanya kepada mereka berlima.
“Silakan dilihat isinya..”
Sambil takut-takut, Bowo melirik isi dari tas itu.
“He? Cuma pulpen?”
“Cuma, kata lo? Itu lima pulpen yang ada di goodie bag yang lo pegang semuanya adalah pulpen bersejarah!” Komandan Jaka merasa tersinggung. “Yang warna merah, pernah dipake gue pas ujian untuk jadi SATPAM di salah satu hotel yang ternyata gagal. Yang warna ungu, pernah gue pake buat garuk pantat sama ngupil. Terus yang ijo, pernah dipinjem ama mantan cewek gue pas SMA. Yang item, adalah pulpen termahal yang pernah gue beli –dua rebu perak cuy! Terakhir, warna silver yang paling berharga, pernah gue pake pas minta tanda tangan ama bintang film action kedemenan gue - Joe Taslim! Nah, bersejarah semua kan! Udah, sekarang bagiin satu-satu..”
Rama tersenyum. Ternyata apa yang digambarkan oleh Bowo soal hadiah aneh dari Komandan Jaka, benar adanya. Overall, Rama sangat senang. Selain karena kelompoknya berhasil menjadi pemenang, dia pun merasa dia bakalan betah berada di tim SWAT Mawar-Melati ini. Semoga saja, di misi nanti tak ada kendala berarti dan semua tim bisa pulang dalam keadaan utuh.
“Oi, Rama!” panggil Komandan Jaka, saat melihat Rama menerima pulpen berwarna silver. “Jaga baik-baik pulpen itu ya, pulpen itu juga pernah gue pake pas minta tanda tangan Iko Uwais lho!”
“Siap, Dan!!” tegas Rama. “Tapi ngomong-ngomong, Iko Uwais itu siapa ya?”
Tamat
NB:
- Kalau gak salah, pangkat Jaka tuh harusnya cuma letnan ya? Tapi gak apa-apa deh, saya ganti jadi Komandan biar lebih kerenan dikit.
- Gak kerasa ya, ternyata tulisannya bisa sampe 4000an kata. Ini teh padahal belum termasuk deleted scenes. :))
- Semoga ceritanya menghibur ya, kalau ga menghibur, jangan protes juga.. Hihihi.. *dilemparin granat*
- Jangan lupa saksikan film The Raid mulai tanggal 23 Maret 2012 di bioskop kesayangan Anda!
Link FFN
Sunday, November 27, 2011
Report Screening The Raid at INAFFF 2011
Fyuh, ketika gw nulis ini report, gw tuh baru aja nyampe dari acara perhelatan akbar masa kini yang tak lain dan tak bukan adalah.. JENGJENG.. Acara SeaGames 201!! Eh, tapi tunggu dulu, di seagames mah mana mungkin nayangin The Raid yah? Kalo gitu diralat deh, acara itu tak lain dan tak bukan adalah INAFFF 2011. Hehe.. *ditimpukin yang baca karna ngegaring*. Well, film The Raid yang udah terkenal lebih dulu di luar negeri setelah penayangan di festival-festival film sonoh itu juga jadi Closing di inafff 2011 lho. Makanya jangan heran, ketika akhirnya banyak orang tak sabar untuk menonton film ini. Apalagi, gak kayak biasanya, inafff nyediain sedikit tiket untuk dijual buat khalayak umum. Tapi, bukan gw namanya kalo ga dapet undangan dari inafff buat dateng di closingnya ini. Karena, yah, kalian tahu sendiri lha ya, aktor-aktor di the Raid kan kebanyakan merupakan murid didikan gw. Jadi.. ya gw pasti diundang kan? *digaplok aktor2* Tentunya selain tujuan utama gw untuk nonton film The Raid, tujuan lainnya adalah gath dengan para ‘Perantau’ alias mereka yang doyan ama film-film produksi Merantau Films, dan perlu digaris bawahi, sekalian jumpa fans dengan mereka, karena katanya sih mereka juga pada ngefans ke gw. Hehehe..
Ngomong-ngomong, ngereportnya enaknya dari mana ya? Hmm, oke deh, gw mulai aja dari ketika kaki gw dan asisten gw (Adit) baru saja menapakkan di Blitz Megaplex Grand Indonesia pada tanggal 20 November 2011 tadi. Gw with Adit tuh nyampe Blitz sekitar jam setengah empatan dari situ gw mulai smsin satu per satu para perantau dan nanya mereka ada dimana. Gimana sih mereka? Artis kedemenannya dateng, bukannya disambut malah pada mencar dimana tauk. :p Kriing, tiba-tiba hape gw bunyi, oh, telepon dari Narpati! Gw angkat tuh telepon dan gw jawab dengan mesra, dan dia pun juga sepertinya merespon dengan rasa yang sama *apasih, kok jadi maho detected* :)) Dia bilang dia juga udah ada di dalem Blitz. Ok, akhirnya tanpa harus bersusah payah, gw berhasil menemukan dia yang sedang terdiam termangu sambil menopang dagu *lebay*. Pokoknya gw nemuin dia di saat yang tepat deh, soalnya gw yakin sepuluh detik lagi gw ga nyapa dia, dia pasti udah kerasukan jin gara-gara kelamaan ngelamun. Hihi.. Sambil nunggu yang laen, kita juga mulai ngobrol ngalor ngidul, dari slash film yang tampil di layar dalam blitz, yang ada tulisan coming soon-nya sampe ngebahas gimana cara gw ngilangin jerawat membandel yang tumbuh di pantat (itu jerawat apa bisul!). Eh, tapi kayaknya obrolan gw harus berakhir dulu, karena fans perantau yang laen mulai berdatangan, ada Miss Pitong yang dateng bawa sepanduk gede bertuliskan ‘I Heart U Abay’ *dirajam* Iya, iya, tulisannya The Raid with Perantau deh :P, terus abis itu ada tanteh Ika yang langsung nyeletingin jaketnya karena ga biasa di gedung ber-AC, ada juga Mas Bayu dan pasangannya Mba Dra yang bawa kaos The Raid sebanyak 2 lusin yang dia jait sendiri, maklum aja, Mas Bayu itu kan ada keturunan dari Ibu Fatmawati yang dulu jait bendera merah putih pertama itu lho *biar kerasa keren* *bohong tingkat dewa* Eh, gak lama muncul bu Panco, yang baru pertama kali diijinin ngebolang ke Jakarta sendirian. Untung aja acaranya hari Minggu ya, pan, jadinya ga usah mangkir dari tempat kerja lagi kayak inafff 2009.. *digetok panco*
Ga perlu perantau lengkap untuk mulai berisik, karena dengan kehadiran kita bertujuh aja udah bikin Blitz heboh. Soalnya kita udah mulai foto-foto, ngobral-ngobrol, ngomongin siapa lagi yang belum dateng, dll. Gw sendiri pas asik-asiknya sempet terkesiap saat ngeliat Joko Anwar salah satu sutradara kenamaan yang pernah bikin film Janji Joni yang diperanin kakak sepupu gw Nicholas Saputra. Ya udin, gw dan narpati langsung nyamperin tuh orang. Kaget juga euy, ternyata Joko Anwar kenal gw, eh, tapi ngga juga deh, soalnya dia kira gw tuh Iko. Mungkin saking miripnya kita kali ya, ampe Joko Anwar pun terkecoh. Namanya juga kembar gitu lho! Huahaha.. Sayang uy, kita ga sempet ngobrol banyak pas ketemu, karena dia langsung masuk audi 8 untuk nonton film inafff yang laen. Ga lama setelah kepergian Joko Anwar, tim Perantau mulai bagi-bagiin kaos The Raid. Tanpa merhatiin orang-orang sekitar yang pada mupeng ama bajunya, ibu pitong mulai ngabsen nama-nama di bukunya beserta ukuran bajunya. Pas bagi-bagi baju ini sempet ada debat panas juga lho, tentang ukuran baju tanteh Ika apakah L, XL, atau tripel XL . Ukuran manakah yang menang? Tunggu aja di episode selanjutnya ya! Hehe.. *dikemplang* Setelah acara pembagian baju, kita mulai bertransformasi dengan kaos yang sama, kaos kebanggaan. Dari situ mulai foto-foto narsis, walaupun gw akui, gw yang paling sering di foto mereka, huh, dasar fans!
Waktu menunjukkan pukul enam. Setelah Shalat Maghrib berjamaah di Mushola KECIL yang ada di mall super GEDE di Jakarta itu, tim Perantau udah pada berkumpul di depan Audi 2, tempat dimana pemutaran The Raid untuk para invitations diadain. Wow, ternyata udah ada perantau laennya juga euy. Ada Nita yang keliatannya makin sipit aja setelah lama ga keliatan, trus Alpin yang ga kalah sipit ama Nita, terus ada Alna yang keliatan girang banget, Mas Tisno yang mukanya agak rapian dikit (abis disisir kali ya mukanya), ditambah bang Ahmad plus istri yang rela ninggalin Gibran anak mereka demi liat scene dia ditusuk yang cuma sepersekian detik di film itu.. hihi.. Nah, selain para Perantau yang emang udah sering kumpul di atas itu, kita juga kedatengan beberapa muka baru juga. Kayak Unira yang imut-imut chubby yang kalo orang liat jadi pengen nyubit dia pake tang, trus ada Alfian yang rambut depannya kek perosotan kutu, Musa yang abis keujanan dari Bogor, sisanya Unknowing, gw ga kenal, sorry! Kita belum sempet kenalan sih ya, karena kalian malu-malu ama gw yang super seleb ini! Haha.. Oh iya, kita kan punya janji buat nelpon bro Ismail Takumi ketika ngumpul. Jadilah si pitong ngeluarin hapenya dan mulai nelepon beliau, telepon digilir dari satu orang ke orang laennya, sampe tiba di tangan gw, telepon mati! Ya ampun, apa takumi pingsan ya setelah mendengar suara idolanya? Heuheu
Yosh, tim perusuh udah berkumpul banyak, sekarang tinggal mencari mangsa. Dimulai dari... Nah, ada Verdi Solaiman with his father tuh, om Hengki Solaiman, serbuuu! Ga perlu disuruh, si Pitong ngeluarin buku sakti Perantau, langsung minta tanda tangan mereka. Mas Verdi tanda tangan sih ga masalah, tapi pas om Hengki yang emang udah berumur, gw kira dia bakalan ngasih cap jempol doang karena ga bisa ttd, eh ternyata bisa juga ya tanda tangannya *dijitak* Target tanda tangan selanjutnya sih mudah, ada brother Godfred yang nantinya bakal bikin takut plus bikin ketawa seantero audi 2, terus ada mas Yandi yang di trailer terlihat porno (pake kutang doang-red), ada juga mas bro Imam Aji yang wajah tampannya kecipratan dari gw. Hohoho.. Selanjutnya beberapa kru lain juga ikutan tanda tangan di situ, dan pastinya Perantau pun ikut tanda tangan juga. Walaupun gw yakin, itu sih alasan mereka buat minta tanda tangan gw, emang ya fans sekarang tuh banyak yang suka malu-malu. Ckckck.. Abis itu mata gw berkeliling lagi, ngedapetin satu makhluk hitam berambut panjang dan bermuka garang ada di dekat loket Blitz, siapa lagi kalau bukan Kang Yayan Ruhian! *kang yayan said: “Deskripsinya jangan terlalu jujur napa!” sambil njewerin kuping gw* Yang belum tau kang Yayan tuh, dia di Merantau meranin Erik, yang tarung ama Yuda di lift itu lho! Kalau di The Raid sih si akang maen jadi Anjing Gila alias mad dog (kalo gw lempar tulang bakal dikejar gak ya, halah). Seneng banget deh ketemu si akang, dan pastinya si akang lebih seneng lagi ketemu gw. Secara kita tuh bagaikan master dan muridnya. Jangan tanya siapa masternya, karena pasti gw lha ya! Haha.. Err, master silat lidah sih, kalo silat beneran mah tetep dia masternya. :P Eh, pas gw dan yang laen asik bercengkrama ama kang Yayan, ada seseorang berbaju oranye ngelewat, dia-lah Joe Taslim yang jadi Komandan Jaka di The Raid. Ya udah dah tuh, gw towel dia, dan dia pun langsung noleh. Tiba-tiba mata kami yang saling bertemu pun menghasilkan percikan cinta yang begitu kuat. Kami saling mendekatkan kepala kami, lalu dia pun berbisik, “Mas cucok banget deh, mau dong eyke foto bareng ama yey!” Yes, another victim of me. Hahaha.. *dihajar massa, ngerusak imej orang* Antrian di depan audi 2 semakin panjang, kita yang belum puas gangguin pemain The Raid harus ikutan ngantri supaya dapet tempat duduk strategis. Huh, sayang banget, padahal gw belum ketemu kembaran gw. Tak apalah, mungkin dia lagi diwawancara di tempat khusus oleh beebrapa media. Gw cuma bisa menghela nafas, akhirnya dia merasakan kesibukan seleb kayak gw juga. Capek kan ngelayanin fans ama media? :))
Di dalem studio, kita cuma bisa dapet bangku di paling kiri, karena yang laennya beneran udah penuh berisi. Salah kita juga sih pake telat ngantri. Yah, walaupun sebetulnya gw bisa tinggal ngomong ke panitia pengen duduk di barisan VIP, tapi demi kesolidaritasan gw dengan anak perantau, gw tetep duduk di bangku itu. Lagipula bangku di situ bikin hoki juga kok, tuh buktinya Mas Bayu dapet voucher senilai 150rb di bawah bangkunya, sedangkan Pitong dipanggil sebagai Perantau terbaik dan mendapatkan Vest yang dipake untuk syuting The Raid, dan gw hanya mendapatkan kecupan jauh dari Babule, tapi gw rasa itu udah cukup melebihi dari hadiah apapun di muka bumi ini *dilempar pisau ama mbak Maya Evans*. Dan tak berapa lama, film pun dimulai..
Review film
Film dibuka dengan adegan Rama yang lagi latian dan harus ninggalin istrinya yang lagi hamil untuk sebuah misi. Kemudian dilanjut ke adegan sadis dari Tama pimpinan gembong narkoba. Selanjutnya adegan pun beralih ke tim Swat yang siap nyerbu sarang mereka. Setelah itu? Aksi.. Aksi.. dan Aksi.. Sumpah lha, nonton film ini tuh beneran ajib banget. Pastinya buat mereka yang doyan aksi muncrat-muncratan darah (yang syukurlah ga lebay), sadisme tingkat dewa, bela diri yang yahut, serta sinematografi ciamik, bakalan terpuaskan di film ini. Pokoknya ga akan puas ditonton sekali deh. Well, tadinya gw kira adegan kematian paling sadis tuh cuma ada di Final Destination Series, karena nyatanya di film ini cara kematiannya lebih sadis dari itu. Ada yang ditusuk *crot* ditembak *crot* bahkan jatuh dari ketinggian *brokocot*. Makanya ga jarang para penonton ikutan bersorak sorai dan bertepuk tangan ketika sang jagoan berhasil ngalahin musuh-musuhnya –sementara waktu-. Dari segi aksi udah OK, sekarang gimana dari segi akting? Ga kalah OK lha meen! Terutama untuk om Ray Sahetapy as Tama yang setiap muncul berhasil bikin orang sebel, lalu siapalagi kalo bukan tokoh Mad Dog! Dialognya di lift bareng Andi bikin ngakak banget! Huahaha.. Ada juga tokoh stunt dari Papua yang berhasil mencuri perhatian karena selain mimiknya yang seram yang cukup mompa adrenalin di salah satu adegan, dia juga berhasil mengundang tawa karena logat Papua-nya yang khas. Hehe.. Tokoh yang lain juga ok-ok lha, dari Pemeran utama, pendukung, stunt, aktingnya pas. Cuma di beberapa adegan, dialog yang diucapin suka ga jelas. Jadi gw baca subtitle english di bawahnya deh. Ga sia-sia gw makan peyem ampir tiap hari, baca sub english pun jadi tiada berarti. *apasih* Btw, yang udah nonton, pada nyadar gak hayoo, ada beberapa bloopers atau adegan yang kurang teredit rapi di filmnya? Contohnya saat Andi (Donny Alamsyah) berantem, beberapa kali gw liat dia pake stuntman, yah emang ga gitu kentara sih, tapi ama gw jelas keliatan lha ya. Soalnya sebagai aktor yang sejajaran ama dia, gw udah kenal dia luar dalem, dari postur tubuhnya sampai gaya tarungnya *sok iye*, jadi pas dia diganti stunt, keliatan dah. Trus di beberapa adegan juga keliatan bantalan di dada atau punggung merekanya uy. Yes, tentu aja itu untuk safety mereka pas ngebuat film. Dan mungkin cuma gw yang merhatiin kesalahan-kesalahan kecil itu. Hihi.. Terakhir, soal scoring, wah Aria Prayogi ama Fajar Yuskemal emang keren abis lha. Dari Merantau gw udah suka ama scoring buatan mereka, dan untuk film ini mereka bikin yang sama-sama ajib gitu lho. Pokoknya tiap adegan tegang, berkat bantuan si scoring adegan tegangnya makin berasa! Oh iya, salah satu scene plus efek sound yang paling gw suka tuh pas Bowo yang diperanin Tegar Satrya kena tembak di kupingnya, dan mendadak sound effect ngeluarin suara berdenging, sehingga kita yang nonton jadi ikut ngerasain kuping kena tembak itu dah. Well Done, Aria – Fajar! Jadi penasaran juga ama Scoring buatan Mike Shinoda dan Joe Trapanese, apakah bisa menyaingi mereka?
So, kayak dulu gw pernah pos di twitter gw @thehulkjr, point film ini tuh: Aksi – 9, Cerita – 6, Scoring – 8, Overall: 8/10.
-----
Back to gath, film udah selesai tepuk tangan langsung riuh membahana, bahkan hampir semua penonton ngasih standing ovation. Abis itu para penonton mulai menyelamati para pemain dan kru The Raid, sedangkan kita, Perantau, malah merhatiin layar credit title dan akhirnya mendapati tulisan ‘Thanks to Perantau Fans’. Yippie, seneng banget kan tuh, kita diakui? Siapa dulu dong.. Gw gitu lho! *ga nyambung* Yang laen mulai pada keluar dari studio, sedangkan kita, mulai narsis di depan layar bioskop sambil membentangkan spanduk the Raid with Perantau yang dibawa mrs Pitong. Ok, audi mulai sepi, kita pun bergegas keluar. Di luar rame banget, untungnya gw berinisiatif bawa topeng buat nyamar, jadinya ga ada yang ngenalin gw dan narik-narik gw untuk minta foto bareng atau minta tanda tangan atau minta cap bibir, cap belahan pantat dan cap-cap lainnya. And then Perantau mulai menyisir area mencari para pemain dan kru The Raid. Dan tak perlu bersusah payah, kita mulai dapet mangsa satu per satu. Semuanya kena foto bareng dah! Gareth Evans, Mas Toro, Iko, kang Yayan, Donny Alamsyah, Joe Taslim, Tegar Satrya, Imam Aji,. Verdi – Hengki Solaiman, Yandi, Eka, and of course mr Godfred. Dan tak ketinggalan, gw berhasil mendapat mangsa yang super nikmat walaupun bukan pemaen or kru the Raid, dia-lah Sherina. Gw seneng Sherina masih kenal ama gw, karena tahu gak sih, dulu pas kita masih kecil, Sherina tuh temen gw pas maen Barbie-barbie-an. :p
Hmm, waktu nunjukin pukul 11, pengennya sih kita masih ada di situ dan masih bercengkrama satu sama lain. Tapi kita pun ingat masih banyak yang harus kita lakukan di esok hari. Kudu kerja, meen! Atau kuliah.. :D Perantau pun gugur satu per satu. Nita yang pulang naek Taksi (katanya dia kudu mecahin celengannya dulu buat bisa naek taksi khusus malem ini), ada Mas Bayu, Mba Dra, Pitong dan tanteh Ika yang serombongan naek mobil Mba Dra, ada mas Tisno n Alpin yang entah naek apa, tapi diliat dari tampang mereka sih kayaknya naek motor. Maklum, tampang tukang ojek. Wekeke.. Terakhir, ada gw, Adit, Narpati, Alfian, Musa, dan Alna yang balik bareng. Diceritain gak yah detailnya? Ah, ga usah deh, pokoknya yang pasti kita sampe dengan selamat. Hahaha.. *penonton kecewa* dan begitulah para pembaca budiman, report dari gath Perantau tgl 20 Nov itu. Semoga berkenan di hati para pembaca sekalian. Inget, jangan ada yang kesinggung ama tulisan di atas yah, mohon maap deh kalo ada yang kesinggung, cuma maksud menghibur sajah.. Okeh, that’s all, so.. See you again, Perantau!!
Ngomong-ngomong, ngereportnya enaknya dari mana ya? Hmm, oke deh, gw mulai aja dari ketika kaki gw dan asisten gw (Adit) baru saja menapakkan di Blitz Megaplex Grand Indonesia pada tanggal 20 November 2011 tadi. Gw with Adit tuh nyampe Blitz sekitar jam setengah empatan dari situ gw mulai smsin satu per satu para perantau dan nanya mereka ada dimana. Gimana sih mereka? Artis kedemenannya dateng, bukannya disambut malah pada mencar dimana tauk. :p Kriing, tiba-tiba hape gw bunyi, oh, telepon dari Narpati! Gw angkat tuh telepon dan gw jawab dengan mesra, dan dia pun juga sepertinya merespon dengan rasa yang sama *apasih, kok jadi maho detected* :)) Dia bilang dia juga udah ada di dalem Blitz. Ok, akhirnya tanpa harus bersusah payah, gw berhasil menemukan dia yang sedang terdiam termangu sambil menopang dagu *lebay*. Pokoknya gw nemuin dia di saat yang tepat deh, soalnya gw yakin sepuluh detik lagi gw ga nyapa dia, dia pasti udah kerasukan jin gara-gara kelamaan ngelamun. Hihi.. Sambil nunggu yang laen, kita juga mulai ngobrol ngalor ngidul, dari slash film yang tampil di layar dalam blitz, yang ada tulisan coming soon-nya sampe ngebahas gimana cara gw ngilangin jerawat membandel yang tumbuh di pantat (itu jerawat apa bisul!). Eh, tapi kayaknya obrolan gw harus berakhir dulu, karena fans perantau yang laen mulai berdatangan, ada Miss Pitong yang dateng bawa sepanduk gede bertuliskan ‘I Heart U Abay’ *dirajam* Iya, iya, tulisannya The Raid with Perantau deh :P, terus abis itu ada tanteh Ika yang langsung nyeletingin jaketnya karena ga biasa di gedung ber-AC, ada juga Mas Bayu dan pasangannya Mba Dra yang bawa kaos The Raid sebanyak 2 lusin yang dia jait sendiri, maklum aja, Mas Bayu itu kan ada keturunan dari Ibu Fatmawati yang dulu jait bendera merah putih pertama itu lho *biar kerasa keren* *bohong tingkat dewa* Eh, gak lama muncul bu Panco, yang baru pertama kali diijinin ngebolang ke Jakarta sendirian. Untung aja acaranya hari Minggu ya, pan, jadinya ga usah mangkir dari tempat kerja lagi kayak inafff 2009.. *digetok panco*
Ga perlu perantau lengkap untuk mulai berisik, karena dengan kehadiran kita bertujuh aja udah bikin Blitz heboh. Soalnya kita udah mulai foto-foto, ngobral-ngobrol, ngomongin siapa lagi yang belum dateng, dll. Gw sendiri pas asik-asiknya sempet terkesiap saat ngeliat Joko Anwar salah satu sutradara kenamaan yang pernah bikin film Janji Joni yang diperanin kakak sepupu gw Nicholas Saputra. Ya udin, gw dan narpati langsung nyamperin tuh orang. Kaget juga euy, ternyata Joko Anwar kenal gw, eh, tapi ngga juga deh, soalnya dia kira gw tuh Iko. Mungkin saking miripnya kita kali ya, ampe Joko Anwar pun terkecoh. Namanya juga kembar gitu lho! Huahaha.. Sayang uy, kita ga sempet ngobrol banyak pas ketemu, karena dia langsung masuk audi 8 untuk nonton film inafff yang laen. Ga lama setelah kepergian Joko Anwar, tim Perantau mulai bagi-bagiin kaos The Raid. Tanpa merhatiin orang-orang sekitar yang pada mupeng ama bajunya, ibu pitong mulai ngabsen nama-nama di bukunya beserta ukuran bajunya. Pas bagi-bagi baju ini sempet ada debat panas juga lho, tentang ukuran baju tanteh Ika apakah L, XL, atau tripel XL . Ukuran manakah yang menang? Tunggu aja di episode selanjutnya ya! Hehe.. *dikemplang* Setelah acara pembagian baju, kita mulai bertransformasi dengan kaos yang sama, kaos kebanggaan. Dari situ mulai foto-foto narsis, walaupun gw akui, gw yang paling sering di foto mereka, huh, dasar fans!
Waktu menunjukkan pukul enam. Setelah Shalat Maghrib berjamaah di Mushola KECIL yang ada di mall super GEDE di Jakarta itu, tim Perantau udah pada berkumpul di depan Audi 2, tempat dimana pemutaran The Raid untuk para invitations diadain. Wow, ternyata udah ada perantau laennya juga euy. Ada Nita yang keliatannya makin sipit aja setelah lama ga keliatan, trus Alpin yang ga kalah sipit ama Nita, terus ada Alna yang keliatan girang banget, Mas Tisno yang mukanya agak rapian dikit (abis disisir kali ya mukanya), ditambah bang Ahmad plus istri yang rela ninggalin Gibran anak mereka demi liat scene dia ditusuk yang cuma sepersekian detik di film itu.. hihi.. Nah, selain para Perantau yang emang udah sering kumpul di atas itu, kita juga kedatengan beberapa muka baru juga. Kayak Unira yang imut-imut chubby yang kalo orang liat jadi pengen nyubit dia pake tang, trus ada Alfian yang rambut depannya kek perosotan kutu, Musa yang abis keujanan dari Bogor, sisanya Unknowing, gw ga kenal, sorry! Kita belum sempet kenalan sih ya, karena kalian malu-malu ama gw yang super seleb ini! Haha.. Oh iya, kita kan punya janji buat nelpon bro Ismail Takumi ketika ngumpul. Jadilah si pitong ngeluarin hapenya dan mulai nelepon beliau, telepon digilir dari satu orang ke orang laennya, sampe tiba di tangan gw, telepon mati! Ya ampun, apa takumi pingsan ya setelah mendengar suara idolanya? Heuheu
Yosh, tim perusuh udah berkumpul banyak, sekarang tinggal mencari mangsa. Dimulai dari... Nah, ada Verdi Solaiman with his father tuh, om Hengki Solaiman, serbuuu! Ga perlu disuruh, si Pitong ngeluarin buku sakti Perantau, langsung minta tanda tangan mereka. Mas Verdi tanda tangan sih ga masalah, tapi pas om Hengki yang emang udah berumur, gw kira dia bakalan ngasih cap jempol doang karena ga bisa ttd, eh ternyata bisa juga ya tanda tangannya *dijitak* Target tanda tangan selanjutnya sih mudah, ada brother Godfred yang nantinya bakal bikin takut plus bikin ketawa seantero audi 2, terus ada mas Yandi yang di trailer terlihat porno (pake kutang doang-red), ada juga mas bro Imam Aji yang wajah tampannya kecipratan dari gw. Hohoho.. Selanjutnya beberapa kru lain juga ikutan tanda tangan di situ, dan pastinya Perantau pun ikut tanda tangan juga. Walaupun gw yakin, itu sih alasan mereka buat minta tanda tangan gw, emang ya fans sekarang tuh banyak yang suka malu-malu. Ckckck.. Abis itu mata gw berkeliling lagi, ngedapetin satu makhluk hitam berambut panjang dan bermuka garang ada di dekat loket Blitz, siapa lagi kalau bukan Kang Yayan Ruhian! *kang yayan said: “Deskripsinya jangan terlalu jujur napa!” sambil njewerin kuping gw* Yang belum tau kang Yayan tuh, dia di Merantau meranin Erik, yang tarung ama Yuda di lift itu lho! Kalau di The Raid sih si akang maen jadi Anjing Gila alias mad dog (kalo gw lempar tulang bakal dikejar gak ya, halah). Seneng banget deh ketemu si akang, dan pastinya si akang lebih seneng lagi ketemu gw. Secara kita tuh bagaikan master dan muridnya. Jangan tanya siapa masternya, karena pasti gw lha ya! Haha.. Err, master silat lidah sih, kalo silat beneran mah tetep dia masternya. :P Eh, pas gw dan yang laen asik bercengkrama ama kang Yayan, ada seseorang berbaju oranye ngelewat, dia-lah Joe Taslim yang jadi Komandan Jaka di The Raid. Ya udah dah tuh, gw towel dia, dan dia pun langsung noleh. Tiba-tiba mata kami yang saling bertemu pun menghasilkan percikan cinta yang begitu kuat. Kami saling mendekatkan kepala kami, lalu dia pun berbisik, “Mas cucok banget deh, mau dong eyke foto bareng ama yey!” Yes, another victim of me. Hahaha.. *dihajar massa, ngerusak imej orang* Antrian di depan audi 2 semakin panjang, kita yang belum puas gangguin pemain The Raid harus ikutan ngantri supaya dapet tempat duduk strategis. Huh, sayang banget, padahal gw belum ketemu kembaran gw. Tak apalah, mungkin dia lagi diwawancara di tempat khusus oleh beebrapa media. Gw cuma bisa menghela nafas, akhirnya dia merasakan kesibukan seleb kayak gw juga. Capek kan ngelayanin fans ama media? :))
Di dalem studio, kita cuma bisa dapet bangku di paling kiri, karena yang laennya beneran udah penuh berisi. Salah kita juga sih pake telat ngantri. Yah, walaupun sebetulnya gw bisa tinggal ngomong ke panitia pengen duduk di barisan VIP, tapi demi kesolidaritasan gw dengan anak perantau, gw tetep duduk di bangku itu. Lagipula bangku di situ bikin hoki juga kok, tuh buktinya Mas Bayu dapet voucher senilai 150rb di bawah bangkunya, sedangkan Pitong dipanggil sebagai Perantau terbaik dan mendapatkan Vest yang dipake untuk syuting The Raid, dan gw hanya mendapatkan kecupan jauh dari Babule, tapi gw rasa itu udah cukup melebihi dari hadiah apapun di muka bumi ini *dilempar pisau ama mbak Maya Evans*. Dan tak berapa lama, film pun dimulai..
Review film
Film dibuka dengan adegan Rama yang lagi latian dan harus ninggalin istrinya yang lagi hamil untuk sebuah misi. Kemudian dilanjut ke adegan sadis dari Tama pimpinan gembong narkoba. Selanjutnya adegan pun beralih ke tim Swat yang siap nyerbu sarang mereka. Setelah itu? Aksi.. Aksi.. dan Aksi.. Sumpah lha, nonton film ini tuh beneran ajib banget. Pastinya buat mereka yang doyan aksi muncrat-muncratan darah (yang syukurlah ga lebay), sadisme tingkat dewa, bela diri yang yahut, serta sinematografi ciamik, bakalan terpuaskan di film ini. Pokoknya ga akan puas ditonton sekali deh. Well, tadinya gw kira adegan kematian paling sadis tuh cuma ada di Final Destination Series, karena nyatanya di film ini cara kematiannya lebih sadis dari itu. Ada yang ditusuk *crot* ditembak *crot* bahkan jatuh dari ketinggian *brokocot*. Makanya ga jarang para penonton ikutan bersorak sorai dan bertepuk tangan ketika sang jagoan berhasil ngalahin musuh-musuhnya –sementara waktu-. Dari segi aksi udah OK, sekarang gimana dari segi akting? Ga kalah OK lha meen! Terutama untuk om Ray Sahetapy as Tama yang setiap muncul berhasil bikin orang sebel, lalu siapalagi kalo bukan tokoh Mad Dog! Dialognya di lift bareng Andi bikin ngakak banget! Huahaha.. Ada juga tokoh stunt dari Papua yang berhasil mencuri perhatian karena selain mimiknya yang seram yang cukup mompa adrenalin di salah satu adegan, dia juga berhasil mengundang tawa karena logat Papua-nya yang khas. Hehe.. Tokoh yang lain juga ok-ok lha, dari Pemeran utama, pendukung, stunt, aktingnya pas. Cuma di beberapa adegan, dialog yang diucapin suka ga jelas. Jadi gw baca subtitle english di bawahnya deh. Ga sia-sia gw makan peyem ampir tiap hari, baca sub english pun jadi tiada berarti. *apasih* Btw, yang udah nonton, pada nyadar gak hayoo, ada beberapa bloopers atau adegan yang kurang teredit rapi di filmnya? Contohnya saat Andi (Donny Alamsyah) berantem, beberapa kali gw liat dia pake stuntman, yah emang ga gitu kentara sih, tapi ama gw jelas keliatan lha ya. Soalnya sebagai aktor yang sejajaran ama dia, gw udah kenal dia luar dalem, dari postur tubuhnya sampai gaya tarungnya *sok iye*, jadi pas dia diganti stunt, keliatan dah. Trus di beberapa adegan juga keliatan bantalan di dada atau punggung merekanya uy. Yes, tentu aja itu untuk safety mereka pas ngebuat film. Dan mungkin cuma gw yang merhatiin kesalahan-kesalahan kecil itu. Hihi.. Terakhir, soal scoring, wah Aria Prayogi ama Fajar Yuskemal emang keren abis lha. Dari Merantau gw udah suka ama scoring buatan mereka, dan untuk film ini mereka bikin yang sama-sama ajib gitu lho. Pokoknya tiap adegan tegang, berkat bantuan si scoring adegan tegangnya makin berasa! Oh iya, salah satu scene plus efek sound yang paling gw suka tuh pas Bowo yang diperanin Tegar Satrya kena tembak di kupingnya, dan mendadak sound effect ngeluarin suara berdenging, sehingga kita yang nonton jadi ikut ngerasain kuping kena tembak itu dah. Well Done, Aria – Fajar! Jadi penasaran juga ama Scoring buatan Mike Shinoda dan Joe Trapanese, apakah bisa menyaingi mereka?
So, kayak dulu gw pernah pos di twitter gw @thehulkjr, point film ini tuh: Aksi – 9, Cerita – 6, Scoring – 8, Overall: 8/10.
-----
Back to gath, film udah selesai tepuk tangan langsung riuh membahana, bahkan hampir semua penonton ngasih standing ovation. Abis itu para penonton mulai menyelamati para pemain dan kru The Raid, sedangkan kita, Perantau, malah merhatiin layar credit title dan akhirnya mendapati tulisan ‘Thanks to Perantau Fans’. Yippie, seneng banget kan tuh, kita diakui? Siapa dulu dong.. Gw gitu lho! *ga nyambung* Yang laen mulai pada keluar dari studio, sedangkan kita, mulai narsis di depan layar bioskop sambil membentangkan spanduk the Raid with Perantau yang dibawa mrs Pitong. Ok, audi mulai sepi, kita pun bergegas keluar. Di luar rame banget, untungnya gw berinisiatif bawa topeng buat nyamar, jadinya ga ada yang ngenalin gw dan narik-narik gw untuk minta foto bareng atau minta tanda tangan atau minta cap bibir, cap belahan pantat dan cap-cap lainnya. And then Perantau mulai menyisir area mencari para pemain dan kru The Raid. Dan tak perlu bersusah payah, kita mulai dapet mangsa satu per satu. Semuanya kena foto bareng dah! Gareth Evans, Mas Toro, Iko, kang Yayan, Donny Alamsyah, Joe Taslim, Tegar Satrya, Imam Aji,. Verdi – Hengki Solaiman, Yandi, Eka, and of course mr Godfred. Dan tak ketinggalan, gw berhasil mendapat mangsa yang super nikmat walaupun bukan pemaen or kru the Raid, dia-lah Sherina. Gw seneng Sherina masih kenal ama gw, karena tahu gak sih, dulu pas kita masih kecil, Sherina tuh temen gw pas maen Barbie-barbie-an. :p
Hmm, waktu nunjukin pukul 11, pengennya sih kita masih ada di situ dan masih bercengkrama satu sama lain. Tapi kita pun ingat masih banyak yang harus kita lakukan di esok hari. Kudu kerja, meen! Atau kuliah.. :D Perantau pun gugur satu per satu. Nita yang pulang naek Taksi (katanya dia kudu mecahin celengannya dulu buat bisa naek taksi khusus malem ini), ada Mas Bayu, Mba Dra, Pitong dan tanteh Ika yang serombongan naek mobil Mba Dra, ada mas Tisno n Alpin yang entah naek apa, tapi diliat dari tampang mereka sih kayaknya naek motor. Maklum, tampang tukang ojek. Wekeke.. Terakhir, ada gw, Adit, Narpati, Alfian, Musa, dan Alna yang balik bareng. Diceritain gak yah detailnya? Ah, ga usah deh, pokoknya yang pasti kita sampe dengan selamat. Hahaha.. *penonton kecewa* dan begitulah para pembaca budiman, report dari gath Perantau tgl 20 Nov itu. Semoga berkenan di hati para pembaca sekalian. Inget, jangan ada yang kesinggung ama tulisan di atas yah, mohon maap deh kalo ada yang kesinggung, cuma maksud menghibur sajah.. Okeh, that’s all, so.. See you again, Perantau!!
Label:
iko uwais,
Mike Shinoda,
review,
serbuan maut,
The Raid
Friday, December 11, 2009
JiFfest 2009: Free Screening Merantau
Merantau lagi? Yeah, betul. Kalian ga salah baca kok, mata kalian juga masih normal, kagak siwer apalagi sepet. Wekeke.. Emang sekarang teh lagi demen banget ama pelem ntuh. Jadilah pas tau Merantau mau ditayangin lagi di Jiffest, tentunya langsung mutusin buat dateng, apalagih waktunya pas banget ama hari libur gw. Kalau bukan hari Rabu- 9 Des, mungkin ga bakal bisa ikut, biasalah.. schedule bulan Desember padet banget! Jumpa fans sana-sini, press conference, dan masih banyak lagi acara lainnya. Heuheu..
Tadinya sempet agak was-was juga sih ikut acara ini, masalahnya tanggal 9 itu bertepatan dengan hari anti-korupsi, dimana pasti banyak yang demo. Tapi bukan takut ama demonya juga, malahan lebih takut ke pendemonya, soalnya kalau mereka yang jumlahnya ribuan tau artis idolanya (baca: gw) dateng ke bundaran HI, gw bakal dikerubutin dan jadi gagal ke Jiffest-nya deh. But, syukurlah, rencana gw ke GI kagak bocor ke khalayak ramai, alhasil pas gw nyampe di Bundaran HI, gw n friend (MJ) bisa dengan aman melenggang langsung ke dalam GI untuk selanjutnya ke Blitz-nya.
Di dalem Blitz, suasana masih sepi cuy! Blitz-nya juga kayaknya baru mau dibuka, makanya gw ga heran kalau pas gw ke situ ga disambut karpet merah ama pihak Blitz. Heuheuheu.. Eh, tapi pihak Blitz juga ga tau gw bakal dateng kan ye? :p Oh iya, makhluk pertama yang gw temuin tuh si Gathy yang kayaknya udah stand-by aja dari subuh di depan Blitz. Jahaha.. Terus selanjutnya ketemu rombongan Hassei bin Pusmeong n Shirei bin mas Bayu yang ngangkut Ismie, Chandra n Afatarra, yang ternyata dah ada di dalem Blitz dari pagi. Katanya sih saking kepagian sempet nemenin satpam maen gapleh dulu. Wekeke.. Eh, terusnya hape bunyi, katanya Kim a.k.a bung Eka, fans gw di JKT, dah nyampe juga di Blitz. Langsung dicari aja deh ama gw, eh, ternyata dia nemplok di pinggir Gathy *digetok Kim n ditereakin: “Buset dah nemplok, dikiranya aye eek burung apeh!” xixixi..*
Nah, udah kumpul semua dah tuh, sekarang tinggal nunggu loket Jiffest-nya dibuka. Masih sekitar jam 10.40 saat itu, sedangkan loket dibuka jam 11.30. Berarti nunggu berapa menit noh? Itung aja ndiri yak, ntar kirim aja jawabannya ke email gw, jawaban yang bener gw kasih tanda tangan plus cap bibir gw deh atau kalau bosen ama hadiah kayak gitu mulu, gw kasih bonus cap belahan pantat gw juga. Jahaha..
Waktu terus berjalan, n tiba-tiba ada penampakan yang tak asing lagi, artis junior gw yang ditunggu-tunggu udah dateng, siapa lagi kalo bukan Iko Uwais. Iko yang sadar dengan keberadaan gw, langsung nyapa n sungkeman ama gw (jelas lha ya, ama artis seniornya gituh.. =)) ), seterusnya dia jalan masuk lagi ke café Blitz. Nah, gw intip sebentar ke café ntu, eh, rupanya pemaen Merantau yang laen, Kang Yayan Ruhiyan udah ade di sana. Kapan yak lewatnya? Hmm, jangan-jangan dia ngerangkap jadi satpam Blitz juga dan yang nemenin rombongan HnS maen gapleh itu dia. Hehe.. *langsung digetok kang Yayan* Abis gitu, ngintip ke loket Jiffest udah mulai ada yang ngantri tuh. Ya udah, daripada kehabisan tiket mending langsung aja diserbu.
Beuh, yang ngantri tiketnya beneran kayak ngantri sembako dah! Panjaang.. Apalagi kan film Merantau emang maknyos, jadi harusnya sih wajar-wajar ajah. Tapi baguslah, ga perlu kesusahan dan berlama-lama dapetin tiketnya, apalagi setelah panitia Jiffest-nya tau kalau gw tuh artis terkenal, mereka langsung kasih tiket ke gw secara FREE!!
*Ge-er*
*langsung ditereakin serombongan: “Emang tiketnya Free kaleeee!!”*
Tanpa terasa waktu bergulir dan sudah menunjukkan jam 12.10, studio-nya udah dibuka dah tuh. Masuk aja deh ke dalem studio. Dan, Hey! Rombongan HnS duduk di bangku atas deket Merantau Team, sedangkan rombongan gw (with MJ n Kim) ga kebagian di bangku ntuh, ya udin, cari yang paling deket juga deh, sekitar 3 bangku di bawahnya. Pas banget duduk, pas lampu di studio dimatiin, pelem pun dimulai dengan kata-kata khas: “Dalam tradisi pemeri..” *dipelototin Perantau* Okay, Okay, gw ga akan promosi Fanfic gw lagi.. Yah, pokoknya film dibuka dengan kata-kata dari Emak yang sangat menggugah selera. Wekeke..
Waktu report Inafff kemaren gw udah nulis beberapa scene yang di-cut dari versi Indonesia, tapi karena waktu itu masuk studio telat, jadi ada yang kurang, kalau gitu sekarang scene yang kurangnya ditambahin di sini deh:
- Scene Yuda nyapa Elly << TIDAAAK!! Wajah Elly jadi nggak di-zoom! Padahal cantik banget! T.T
- Yuda jatoh pas naek undakan tanah. << *ditabok Iko* Oh iya, lupa, itu mah adanya di Behind the Scene ya.. wakaka.. *ngacir*
- Emak nyuruh Yuda dan Elly shalat << Emak yang baik. Hiks..
- Yuda n keluarga Shalat << Scene ini harusnya ada setelah Yuda n keluarga selesai makan. Err, btw tetep penasaran apa yang dibecandain Yuda n Uda Yayan pas makan. Hihi..
- Pelepasan Yuda oleh Inyiak << Bener ga ya nulis Inyiak? :P
Nah, udah kayaknya untuk cut scene selanjutnya bisa dilihat di report Inafff, postingannya bisa diliat di blog gw atau di catatan facebook sebelumnya. Heuheu..
Btw, agak heran juga sih ama pemutaran kali ini, soalnya reaksi penonton-nya sedikit! Paling sesekali pas adegan kelahi, cewek-ceweknya pada teriak atau terpekik karena kaget, takjub, atau ngeri. N tentunya adegan Towel Guy bin Manusia Handuk tetep jadi scene paling bikin ngakak se-studio. Haha.. Eh, tapi di akhir-akhir ada penonton nyeletuk juga sih pas adegan Yuda dicekik Ratger dan kembali semanget setelah Astri bilang ‘Tolong’ dia bilang: “Ya ampun, lebay banget, langsung semanget pas denger tolong dari dia doang..” dan selanjutnya setiap wajah Astri muncul, mereka niru-niruin Astri ngucap kata Tolong. Wakaka..
Film selesai. Terus sama kayak Inafff, setelahnya diadain sesi tanya jawab. Bedanya kali ini ga cuma ama Mr Evans aja, tapi Iko, kang Yayan, ama mas Toro juga ikutan turun. Trus, bedanya lagi, sekarang host-nya ga aktif! Masa jadi Mr Evans yang harus bilang: “Any Question?” Ckckckck.. Gaji buta! Hahaha… Pertanyaan-pertanyaan-nya sih kayaknya standar-standar aja, kayak kenapa Yuda-nya dimatiin, kenapa milih silat harimau,atau apa bedanya ama versi Indonesia. Ah, pertanyaan-pertanyaan itu sih semua juga gw bisa jawab, nih jawaban gw kalo ditanya, gw jawab ‘No Comment!’ ajah! jahaha.. *dikeroyok yg nanya*
Sesi tanya-jawab selesai tapi ada satu orang yang ngotot ngacung terus maen nyerocos aja. Ternyata dia minta sama Iko n kang Yayan meragain adegan silatnya! Tentu aja semua bersorak sorai dan menyetujui. Dan seperti biasa, adegan tarung di lift lah yang diperagakan. And its freakin’ Awesome!!
Setelah itu, cewek2 ABG (yang kayaknya mabal dari skulnya) pada teriak-teriak n minta foto bareng Iko dan tak memedulikan kru lain. Beda ama Perantau pastinya, yang malah ngincer kru lain juga. Hehe.. Pas keluar studio, kebetulan gw liat kang Yayan lagi sendiri, ya udah samperin aja buat nyapa dia. Ih, si akang teh meni welcome pisan nya (apalagi klo dia tau klo gw artis senior kali ya?). Ya udin gw ajak ngobrol juga “gimana kang? Udah apdet status facebook lagi?” eh, si kang yayan ngejawab “Ahaha, jarang ah saya mah!” Jarang apanya, perasaan si akang apdet statusnya minimal sehari sekali. Paling yang jarang mah ngebales komen aja. Ya iyya lha, selalu rame kan komennya, mana kebanyakan gajebo lagih *lirik diri sendiri* Hehe..
Di luar studio, gw nyoba cari-cari Perantau yang sempat terpisah pas keluar. Ga lama setelah kumpul semua, dimulailah sesi foto-foto. Korban pertama kita, tentu saja adalah kang Yayan, yang emang lagi nganggur sendiri. Abis itu Mr Evans yang nganggur, langsung diserbu lagi! Abis itu Hassei ngeluarin buku Perantau dan minta pesan untuk Perantau ke Kang Yayan, isi pesannya: Martabak satu dong, laper nih. Xixixi.. *digorok* Ngga, jelas bukan itu pesannya, tapi kayak gini: ‘Jadilah Perantau yang sukses!!’ Huoo, sungguh bermakna sekali, sodara2! Lanjut lagi minta pesan ke Mr Evans, tapi.. Err, tapi ga ada yang berani ngomong. Bukan ga berani sih, lebih ke faktor bahasa aja *ngeles no jutsu*. Ya udin, daripada ga ada yang berani, semua nyamperin bareng-bareng terus si Hassei sok2an bilang: “Mr Evans, please write here!” Mr Evans kebingungan, terus ngomong “I have signed it, right?” Hassei ngomong lagi “No, you write something here! Duh, suruh nulis pesan, bahasa Inggrisnya apa sih?” Kita bingung, Mr Evans juga tambah bingung, dia mikir emangnya kudu nulis apaan sih? Nulis namanya udah, nulis tanda tangan juga udah, apa lagi dong? Padahal simpel doang kan ya sebenernya! Wakaka.. Beruntung setelah itu keluar mbak Anne (Line Producer) yang ngomong ke Mr Evans: “Look, what I’ve signed!” Kalau ga salah pesen mbak Anne tuh: ‘Silat forever!’ cukup simpel, tapi akhirnya bisa buat Mr Evans ngarti juga. Hihihi.. Eh, tapinya dia malah nyontek kata-kata mbak Anne, bedanya kata Silat forever dia ganti jadi Perantau forever. Ya udin, Perantau yang belon puas maksa dia nambahin pesannya lagi, dia tambahin juga dah tuh tulisannya jadi kayak gini: ‘Thanks so much for the Support, Ba Bule!’ Nah, gitu dong Ba Bule, kan jadi lebih bagus n panjang. Heuheu..
Celingak-celinguk, perantau nyari korban berikutnya yang belum ngasih pesan di buku Perantau, dia adalah mas Toro sang produser. Kucluk-kucluk, target terlihat sedang berjalan menuju arah Perantau, yang jelas-jelas siap menerkam dengan penuh nafsu dan dendam kesumat *halah*. Tanpa basa-basi, dia pun diminta nulis di buku. Dengan tangan kirinya yang lentik (emangnye bulu mata), dia menulis: ‘Keren banget bukunya! Berandal bikin lagi ya!’ HnS langsung mandang yang laen dan komentar: “Wah, misi berat nih, kudu bikin lagi! Haha..” Dan abis itu dengan aura kepremanan-nya dia malak souvenir ke mas Toro, dengan alasan ketika Inafff dia ga dapet dan juga buat Perantau yang ga bisa dateng. Untung (lagi) mas Toro sungguh baik hati dia pun bilang: "Eh? Belum dapat? Bentar yah.. kayakya masih ada stok penghabisan." Weks, benar-benar sejarah baru perfilman, seorang produser mau disuruh-suruh ama fans! Jahaha.. Sambil nunggu mas Toro yang hilang entah kemana, Iko yang udah jadi korban para abegeh dateng. Ya udeh itu mah, langsung diterkam lagi dah ama Perantau! Tanpa punya kuasa menolak, Iko menuruti keinginan Perantau buat nulis pesan di buku Perantau, yang setelah diteliti selain pesan dia juga tanda tangan lagi! Ada dua dah tuh tanda tangan dia di buku! Eh, tapi apa tanda tangan sebelumnya itu tanda tangan kembarannya ya? *lirik gw* =)) Mas Toro dateng, bawa sesuatu di tangannya, terus ngomong: “Aduh, sori cuman ada segini. Dibagiin aja yah, sisanya buat yang ga dateng aja!” Huoo, ternyata di tangannya tuh ada tali hape dan stiker Merantau yang sama kayak pas acara Inafff yang lalu! Langsung aje deh diserbu oleh tangan-tangan yang haus akan souvenir Merantau. Jahaha..
Btw.. Kita.. Butuh.. Foto.. Foto.. Lagi..
Tapi Merantau Team lagi pada ngobrol uy! Kagak enak kalo ganggu, ya udin kita tunggu aja mereka beres ngobrol, sambil foto dengan souvenir yang baru saja didapat. Eh, setelah mereka beres ngobrol, bukannya minta foto, malah pada gerombol di tengah jalan, terus saling dorong-mendorong siapa yang mau ngomong untuk minta foto sama mereka. Dan gw-lah yang terpilih, karena selain gw adalah artis yang biasa ngobrol ama kru film, juga karena ketampanan luar biasa gw yang sanggup membuai Merantau Team untuk mengikuti kemauan Perantau *pada muntah*. Ah, cuma gitu doang inih, langsung aja dah ngomong dan semua pun berpose dengan penuh kenarsisan dan kebanggaan diri. Heuheu.. Baru aja foto bentar, ada panitia Jiffest yang minta Merantau team untuk foto juga, dan fotonya itu di depan banner Jiffest. Mereka pun keluar dan pastinya dikuntit oleh kita-kita(dot)com. Haha..
Di luar, foto-foto berlangsung agak cepat dan kayaknya mulai banyak yang menyadari kalau yang lagi difoto itu adalah orang terkenal. Malahan ada salah satu kejadian kocak, ketika ada ibu-ibu lewat di depan Merantau team dan dia nyeletuk: “Eh, kayaknya yang lagi foto-foto artis ya?” wakakaka.. bisa dimaklumi juga sih! =)) Setelah sesi foto bareng panitia Jiffest selesai, lagi-lagi Perantau-lah yang minta foto. Foto rame-rame lagih. Hoho.. Trus ada satu kejadian kocak lagi dimana Iko diminta foto bertiga dengan dua fans-nya, dia nyeletuk: “Eh, katanya kalau foto bertiga, salah satunya ntar mati ya?” ya udeh, gw bales aja, “Lha, yang tengah (si Iko) kan emang udah mati!” Wekeke, yang udah nonton Merantau pasti tau, kenapa gw bilang gitu. Cklek.. Cklek.. foto bareng dua fansnya itu selesai, dia langsung bales kata-kata gw: “Ntar gw gentayangin lo berarti!” wakaka.. Setelahnya Ismie minta foto bareng Iko, kang Yayan, n mbak Jane. Yang cukup mengagetkan di sini adalah ketika Iko dipeluk kang Yayan, Iko langsung nyeletuk: “Ah, jangan pegang2 deh, ntar takut dikira kita ada skandal!” tentu aja kang Yayan yang lumayan jago silat lidah juga ngebales: “Jadi gitu ya, di depan umum malu-malu, di belakang layar aja mau!” wakaka.. Apakah benar terjadi skandal diantara mereka? Kalau begitu bagaimana nasib Gareth Evans dan mas Toro yang pernah digosipkan dengan Iko juga? Kita nantikan di episode berikutnya.. *lha, jadi bawain acara SILAT di sini* Jahaha.. =))
Abis itu gw minta foto berdua dengan Iko, lagi-lagi demi menjalankan misi yang belum tuntas kemarin, tapi seperti sebelumnya, gagal maning.. T.T Mereka tetep berkhianat padaku! Shirei as seksi dokumentasi, telat fotonya! Jahaha.. Eh, pas mo foto ulang, Iko dapet telpun, samar-samar dari pembicaraannya sih kayaknya ada temennya yang mau ke sini, dan dari nama yang dipanggilnya ‘Aad’ udah pastilah kalau temen yg dimaksud itu adalah Alex Abbad. Huoo, tumben dia dateng, padahal biasanya kan kagak. Jadilah para Perantau nungguin dia juga, pastinya buat foto n ngisi ttd dan pesan di buku perantau juga.
Sebelum Aad dateng, Merantau team minus Iko n mbak Jane Sha pada pamit pulang sama para Perantau. Tapi pas mereka nyampe di lift, mereka kayaknya malah diem lama dan nunjuk-nunjuk ke arah kita. Selidik punya selidik, ternyata Aad baru nyampe. Samperin aja dah.. Langsung minta ttd di buku. Yang unik di sini, pesan dia untuk Perantau adalah: ‘Begadang yuk!’ berlawanan dengan pesan Iko yang bertuliskan: ‘Jangan banyak begadang!’ Apakah permusuhan Yudha dan Jhoni terbawa sampai dunia nyata? Kayaknya sih.. Jahaha.. Trus pastinya kita minta foto bareng lha ya, koleksi tanda tangan bertambah, koleksi foto pun harus. Heuheu.. Tapi sayang uy, cuman dikit foto bareng dia-nya, soalnya setelah itu mereka pamit.
And then, gimana nasib Perantau? Rupanya kita pada laper, jadilah mutusin untuk makan dulu di food court GI yang berada di lantai 3. Lift kebuka dan kosong! Gw ditantang untuk foto gaya Eric mati. Ah, keciil.. Tinggal tiduran di pojok lift, dan klik difoto dah. Apalagi gw kan pernah jadi model juga, jadi gampang lha untuk sesi foto kecil-kecilan kayak gitu. Lantai 3 dah sampe. Kita pada keluar dan mencari yang namanya pudkort. Eh, pas kita liat eskalator ada rombongan Iko n Aad lagi. Hahaha.. Sambil dadah-dadahan dari jauh, kita jalan terus, dan sampailah kita di pudkortnya. Nah, sampe di pudkort kok ada sosok yang dikenal lagih? Ternyata ketemu rombongan mereka lagih. Ampun dah, bisa berkali-kali gini ketemu ga sengaja-nya. Magnet kekerenan gw kayaknya tuh yang narik mereka. Abis nyapa bentar, kita berpisah lagi, kita milih restoran paling familiar, sedangkan mereka mungkin nyari yang laen. Wekeke.. :P
Perantau pun memesan makanan. Trus sambil makan seperti biasa ngobrol-ngobrol, then take some picture again Dan abis makan, kita berpisah.. Hiks, end of story dah. Hehe..
NB:
- Pas nonton Merantau tetep sedih liat adegan Amak ngelepas Yuda dan Amak di scene akhir.
- Sedih juga pas liat Eric mati. My favourite chara.. huaa.. T.T Dan pastinya pas sang jagoan juga..
- Pas adegan Yuda mau naek ke atas salah satu kontainer, ternyata ada stunt yang udah prediksi itu duluan dan naek sebelum Yuda. So, ternyata scene stunt yang tiba-tiba ada di atas kontainer itu bukan kesalahan film, kawan-kawan!
Tadinya sempet agak was-was juga sih ikut acara ini, masalahnya tanggal 9 itu bertepatan dengan hari anti-korupsi, dimana pasti banyak yang demo. Tapi bukan takut ama demonya juga, malahan lebih takut ke pendemonya, soalnya kalau mereka yang jumlahnya ribuan tau artis idolanya (baca: gw) dateng ke bundaran HI, gw bakal dikerubutin dan jadi gagal ke Jiffest-nya deh. But, syukurlah, rencana gw ke GI kagak bocor ke khalayak ramai, alhasil pas gw nyampe di Bundaran HI, gw n friend (MJ) bisa dengan aman melenggang langsung ke dalam GI untuk selanjutnya ke Blitz-nya.
Di dalem Blitz, suasana masih sepi cuy! Blitz-nya juga kayaknya baru mau dibuka, makanya gw ga heran kalau pas gw ke situ ga disambut karpet merah ama pihak Blitz. Heuheuheu.. Eh, tapi pihak Blitz juga ga tau gw bakal dateng kan ye? :p Oh iya, makhluk pertama yang gw temuin tuh si Gathy yang kayaknya udah stand-by aja dari subuh di depan Blitz. Jahaha.. Terus selanjutnya ketemu rombongan Hassei bin Pusmeong n Shirei bin mas Bayu yang ngangkut Ismie, Chandra n Afatarra, yang ternyata dah ada di dalem Blitz dari pagi. Katanya sih saking kepagian sempet nemenin satpam maen gapleh dulu. Wekeke.. Eh, terusnya hape bunyi, katanya Kim a.k.a bung Eka, fans gw di JKT, dah nyampe juga di Blitz. Langsung dicari aja deh ama gw, eh, ternyata dia nemplok di pinggir Gathy *digetok Kim n ditereakin: “Buset dah nemplok, dikiranya aye eek burung apeh!” xixixi..*
Nah, udah kumpul semua dah tuh, sekarang tinggal nunggu loket Jiffest-nya dibuka. Masih sekitar jam 10.40 saat itu, sedangkan loket dibuka jam 11.30. Berarti nunggu berapa menit noh? Itung aja ndiri yak, ntar kirim aja jawabannya ke email gw, jawaban yang bener gw kasih tanda tangan plus cap bibir gw deh atau kalau bosen ama hadiah kayak gitu mulu, gw kasih bonus cap belahan pantat gw juga. Jahaha..
Waktu terus berjalan, n tiba-tiba ada penampakan yang tak asing lagi, artis junior gw yang ditunggu-tunggu udah dateng, siapa lagi kalo bukan Iko Uwais. Iko yang sadar dengan keberadaan gw, langsung nyapa n sungkeman ama gw (jelas lha ya, ama artis seniornya gituh.. =)) ), seterusnya dia jalan masuk lagi ke café Blitz. Nah, gw intip sebentar ke café ntu, eh, rupanya pemaen Merantau yang laen, Kang Yayan Ruhiyan udah ade di sana. Kapan yak lewatnya? Hmm, jangan-jangan dia ngerangkap jadi satpam Blitz juga dan yang nemenin rombongan HnS maen gapleh itu dia. Hehe.. *langsung digetok kang Yayan* Abis gitu, ngintip ke loket Jiffest udah mulai ada yang ngantri tuh. Ya udah, daripada kehabisan tiket mending langsung aja diserbu.
Beuh, yang ngantri tiketnya beneran kayak ngantri sembako dah! Panjaang.. Apalagi kan film Merantau emang maknyos, jadi harusnya sih wajar-wajar ajah. Tapi baguslah, ga perlu kesusahan dan berlama-lama dapetin tiketnya, apalagi setelah panitia Jiffest-nya tau kalau gw tuh artis terkenal, mereka langsung kasih tiket ke gw secara FREE!!
*Ge-er*
*langsung ditereakin serombongan: “Emang tiketnya Free kaleeee!!”*
Tanpa terasa waktu bergulir dan sudah menunjukkan jam 12.10, studio-nya udah dibuka dah tuh. Masuk aja deh ke dalem studio. Dan, Hey! Rombongan HnS duduk di bangku atas deket Merantau Team, sedangkan rombongan gw (with MJ n Kim) ga kebagian di bangku ntuh, ya udin, cari yang paling deket juga deh, sekitar 3 bangku di bawahnya. Pas banget duduk, pas lampu di studio dimatiin, pelem pun dimulai dengan kata-kata khas: “Dalam tradisi pemeri..” *dipelototin Perantau* Okay, Okay, gw ga akan promosi Fanfic gw lagi.. Yah, pokoknya film dibuka dengan kata-kata dari Emak yang sangat menggugah selera. Wekeke..
Waktu report Inafff kemaren gw udah nulis beberapa scene yang di-cut dari versi Indonesia, tapi karena waktu itu masuk studio telat, jadi ada yang kurang, kalau gitu sekarang scene yang kurangnya ditambahin di sini deh:
- Scene Yuda nyapa Elly << TIDAAAK!! Wajah Elly jadi nggak di-zoom! Padahal cantik banget! T.T
- Yuda jatoh pas naek undakan tanah. << *ditabok Iko* Oh iya, lupa, itu mah adanya di Behind the Scene ya.. wakaka.. *ngacir*
- Emak nyuruh Yuda dan Elly shalat << Emak yang baik. Hiks..
- Yuda n keluarga Shalat << Scene ini harusnya ada setelah Yuda n keluarga selesai makan. Err, btw tetep penasaran apa yang dibecandain Yuda n Uda Yayan pas makan. Hihi..
- Pelepasan Yuda oleh Inyiak << Bener ga ya nulis Inyiak? :P
Nah, udah kayaknya untuk cut scene selanjutnya bisa dilihat di report Inafff, postingannya bisa diliat di blog gw atau di catatan facebook sebelumnya. Heuheu..
Btw, agak heran juga sih ama pemutaran kali ini, soalnya reaksi penonton-nya sedikit! Paling sesekali pas adegan kelahi, cewek-ceweknya pada teriak atau terpekik karena kaget, takjub, atau ngeri. N tentunya adegan Towel Guy bin Manusia Handuk tetep jadi scene paling bikin ngakak se-studio. Haha.. Eh, tapi di akhir-akhir ada penonton nyeletuk juga sih pas adegan Yuda dicekik Ratger dan kembali semanget setelah Astri bilang ‘Tolong’ dia bilang: “Ya ampun, lebay banget, langsung semanget pas denger tolong dari dia doang..” dan selanjutnya setiap wajah Astri muncul, mereka niru-niruin Astri ngucap kata Tolong. Wakaka..
Film selesai. Terus sama kayak Inafff, setelahnya diadain sesi tanya jawab. Bedanya kali ini ga cuma ama Mr Evans aja, tapi Iko, kang Yayan, ama mas Toro juga ikutan turun. Trus, bedanya lagi, sekarang host-nya ga aktif! Masa jadi Mr Evans yang harus bilang: “Any Question?” Ckckckck.. Gaji buta! Hahaha… Pertanyaan-pertanyaan-nya sih kayaknya standar-standar aja, kayak kenapa Yuda-nya dimatiin, kenapa milih silat harimau,atau apa bedanya ama versi Indonesia. Ah, pertanyaan-pertanyaan itu sih semua juga gw bisa jawab, nih jawaban gw kalo ditanya, gw jawab ‘No Comment!’ ajah! jahaha.. *dikeroyok yg nanya*
Sesi tanya-jawab selesai tapi ada satu orang yang ngotot ngacung terus maen nyerocos aja. Ternyata dia minta sama Iko n kang Yayan meragain adegan silatnya! Tentu aja semua bersorak sorai dan menyetujui. Dan seperti biasa, adegan tarung di lift lah yang diperagakan. And its freakin’ Awesome!!
Setelah itu, cewek2 ABG (yang kayaknya mabal dari skulnya) pada teriak-teriak n minta foto bareng Iko dan tak memedulikan kru lain. Beda ama Perantau pastinya, yang malah ngincer kru lain juga. Hehe.. Pas keluar studio, kebetulan gw liat kang Yayan lagi sendiri, ya udah samperin aja buat nyapa dia. Ih, si akang teh meni welcome pisan nya (apalagi klo dia tau klo gw artis senior kali ya?). Ya udin gw ajak ngobrol juga “gimana kang? Udah apdet status facebook lagi?” eh, si kang yayan ngejawab “Ahaha, jarang ah saya mah!” Jarang apanya, perasaan si akang apdet statusnya minimal sehari sekali. Paling yang jarang mah ngebales komen aja. Ya iyya lha, selalu rame kan komennya, mana kebanyakan gajebo lagih *lirik diri sendiri* Hehe..
Di luar studio, gw nyoba cari-cari Perantau yang sempat terpisah pas keluar. Ga lama setelah kumpul semua, dimulailah sesi foto-foto. Korban pertama kita, tentu saja adalah kang Yayan, yang emang lagi nganggur sendiri. Abis itu Mr Evans yang nganggur, langsung diserbu lagi! Abis itu Hassei ngeluarin buku Perantau dan minta pesan untuk Perantau ke Kang Yayan, isi pesannya: Martabak satu dong, laper nih. Xixixi.. *digorok* Ngga, jelas bukan itu pesannya, tapi kayak gini: ‘Jadilah Perantau yang sukses!!’ Huoo, sungguh bermakna sekali, sodara2! Lanjut lagi minta pesan ke Mr Evans, tapi.. Err, tapi ga ada yang berani ngomong. Bukan ga berani sih, lebih ke faktor bahasa aja *ngeles no jutsu*. Ya udin, daripada ga ada yang berani, semua nyamperin bareng-bareng terus si Hassei sok2an bilang: “Mr Evans, please write here!” Mr Evans kebingungan, terus ngomong “I have signed it, right?” Hassei ngomong lagi “No, you write something here! Duh, suruh nulis pesan, bahasa Inggrisnya apa sih?” Kita bingung, Mr Evans juga tambah bingung, dia mikir emangnya kudu nulis apaan sih? Nulis namanya udah, nulis tanda tangan juga udah, apa lagi dong? Padahal simpel doang kan ya sebenernya! Wakaka.. Beruntung setelah itu keluar mbak Anne (Line Producer) yang ngomong ke Mr Evans: “Look, what I’ve signed!” Kalau ga salah pesen mbak Anne tuh: ‘Silat forever!’ cukup simpel, tapi akhirnya bisa buat Mr Evans ngarti juga. Hihihi.. Eh, tapinya dia malah nyontek kata-kata mbak Anne, bedanya kata Silat forever dia ganti jadi Perantau forever. Ya udin, Perantau yang belon puas maksa dia nambahin pesannya lagi, dia tambahin juga dah tuh tulisannya jadi kayak gini: ‘Thanks so much for the Support, Ba Bule!’ Nah, gitu dong Ba Bule, kan jadi lebih bagus n panjang. Heuheu..
Celingak-celinguk, perantau nyari korban berikutnya yang belum ngasih pesan di buku Perantau, dia adalah mas Toro sang produser. Kucluk-kucluk, target terlihat sedang berjalan menuju arah Perantau, yang jelas-jelas siap menerkam dengan penuh nafsu dan dendam kesumat *halah*. Tanpa basa-basi, dia pun diminta nulis di buku. Dengan tangan kirinya yang lentik (emangnye bulu mata), dia menulis: ‘Keren banget bukunya! Berandal bikin lagi ya!’ HnS langsung mandang yang laen dan komentar: “Wah, misi berat nih, kudu bikin lagi! Haha..” Dan abis itu dengan aura kepremanan-nya dia malak souvenir ke mas Toro, dengan alasan ketika Inafff dia ga dapet dan juga buat Perantau yang ga bisa dateng. Untung (lagi) mas Toro sungguh baik hati dia pun bilang: "Eh? Belum dapat? Bentar yah.. kayakya masih ada stok penghabisan." Weks, benar-benar sejarah baru perfilman, seorang produser mau disuruh-suruh ama fans! Jahaha.. Sambil nunggu mas Toro yang hilang entah kemana, Iko yang udah jadi korban para abegeh dateng. Ya udeh itu mah, langsung diterkam lagi dah ama Perantau! Tanpa punya kuasa menolak, Iko menuruti keinginan Perantau buat nulis pesan di buku Perantau, yang setelah diteliti selain pesan dia juga tanda tangan lagi! Ada dua dah tuh tanda tangan dia di buku! Eh, tapi apa tanda tangan sebelumnya itu tanda tangan kembarannya ya? *lirik gw* =)) Mas Toro dateng, bawa sesuatu di tangannya, terus ngomong: “Aduh, sori cuman ada segini. Dibagiin aja yah, sisanya buat yang ga dateng aja!” Huoo, ternyata di tangannya tuh ada tali hape dan stiker Merantau yang sama kayak pas acara Inafff yang lalu! Langsung aje deh diserbu oleh tangan-tangan yang haus akan souvenir Merantau. Jahaha..
Btw.. Kita.. Butuh.. Foto.. Foto.. Lagi..
Tapi Merantau Team lagi pada ngobrol uy! Kagak enak kalo ganggu, ya udin kita tunggu aja mereka beres ngobrol, sambil foto dengan souvenir yang baru saja didapat. Eh, setelah mereka beres ngobrol, bukannya minta foto, malah pada gerombol di tengah jalan, terus saling dorong-mendorong siapa yang mau ngomong untuk minta foto sama mereka. Dan gw-lah yang terpilih, karena selain gw adalah artis yang biasa ngobrol ama kru film, juga karena ketampanan luar biasa gw yang sanggup membuai Merantau Team untuk mengikuti kemauan Perantau *pada muntah*. Ah, cuma gitu doang inih, langsung aja dah ngomong dan semua pun berpose dengan penuh kenarsisan dan kebanggaan diri. Heuheu.. Baru aja foto bentar, ada panitia Jiffest yang minta Merantau team untuk foto juga, dan fotonya itu di depan banner Jiffest. Mereka pun keluar dan pastinya dikuntit oleh kita-kita(dot)com. Haha..
Di luar, foto-foto berlangsung agak cepat dan kayaknya mulai banyak yang menyadari kalau yang lagi difoto itu adalah orang terkenal. Malahan ada salah satu kejadian kocak, ketika ada ibu-ibu lewat di depan Merantau team dan dia nyeletuk: “Eh, kayaknya yang lagi foto-foto artis ya?” wakakaka.. bisa dimaklumi juga sih! =)) Setelah sesi foto bareng panitia Jiffest selesai, lagi-lagi Perantau-lah yang minta foto. Foto rame-rame lagih. Hoho.. Trus ada satu kejadian kocak lagi dimana Iko diminta foto bertiga dengan dua fans-nya, dia nyeletuk: “Eh, katanya kalau foto bertiga, salah satunya ntar mati ya?” ya udeh, gw bales aja, “Lha, yang tengah (si Iko) kan emang udah mati!” Wekeke, yang udah nonton Merantau pasti tau, kenapa gw bilang gitu. Cklek.. Cklek.. foto bareng dua fansnya itu selesai, dia langsung bales kata-kata gw: “Ntar gw gentayangin lo berarti!” wakaka.. Setelahnya Ismie minta foto bareng Iko, kang Yayan, n mbak Jane. Yang cukup mengagetkan di sini adalah ketika Iko dipeluk kang Yayan, Iko langsung nyeletuk: “Ah, jangan pegang2 deh, ntar takut dikira kita ada skandal!” tentu aja kang Yayan yang lumayan jago silat lidah juga ngebales: “Jadi gitu ya, di depan umum malu-malu, di belakang layar aja mau!” wakaka.. Apakah benar terjadi skandal diantara mereka? Kalau begitu bagaimana nasib Gareth Evans dan mas Toro yang pernah digosipkan dengan Iko juga? Kita nantikan di episode berikutnya.. *lha, jadi bawain acara SILAT di sini* Jahaha.. =))
Abis itu gw minta foto berdua dengan Iko, lagi-lagi demi menjalankan misi yang belum tuntas kemarin, tapi seperti sebelumnya, gagal maning.. T.T Mereka tetep berkhianat padaku! Shirei as seksi dokumentasi, telat fotonya! Jahaha.. Eh, pas mo foto ulang, Iko dapet telpun, samar-samar dari pembicaraannya sih kayaknya ada temennya yang mau ke sini, dan dari nama yang dipanggilnya ‘Aad’ udah pastilah kalau temen yg dimaksud itu adalah Alex Abbad. Huoo, tumben dia dateng, padahal biasanya kan kagak. Jadilah para Perantau nungguin dia juga, pastinya buat foto n ngisi ttd dan pesan di buku perantau juga.
Sebelum Aad dateng, Merantau team minus Iko n mbak Jane Sha pada pamit pulang sama para Perantau. Tapi pas mereka nyampe di lift, mereka kayaknya malah diem lama dan nunjuk-nunjuk ke arah kita. Selidik punya selidik, ternyata Aad baru nyampe. Samperin aja dah.. Langsung minta ttd di buku. Yang unik di sini, pesan dia untuk Perantau adalah: ‘Begadang yuk!’ berlawanan dengan pesan Iko yang bertuliskan: ‘Jangan banyak begadang!’ Apakah permusuhan Yudha dan Jhoni terbawa sampai dunia nyata? Kayaknya sih.. Jahaha.. Trus pastinya kita minta foto bareng lha ya, koleksi tanda tangan bertambah, koleksi foto pun harus. Heuheu.. Tapi sayang uy, cuman dikit foto bareng dia-nya, soalnya setelah itu mereka pamit.
And then, gimana nasib Perantau? Rupanya kita pada laper, jadilah mutusin untuk makan dulu di food court GI yang berada di lantai 3. Lift kebuka dan kosong! Gw ditantang untuk foto gaya Eric mati. Ah, keciil.. Tinggal tiduran di pojok lift, dan klik difoto dah. Apalagi gw kan pernah jadi model juga, jadi gampang lha untuk sesi foto kecil-kecilan kayak gitu. Lantai 3 dah sampe. Kita pada keluar dan mencari yang namanya pudkort. Eh, pas kita liat eskalator ada rombongan Iko n Aad lagi. Hahaha.. Sambil dadah-dadahan dari jauh, kita jalan terus, dan sampailah kita di pudkortnya. Nah, sampe di pudkort kok ada sosok yang dikenal lagih? Ternyata ketemu rombongan mereka lagih. Ampun dah, bisa berkali-kali gini ketemu ga sengaja-nya. Magnet kekerenan gw kayaknya tuh yang narik mereka. Abis nyapa bentar, kita berpisah lagi, kita milih restoran paling familiar, sedangkan mereka mungkin nyari yang laen. Wekeke.. :P
Perantau pun memesan makanan. Trus sambil makan seperti biasa ngobrol-ngobrol, then take some picture again Dan abis makan, kita berpisah.. Hiks, end of story dah. Hehe..
NB:
- Pas nonton Merantau tetep sedih liat adegan Amak ngelepas Yuda dan Amak di scene akhir.
- Sedih juga pas liat Eric mati. My favourite chara.. huaa.. T.T Dan pastinya pas sang jagoan juga..
- Pas adegan Yuda mau naek ke atas salah satu kontainer, ternyata ada stunt yang udah prediksi itu duluan dan naek sebelum Yuda. So, ternyata scene stunt yang tiba-tiba ada di atas kontainer itu bukan kesalahan film, kawan-kawan!
Sunday, November 22, 2009
Workshop INAFFF09 n Screening Merantau International Cut
Ok guys, tulisan ini dibuat untuk memenuhi janji gw kepada teman-teman Perantau (istilah buat penggemar film Merantau) untuk melaporkan hasil kegiatan Workshop Merantau dan Screening Merantau versi International Cut, kemaren, tanggal 21 Nov 2009 dalam acara Inafff 2009 di Blitz Megaplex Grand Indonesia Jakarta.
Cerita bermula ketika orang keren ini berupaya untuk bangun pagi, agar tidak kesiangan ketika sampai ke TKP. Eh, tapi emang pas berangkat tuh niatannya pergi ke ICE 2009 yang ada di Senayan dulu sih. Mo ketemu temen-temen dari komunitas IndoHogwarts gituh. Yah pokoknya di ICE teh cuma sekitar satu jam-an lha.. Belon puas uy di sana, lom sempet muter-muter! Tapi lumayan lha bisa liat penampilan Bondan Prakoso feat Fade 2 Black-nya. Sebenernya pengen lebih lama lagi di sana, tapi gw dapet sms ancaman dari calon fans gw yang berasal dari Bandung yang katanya udah sampe ke TKP, dan bingung mau ngapa-ngapain. Siapakah dia? Ok, sebut saja namanya PANCI (nama disamarkan atas permintaan ybs). Yak, pokoknya tanpa berbasa-basi dan dandan terlalu lama (karena mo diapain juga gw tetep ganteng), jadi berangkatlah gw ke TKP juga.
Pas udah sampe di sana, gw celingak-celinguk tanpa henti untuk mencari dimanakah Panci berada. Agak tampak bodoh juga sih, lagian mana ada orang nyari panci di Bioskop, Panci kan biasanya di dapur! *digetok Panci* Beruntung sekali, karena di grup gw udah bilang kalau gw ke sana bakal make yang namanya tas tentara dan berkat aura kekerenan gw yang berbeda dari yang lain, dia mengenali gw. Fyuh, bersyukur juga dah gw dilahirin dengan ketampanan luar biasa.. *backsound: 'HOEEEK, Hoeek!'*
Eh, tapi bukannya gw menghilangkan kebingungan dia di sana, malahan gw juga tambah bingung lho. Soalnya stand inafff nya juga blon buka-buka. Jadi ntar pegimane tuh, workshop-nya jadi ape kagak.. Ah, beneran bingung dah, jadi pengen bercermin dan menatap muka gw untuk menghilangkan kecemasan. Heuheu.. Ya udeh, gw mutusin untuk Shalat dulu. Ga kerasa udah Zuhur cuy! Weitzz, ternyata kuasa Illahi juga tak bisa terelakkan, pas deket Mushola kebetulan kita ketemu ama Bang Ahmad. Itu lho, Bang Ahmad yang suka aplot video latihan-latihannya Iko. Tahu kan? Kalo ga tau mah add ajah ntar di pesbuk (gw juga baru add tadi.. wakaka.. *dikepruks*). Then, setelah solat Zuhur kita bertiga duduk-duduk bareng di depan Blitz dan mulai ngobrol-ngobrol soal kenapa gw bisa lebih terkenal dari Iko atau nanya tips2 sukses dari gw, dll.. *bohong* Eh, pas kita ngobrol ada seonggok bayangan lewat yang ternyata adalah Kang Yayan, sodara2! Langsung aja disapa n di sini cuma sempet salaman doang. Soalnya setelah itu dia mesti siap2 untuk workshopnya.
Sampe sekitar jam 1, ada cewek lagi yang deketin dan mengaku bernama Alna! Tuh kan, semua berkat gw, lagi-lagi ada yang nyamperin. Buat yang ga tau Alna, dia tuh yang mo bikin skripsi tentang Merantau (tadinya mo bikin skripsi tentang gw, tapi ditolak karena harus tentang film.. heuheu..). Terus dateng lagi 2 makhluk yang mengaku bernama Amel dan Dhee. Lanjut lagi dah ngobrol-ngobrolnya, kali ini tentang pertanyaan-pertanyaan soal workshop yang kenape dah jam 1 lom dimulai ajeh. Ya udin, daripada bingung, nanya aja dah ke booth inafff nya yang dah buka, n tebak.. Kata mereka workshop mulai sekitar jam 2, padahal di jadwal kan dikasi tau nya jam 1. Trus sekalian kita juga nanya tentang nonton gratis Merantau ntar sorenya, dan ternyata bisa langsung diambil saat itu juga. Tadinya mo langsung minta buat hassei n shirei juga, tapi kata si masnya suruh mereka dateng langsung ajah, padahal dah gw jelasin perkara tentang dua ibu-ibu ituh. Tapi lagi-lagi dewi fortuna ada di tangan kita, Amel n Dhee ga berencana ikut screening, jadilah 2 tiket mereka dikasih aja ke gw. Hohoho..
Jam setengah 2, workshop mau dimulai. Kita yang udah daptar sebelonnya kudu daptar ulang dulu ke mbak-mbak yang mirip kakaknya Boboho. Pas daptar ulang ini, kita dikasi Tali Hape Merantau, Cinemags edisi Oktober 2009, 1 lbr Kertas HVS, dan pensil. Lumayan dah dari acara gratisan bisa dapet souvenir juga. Heuheu.. Eh, eh, terusnya pas daptar ulang ini ada yang lari gerabag-gerubug gitu dari tangga berjalan. Bukan, pelakunya bukan si HnS yang katanya mo lari pake kebaya, karena mereka mah nyampe GI juga sekitar jam 5. Jadi siapa dong 2 makhluk yang berlari itu? Jawabannya ada di edisi selanjutnya..
*digorok yang baca*
*terpaksa kembali nulis dengan leher terkulai bekas gorokan*
Ok, gw jawab. Mereka tuh Iko n JS. Keliatan dari muka mereka tuh panik banget! Mereka kira udah telat kali ye.. wakaka.. Coba bisa moto pas adegan ituh. =)) Tapi akhirnya karena merasa belum telat, Iko jalan dengan santai kembali.. Cling.. Cling.. mata cewek-cewek di rombongan kita langsung beraksi dah. Dengan sigap mereka ngecegat Iko dan minta foto-foto. Foto-fotonya bener-bener di tengah jalan! Jahaha.. Sambil nyebut nama kita satu-satu n pas giliran gw ngenalin diri, dia langsung bilang: "Oh, Abay *sambil nunjuk* Hahaha.." Weks, baguslah cuma bilang gitu, ngga dibanting or diapa-apain seperti yang diduga sebelumnya karena gw sering ngeluarin berita-berita sensasional tentang dia di Grup. Jahaha.. N setelah puas foto-foto (blon puas juga sih, soalnya 'misi' belum dilaksanakan), Iko pamit buat ganti baju untuk persiapan tampil di Workshop.
Eh, abis itu ada yang narik-narik tas gw. Gw kira dia nenek-nenek yang minta nafas buatan karena kaget baru pertama kali liat penampakan gw yang keren, tapi taunya itu si Nita n friend. Dia juga baru mau daptar ulang gitu lho. Dan terlihat sekali ada tatapan kecewa karena lom sempet ikutan foto2.. Hehe.. Setelah itu langsung masuk aja dah ke tempat Workshop, karena mbak-mbaknya juga dah ngumumin bahwa acara bakal dimulai.
Acara dimulai dengan pemanggilan beberapa dedengkot film Merantau diantaranya: Ario Sagantoro atau lebih akrab dipanggil Mas Toro selaku Produser Merantau, Gareth Evans alias Pak Bule yang merupakan sutradara pelem Merantau, Rakhmat Akbarsyah alias Abay sebagai pemeran utama yang memerankan Yuda, er... *dipelototin pembaca*, Ok, gw ralat, maksudnya Iko Uwais sang Pemeran utama, bang Yayan Ruhian sebagai Eric di film Merantau, dan 4 orang stunts yang kalau diliat aslinya keliatan lebih keker hihi.. Selanjutnya mas Toro mengangkat mic dan menyampaikan sambutannya soal acara yang diadakan di Blitz itu. And then, masuk ke materi pertama soal penulisan naskah dan bagaimana penerapan naskah ke dalam filmnya. Pokoknya dari sini gw jadi tahu sedikitlah gimana tugasnya sang sutradara untuk memvisualisasikan naskah yang ada di tangannya. Sebagai contohnya, mereka memutar adegan ketika Yuda kalah oleh Bodyguard Jhoni, di sebelah kirinya adalah teks naskah, di sebelah kanan adalah visualisasi dalam adegannya. Abis gitu, nerangin soal persiapan koreografi dalam film, pastinya sebagai contoh ditayangin video BTS yang the Choreography. Iko dan Kang Yayan pun mulai kebagian untuk bicara. Setelahnya dijelaskan kembali bagaimana upaya mereka memfilmkan koreografi-koreografi yang sudah dilatih dalam scene sesungguhnya. Sebagai contoh videonya mereka nayangin 3 scene: adegan Yuda vs 4 Bodyguard Jhoni (sebelah kiri layar adalah versi latihan, sebelah kanan adalah versi jadi), adegan pertarungan Yuda di apartemen setengah jadi yg ada bambu2nya, dan adegan container dimana Yuda diserbu oleh banyak anak buah Luc n Ratger. Abis itu mereka membahas soal pemilihan lokasi untuk syuting dan biasanya kesulitannya itu di bagian harus beradaptasi supaya koreografi berantemnya bisa pas dijalanin di lokasi ituh. Terus ngebahas soal scene yang harus dilakukan berulang-ulang demi mendapatkan hasil yang paling baik. Diliatin deh video pas syuting adegan tusuk bambu. Set dah, jadi kasian liat stuntman-nya karena dia harus rela ditusuk ampe sekitar 10 kali.. Wakaka..
Oh iya, sebenernya diantara bahasan-bahasan itu selalu ada sesi tanya-jawab, dan yang nanya dapet merchandise, diantaranya: Poster Merantau with SIGN, tongkat Harry Potter yang merupakan bonus cinemags edisi bulan Agustus 2009, atau satu lagi kayaknya CD yang isinya behind the scene merantau. Wih, mupeng juga sih. Tapi mo nanya keduluan orang melulu.. Eh, tapi gw-nya juga ga ngacung sih. Wakaka.. *dikepruks* Si nita juga mau nanya, tapi pertanyaannya bisa dibilang ampir sama ama salah seorang penanya lainnya, jadinya dia cancel juga tuh. Paling yang dapet cuma si Alna (poster dan tongkat sihir) sama Mas Utara (Poster Guede). Tadinya ga ngeh kalau itu mas Utara, tapi dari pertanyaan dia yang kira2 kayak gini: "Apa ada niatan untuk membuat film action yang mengangkat tokoh sejarah, seperti tokoh Untung Surapati gituh?" << tuh kan, nanya-nanya yang ada unsur Surapati-nya.. Ga salah lagi pasti mas Utara.. Kalau yang nanya ada unsur Luc-nya, pasti Hassei n Shirei. wakaka..
Acara workshop pun selesai kira-kira jam 4an. Para peserta workshop diperbolehkan untuk foto-foto lagi bareng pemain atau minta tanda tangan mereka. Udah deh ini mah langsung serbu ajah. Langsung samperin yang lagi nganggur, yaitu Iko n Kang Yayan. Kalo Gareth mah langsung ke tempat duduknya ngobrol ama entah siapa, sedangkan mas Toro-nya kabur, langsung tak terlihat di TKP lagih. Udah deh bersyukur ajah walau cuma dapet Iko n Kang yayan ajah. Mulai dah semua pada foto, dari rame-rame ampe cuma berduaan ajah. And, This is it, ini saat yang tepat untuk melakukan 'misi' itu, saat gw foto hanya berdua dengan Iko! Pose pertama mah biasa aja, gw cuma rangkul dia, setelah itu gw kasih kode ke nita untuk siap-siap foto 'misi' gw, tapi ternyata.. Mereka (nita, amel, dll) berkhianat. Mereka teriak: "Tidaak, Ikoo, jangan sampe dicium! Awas Ikoo, ada bibir seksi ngedeket! Awas RAMPOOK!" dan ekspresi teriakan lainnya. Jadilah pas baru nyentuh dikit aja kulitnya, dia dah berkelit, terus si cewek-cewek pada ketawa-ketiwi, terlihat sangat lega (apa gila?). Hihi.. Eh, si Iko-nya bilang gini: "Siapa teh tadi? Oh iya, Abay.. Haha.." Zzzz.. dia ikut ngetawain dah. Btw, kayaknya yang foto2 paling banyak tuh rombongan kita ya.. Yang laen mah kayak malu-malu. Terus mana mulai pada cerita soal kegiatan di pesbuk lagih. Untunglah, kayaknya Iko lom baca berita-berita gw. (tapi mungkin setelah buku Perantau diserahin, kemungkinan dia baca postingan2 gw.. hihi)
Misi berikutnya adalah minta tanda tangan! Ah, ga usah diceritain terlalu banyak dah. Soalnya ini mah misi paling gampang. Tinggal ngomong, udeh langsung dikasi. Gw juga mungkin klo ada yg deketin, tanpa harus dia ngomong, bakal gw kasih tanda tangan gw. Hehe.. Eh, tapi ada kejadian kocak pas minta tanda tangan Gareth, dia sempat merendah dan berdalih kalau dia ga jago untuk tanda tangan. Hehe.. Trus yang kocak lagi, pas kita minta tanda tangan mbak Maya Evans, kayaknya dia kaget gitu kenapa dia juga dimintain tanda tangan. Tapi emang sih, mungkin di situ cuma gw n nita yang sadar kalau itu tuh istrinya Mr Evans yang juga ikut memproduseri film Merantau *sotoy*. Abis itu gw pamit ke toilet dah, pas Workshop emang nahan pipis sih gara-gara sebelumnya kebanyakan minum soft drink (soft drink yg ditraktir bang Ahmad. Makasih bang..) n sekalian mo sholat ashar. Di toilet, paspasan ama Iko yang udah ganti baju, tapi lagi-lagi dia masang tampang terburu-buru. Kocak dah liat dia pas buru-buru kayak gituh. Jahaha..
Lalu tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Merantau versi International Cut akan segera dimulai. Rombongan Perantau n Ikois siap-siap untuk berangkat juga, tapi ternyata ada satu masalah! Ika n geng lom ngambil tiket! OH iya, lom nyeritain dimana kita ketemu Ika.. Kita ketemunya pas sesi foto2 setelah workshop itu lho. Heuheu.. Yah, pokoknya kurang 3 tiket. Bang Ahmad yang merasa ada yg ga beres pun nyamperin kita, setelah diceritain masalahnya dia langsung laporan ke kang Yayan n geng. N setelah itu kang Yayan dateng sambil lari-lari dan nyerahin tiket secara langsung sama si Ika. Wow, sungguh baik hati dan tidak sombong jagoan kita ini. Setelah semua siap, kita masuk dah ke ruangan bioskop. Pas masuk ini dikasih stikernya Merantau sama dikagetin ama orang yg pake kostum film 'Scream'. Untung gw bukan penakut (baca: lebih serem juga pas liat wajah sendiri.. heuheu..).
Di dalem studio, langsung milih tempat duduk paling strategis. Tapi ternyata kita tuh dateng rada telat, bangku-bangku atas dah ampir keisi penuh, sisa 3 bangku paling bawah. Ya udin, daripada kerebut orang lagi kita isi aja dah sebarisan bangku yang tersisa dan tak lupa nyisain 2 bangku untuk tamu kita Hassei (puspita) n Shirei (mas Bayu). Eh, iya pas gw liat keadaan sekeliling, gw ngeliat mas Toro dan seluruh pemain ikutan nonton cuy! MC pun membuka acara dengan memberitahukan kalau ini adalah tayangan perdana Merantau versi IC di Indonesia serta mengenalkan sutradara dan pemainnya kepada yang blum tau, film pun dimulai, dengan kata-kata: '“Dalam tradisi pemerintah kami (Jakarta), dimana suatu hari beberapa warga yang terpilih harus mau di-transmigrasi-kan ke luar Jawa, agar jumlah penduduk menjadi merata kembali. Dan ketika kembali ke kampung halamannya bisa menjadi orang seutuhnya alias sukses. Pulanglah nak.. kalau sudah banyak duit!” *ditereakin: 'OI, seenaknya aja dituker ama parodian lo!' (namanya juga gw lagi usaha.. wakaka..)*
Selama scene awal itu entah kenapa hati gw berasa kurang tenang, dan ternyata gw baru inget, HnS bakal dateng sebentar lagi, dan gw harus jemput mereka! Gw liat deh hape gw, barangkali ada sms atau calling dari mereka. Tapi akhirnya gw sadar, hape gw ga ada sinyal. Bahkan setelah nanya anak-anak laen, mereka juga kayak gitu. Huhu, ternyata studio di GI diseting biar ga ada sinyal ya. Bagus sih, tapi ga bagus buat gw. Ya udah, gw putusin untuk keluar tuk cari sendal jepit (LoL, lirik Fade2Black), ralat, tuk nyari 2 makhluk tersebut. Pas di luar gw calling mereka, n ternyata mereka bilang masih di taksi, sodara-sodara.. Dan kedengeran kalau mereka lagi ngos2an.. wakaka. *senangnya.. Halah* Dan diakhir pembicaraan gw disuruh masuk ama mereka, dengan alsan daripada gw ga nonton n penonton lain sedih ngeliat idolanya keluar studio. Tapi tetep ada titah dari mereka, untuk ngecek keadaan 15 menit sekali. Hihi..
Pas gw masuk lagi, baru sampe adegan Yuda pamit dan naek bis ke Jakarta. Pas diliatin Eric tuk pertama kalinya, eh, mas tisno (ketua Ikois Community, ketemu pas workshop sih, tapi baru inget tuk nyeritain dia di sini) nyeletuk: "Gw kira pertamanya dia copet lho!" dan gw pun setuju, itulah kesan pertama gw ngeliat tokoh eric. Wakaka.. Adegan-demi-adegan berlanjut sampai tiba saatnya adegan pengecekan cewek-cewek yang akan dijual, eh, 2 makhluk itu muncul! Kita lambai-lambain tangan deh supaya mereka tahu posisi tempat duduk para Perantau. Eh, pas mereka baru duduk mereka udah teriak-teriak, karena tepat pada saat itu diputar bagian Luc pertama kali muncul. Hihi.. Ah, pokoknya setelah mereka dateng, hati gw jadi tenang dan nonton pun bisa kembali tenang.
Seperti biasa, pas nonton Merantau reaksi penonton selalu aja ada macem-macemnya. Dari yang tepuk tangan setiap adegan aksi selesai, atau nyeletuk kalau ada adegan aneh, tapi yang paling gw inget sih pas si Luc mati, si Hassei ngomong rada kenceng: "Ih, kok malah pada ketawa sih!" wakaka.. Dan pastinya pas adegan Towel Guy (manusia handuk), seluruh studio tetep dibuat ngakak oleh ekspresi cengo Ba'a Maneso (pemerannya). Emang memorable scene dah!
Oh iya, diem-diem pas lagi nonton juga gw nulis beberapa scene yang di-cut untuk versi International cut ini, FYI, versi Indonesia atau dikenal dengan versi Director's Cut berdurasi 137 menit, sedangkan international cut berdurasi 107 menit. So, apa aja sih yang ilang atau yg berbeda di versi internasional ini? Inilah dia listnya:
- There is no Indonesian subtitle. Kagak ade subtitle bahasa Indonesianya pas dialog bahasa Inggris. Jelas sih, soalnya kan emang film ini kan emang untuk orang luar.
- Setelah Yuda menyelamatkan Astri, seharusnya ada adegan Astri pulang ke tempat tinggal mereka. Trus adegan Adit nabung di toples, dan Astri nyimpen duit di bawah karpet. Di IC ini dipotong.
- Ga ada adegan Yuda ngajarin silat ke Adit.
- Nyambung ama yang di atas, karena ga ada adegan itu, jelaslah adegan berikutnya dimana Yuda ketemu Eric tuk kedua kalinya pun hilang.
- Dan nyambung lagi, berarti adegan 'melamar kerja' pun ditiadakan! No Ogre vs Eric scene, sodara-sodara! Padahal adegan ini top abis ya. Alesan gareth motong ini sih katanya karena ingin memfokuskan versi IC pada karakter Yuda, sehingga side story karakter lain pun terpaksa dihilangkan. Dia juga tadinya rada berat untuk ngehapus adegan ini.
- Adegan Yuda nelpon Amak. Tetep ada sih, tapi ada beberapa dialog yang dipotong. Sehingga nelponnya jadi rada bentaran.
- Adegan Astri dan Yuda yang cekcok di pinggir jalan, setelah Yuda nyelametin Astri yang udah di tangan Ratger.
Dan selebihnya sama dengan yang kita tonton di bioskop Indonesia. Eh, tapi kemungkinan masih ada yang dipotong lagi sih, karena kan gw sempet keluar pas awal-awal. Buat yang nonton secara full, ada yang dipotong kah di bagian awalnya?
Setelah film selesai, seperti yang tertera di jadwal inafff, bakal dilangsungkan sesi QnA with Director. Mulai deh satu per satu bertanya, dari yang nanyain kenapa harus dibedakan antara versi DC n IC, atau kenapa versi Ogre harus dicut, sampe terakhir apa hubungan Luc n Ratger sebenarnya? Jahaha.. Abis acara selesai, kita mulai cari-cari pemain dan kru Merantau-nya lagi, karena emang buku buatan Perantau lom dikasih. Shirei ngasih buku pertama ke gw untuk diserahkan ke Mr Evans. Gw dengan semangat pantang mundur pun langsung deketin dia, Mr Evans yg sadar dideketin orang keren pun bilang: "Yes?" Dan gw yang lebih jago Basa Sunda dibanding Bahasa Inggris cuma bisa ngomong: "its for you!" sambil ngasihin bukunya. Wakaka.. Gareth langsung jingkrak2 kegirangan tuh dapet merchandise dari orang keren. Hehe.. Eh, si HnS nimbrung dari belakang: "Itu buku tentang kegiatan di forum, isinya fanfic, fanart, dll.." Gareth bilang lagi: "Thanks". Buku kedua, kebetulan yang paling deket adalah Mas Toro. Diliat dari jauh sih mas toro lagi mo ngintip2 dikit bku yang ada di tangan gareth, tapi sebelum Gareth minjemin bukunya ke mas Toro, HnS ngasih bukunya langsung. Heuheu.. Lirak-lirik lagi dan ketemulah Iko, langsung deh mas Tisno yang mo ngasih banner mini ikois dan HnS yang mo ngasih buku ketiga, nyamperin dia. Terakhir Kang Yayan. Dimana kang yayan? Kita serombongan keluar dan kebetulan gw liat kang Yayan lagi jalan di depan, gw kasi tau HnS dah, eh salah satu dari mereka tereaak: "Kang Yayaaann.." ampe kang Yayan noleh n dikasihlah buku keempat. Misi beres? Iya sih. Tapi kita pengen untuk foto-foto lagi. Ya udah dah, pemain dan kru merantau beserta perantau dan ikois foto bareng untuk terakhir kalinya. Bener-bener unforgotable moment! Blitz langsung rame tuh gara-gara makhluk2 itu semua. Jahaha..
Puas dengan foto-foto bareng pemain, Perantau pindah foto di luar untuk foto bareng. Lagi-lagi fotonya ngalangin jalan n berisik, ampe diusir security Blitz-nya. Jahaha.. Setelah itu gw pamit dah, ngejer kereta terakhir cuy! So, begitulah report utuh kegiatan di Blitz, semoga yang ga ikut juga jadi seneng ye baca report ini.
NB:
- Ternyata salah satu anak Indohogwarts ada yang bapaknya seorang kru Merantau tepatnya seksi transportasinya. Dia-nya pake kaos Merantau sih, jadi gw tanya2.. *mupeng*
- Ternyata jadwal kereta terakhir ada yang jam setengah sepuluh (Ekonomi AC) tapi gw mah naek yang eko aja deh. Lebih cepat lebih baik. Tapi.. Sialnya mogok tengah jalan pas di UI. Mana gerbongnya cuman 4 biji. Jadilah tuk sesaat dalem gerbong kereta, kayak dalem Microwave. Jahaha..
- Gw bawa snack, tapi baru inget pas pulang. Dimakannya pas dah di angkot menuju rumah. Wakaka..
- Thanks buat semua yang hadir ya.. Buat yang belon bisa hadir, maybe next time we meet.
Cerita bermula ketika orang keren ini berupaya untuk bangun pagi, agar tidak kesiangan ketika sampai ke TKP. Eh, tapi emang pas berangkat tuh niatannya pergi ke ICE 2009 yang ada di Senayan dulu sih. Mo ketemu temen-temen dari komunitas IndoHogwarts gituh. Yah pokoknya di ICE teh cuma sekitar satu jam-an lha.. Belon puas uy di sana, lom sempet muter-muter! Tapi lumayan lha bisa liat penampilan Bondan Prakoso feat Fade 2 Black-nya. Sebenernya pengen lebih lama lagi di sana, tapi gw dapet sms ancaman dari calon fans gw yang berasal dari Bandung yang katanya udah sampe ke TKP, dan bingung mau ngapa-ngapain. Siapakah dia? Ok, sebut saja namanya PANCI (nama disamarkan atas permintaan ybs). Yak, pokoknya tanpa berbasa-basi dan dandan terlalu lama (karena mo diapain juga gw tetep ganteng), jadi berangkatlah gw ke TKP juga.
Pas udah sampe di sana, gw celingak-celinguk tanpa henti untuk mencari dimanakah Panci berada. Agak tampak bodoh juga sih, lagian mana ada orang nyari panci di Bioskop, Panci kan biasanya di dapur! *digetok Panci* Beruntung sekali, karena di grup gw udah bilang kalau gw ke sana bakal make yang namanya tas tentara dan berkat aura kekerenan gw yang berbeda dari yang lain, dia mengenali gw. Fyuh, bersyukur juga dah gw dilahirin dengan ketampanan luar biasa.. *backsound: 'HOEEEK, Hoeek!'*
Eh, tapi bukannya gw menghilangkan kebingungan dia di sana, malahan gw juga tambah bingung lho. Soalnya stand inafff nya juga blon buka-buka. Jadi ntar pegimane tuh, workshop-nya jadi ape kagak.. Ah, beneran bingung dah, jadi pengen bercermin dan menatap muka gw untuk menghilangkan kecemasan. Heuheu.. Ya udeh, gw mutusin untuk Shalat dulu. Ga kerasa udah Zuhur cuy! Weitzz, ternyata kuasa Illahi juga tak bisa terelakkan, pas deket Mushola kebetulan kita ketemu ama Bang Ahmad. Itu lho, Bang Ahmad yang suka aplot video latihan-latihannya Iko. Tahu kan? Kalo ga tau mah add ajah ntar di pesbuk (gw juga baru add tadi.. wakaka.. *dikepruks*). Then, setelah solat Zuhur kita bertiga duduk-duduk bareng di depan Blitz dan mulai ngobrol-ngobrol soal kenapa gw bisa lebih terkenal dari Iko atau nanya tips2 sukses dari gw, dll.. *bohong* Eh, pas kita ngobrol ada seonggok bayangan lewat yang ternyata adalah Kang Yayan, sodara2! Langsung aja disapa n di sini cuma sempet salaman doang. Soalnya setelah itu dia mesti siap2 untuk workshopnya.
Sampe sekitar jam 1, ada cewek lagi yang deketin dan mengaku bernama Alna! Tuh kan, semua berkat gw, lagi-lagi ada yang nyamperin. Buat yang ga tau Alna, dia tuh yang mo bikin skripsi tentang Merantau (tadinya mo bikin skripsi tentang gw, tapi ditolak karena harus tentang film.. heuheu..). Terus dateng lagi 2 makhluk yang mengaku bernama Amel dan Dhee. Lanjut lagi dah ngobrol-ngobrolnya, kali ini tentang pertanyaan-pertanyaan soal workshop yang kenape dah jam 1 lom dimulai ajeh. Ya udin, daripada bingung, nanya aja dah ke booth inafff nya yang dah buka, n tebak.. Kata mereka workshop mulai sekitar jam 2, padahal di jadwal kan dikasi tau nya jam 1. Trus sekalian kita juga nanya tentang nonton gratis Merantau ntar sorenya, dan ternyata bisa langsung diambil saat itu juga. Tadinya mo langsung minta buat hassei n shirei juga, tapi kata si masnya suruh mereka dateng langsung ajah, padahal dah gw jelasin perkara tentang dua ibu-ibu ituh. Tapi lagi-lagi dewi fortuna ada di tangan kita, Amel n Dhee ga berencana ikut screening, jadilah 2 tiket mereka dikasih aja ke gw. Hohoho..
Jam setengah 2, workshop mau dimulai. Kita yang udah daptar sebelonnya kudu daptar ulang dulu ke mbak-mbak yang mirip kakaknya Boboho. Pas daptar ulang ini, kita dikasi Tali Hape Merantau, Cinemags edisi Oktober 2009, 1 lbr Kertas HVS, dan pensil. Lumayan dah dari acara gratisan bisa dapet souvenir juga. Heuheu.. Eh, eh, terusnya pas daptar ulang ini ada yang lari gerabag-gerubug gitu dari tangga berjalan. Bukan, pelakunya bukan si HnS yang katanya mo lari pake kebaya, karena mereka mah nyampe GI juga sekitar jam 5. Jadi siapa dong 2 makhluk yang berlari itu? Jawabannya ada di edisi selanjutnya..
*digorok yang baca*
*terpaksa kembali nulis dengan leher terkulai bekas gorokan*
Ok, gw jawab. Mereka tuh Iko n JS. Keliatan dari muka mereka tuh panik banget! Mereka kira udah telat kali ye.. wakaka.. Coba bisa moto pas adegan ituh. =)) Tapi akhirnya karena merasa belum telat, Iko jalan dengan santai kembali.. Cling.. Cling.. mata cewek-cewek di rombongan kita langsung beraksi dah. Dengan sigap mereka ngecegat Iko dan minta foto-foto. Foto-fotonya bener-bener di tengah jalan! Jahaha.. Sambil nyebut nama kita satu-satu n pas giliran gw ngenalin diri, dia langsung bilang: "Oh, Abay *sambil nunjuk* Hahaha.." Weks, baguslah cuma bilang gitu, ngga dibanting or diapa-apain seperti yang diduga sebelumnya karena gw sering ngeluarin berita-berita sensasional tentang dia di Grup. Jahaha.. N setelah puas foto-foto (blon puas juga sih, soalnya 'misi' belum dilaksanakan), Iko pamit buat ganti baju untuk persiapan tampil di Workshop.
Eh, abis itu ada yang narik-narik tas gw. Gw kira dia nenek-nenek yang minta nafas buatan karena kaget baru pertama kali liat penampakan gw yang keren, tapi taunya itu si Nita n friend. Dia juga baru mau daptar ulang gitu lho. Dan terlihat sekali ada tatapan kecewa karena lom sempet ikutan foto2.. Hehe.. Setelah itu langsung masuk aja dah ke tempat Workshop, karena mbak-mbaknya juga dah ngumumin bahwa acara bakal dimulai.
Acara dimulai dengan pemanggilan beberapa dedengkot film Merantau diantaranya: Ario Sagantoro atau lebih akrab dipanggil Mas Toro selaku Produser Merantau, Gareth Evans alias Pak Bule yang merupakan sutradara pelem Merantau, Rakhmat Akbarsyah alias Abay sebagai pemeran utama yang memerankan Yuda, er... *dipelototin pembaca*, Ok, gw ralat, maksudnya Iko Uwais sang Pemeran utama, bang Yayan Ruhian sebagai Eric di film Merantau, dan 4 orang stunts yang kalau diliat aslinya keliatan lebih keker hihi.. Selanjutnya mas Toro mengangkat mic dan menyampaikan sambutannya soal acara yang diadakan di Blitz itu. And then, masuk ke materi pertama soal penulisan naskah dan bagaimana penerapan naskah ke dalam filmnya. Pokoknya dari sini gw jadi tahu sedikitlah gimana tugasnya sang sutradara untuk memvisualisasikan naskah yang ada di tangannya. Sebagai contohnya, mereka memutar adegan ketika Yuda kalah oleh Bodyguard Jhoni, di sebelah kirinya adalah teks naskah, di sebelah kanan adalah visualisasi dalam adegannya. Abis gitu, nerangin soal persiapan koreografi dalam film, pastinya sebagai contoh ditayangin video BTS yang the Choreography. Iko dan Kang Yayan pun mulai kebagian untuk bicara. Setelahnya dijelaskan kembali bagaimana upaya mereka memfilmkan koreografi-koreografi yang sudah dilatih dalam scene sesungguhnya. Sebagai contoh videonya mereka nayangin 3 scene: adegan Yuda vs 4 Bodyguard Jhoni (sebelah kiri layar adalah versi latihan, sebelah kanan adalah versi jadi), adegan pertarungan Yuda di apartemen setengah jadi yg ada bambu2nya, dan adegan container dimana Yuda diserbu oleh banyak anak buah Luc n Ratger. Abis itu mereka membahas soal pemilihan lokasi untuk syuting dan biasanya kesulitannya itu di bagian harus beradaptasi supaya koreografi berantemnya bisa pas dijalanin di lokasi ituh. Terus ngebahas soal scene yang harus dilakukan berulang-ulang demi mendapatkan hasil yang paling baik. Diliatin deh video pas syuting adegan tusuk bambu. Set dah, jadi kasian liat stuntman-nya karena dia harus rela ditusuk ampe sekitar 10 kali.. Wakaka..
Oh iya, sebenernya diantara bahasan-bahasan itu selalu ada sesi tanya-jawab, dan yang nanya dapet merchandise, diantaranya: Poster Merantau with SIGN, tongkat Harry Potter yang merupakan bonus cinemags edisi bulan Agustus 2009, atau satu lagi kayaknya CD yang isinya behind the scene merantau. Wih, mupeng juga sih. Tapi mo nanya keduluan orang melulu.. Eh, tapi gw-nya juga ga ngacung sih. Wakaka.. *dikepruks* Si nita juga mau nanya, tapi pertanyaannya bisa dibilang ampir sama ama salah seorang penanya lainnya, jadinya dia cancel juga tuh. Paling yang dapet cuma si Alna (poster dan tongkat sihir) sama Mas Utara (Poster Guede). Tadinya ga ngeh kalau itu mas Utara, tapi dari pertanyaan dia yang kira2 kayak gini: "Apa ada niatan untuk membuat film action yang mengangkat tokoh sejarah, seperti tokoh Untung Surapati gituh?" << tuh kan, nanya-nanya yang ada unsur Surapati-nya.. Ga salah lagi pasti mas Utara.. Kalau yang nanya ada unsur Luc-nya, pasti Hassei n Shirei. wakaka..
Acara workshop pun selesai kira-kira jam 4an. Para peserta workshop diperbolehkan untuk foto-foto lagi bareng pemain atau minta tanda tangan mereka. Udah deh ini mah langsung serbu ajah. Langsung samperin yang lagi nganggur, yaitu Iko n Kang Yayan. Kalo Gareth mah langsung ke tempat duduknya ngobrol ama entah siapa, sedangkan mas Toro-nya kabur, langsung tak terlihat di TKP lagih. Udah deh bersyukur ajah walau cuma dapet Iko n Kang yayan ajah. Mulai dah semua pada foto, dari rame-rame ampe cuma berduaan ajah. And, This is it, ini saat yang tepat untuk melakukan 'misi' itu, saat gw foto hanya berdua dengan Iko! Pose pertama mah biasa aja, gw cuma rangkul dia, setelah itu gw kasih kode ke nita untuk siap-siap foto 'misi' gw, tapi ternyata.. Mereka (nita, amel, dll) berkhianat. Mereka teriak: "Tidaak, Ikoo, jangan sampe dicium! Awas Ikoo, ada bibir seksi ngedeket! Awas RAMPOOK!" dan ekspresi teriakan lainnya. Jadilah pas baru nyentuh dikit aja kulitnya, dia dah berkelit, terus si cewek-cewek pada ketawa-ketiwi, terlihat sangat lega (apa gila?). Hihi.. Eh, si Iko-nya bilang gini: "Siapa teh tadi? Oh iya, Abay.. Haha.." Zzzz.. dia ikut ngetawain dah. Btw, kayaknya yang foto2 paling banyak tuh rombongan kita ya.. Yang laen mah kayak malu-malu. Terus mana mulai pada cerita soal kegiatan di pesbuk lagih. Untunglah, kayaknya Iko lom baca berita-berita gw. (tapi mungkin setelah buku Perantau diserahin, kemungkinan dia baca postingan2 gw.. hihi)
Misi berikutnya adalah minta tanda tangan! Ah, ga usah diceritain terlalu banyak dah. Soalnya ini mah misi paling gampang. Tinggal ngomong, udeh langsung dikasi. Gw juga mungkin klo ada yg deketin, tanpa harus dia ngomong, bakal gw kasih tanda tangan gw. Hehe.. Eh, tapi ada kejadian kocak pas minta tanda tangan Gareth, dia sempat merendah dan berdalih kalau dia ga jago untuk tanda tangan. Hehe.. Trus yang kocak lagi, pas kita minta tanda tangan mbak Maya Evans, kayaknya dia kaget gitu kenapa dia juga dimintain tanda tangan. Tapi emang sih, mungkin di situ cuma gw n nita yang sadar kalau itu tuh istrinya Mr Evans yang juga ikut memproduseri film Merantau *sotoy*. Abis itu gw pamit ke toilet dah, pas Workshop emang nahan pipis sih gara-gara sebelumnya kebanyakan minum soft drink (soft drink yg ditraktir bang Ahmad. Makasih bang..) n sekalian mo sholat ashar. Di toilet, paspasan ama Iko yang udah ganti baju, tapi lagi-lagi dia masang tampang terburu-buru. Kocak dah liat dia pas buru-buru kayak gituh. Jahaha..
Lalu tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Merantau versi International Cut akan segera dimulai. Rombongan Perantau n Ikois siap-siap untuk berangkat juga, tapi ternyata ada satu masalah! Ika n geng lom ngambil tiket! OH iya, lom nyeritain dimana kita ketemu Ika.. Kita ketemunya pas sesi foto2 setelah workshop itu lho. Heuheu.. Yah, pokoknya kurang 3 tiket. Bang Ahmad yang merasa ada yg ga beres pun nyamperin kita, setelah diceritain masalahnya dia langsung laporan ke kang Yayan n geng. N setelah itu kang Yayan dateng sambil lari-lari dan nyerahin tiket secara langsung sama si Ika. Wow, sungguh baik hati dan tidak sombong jagoan kita ini. Setelah semua siap, kita masuk dah ke ruangan bioskop. Pas masuk ini dikasih stikernya Merantau sama dikagetin ama orang yg pake kostum film 'Scream'. Untung gw bukan penakut (baca: lebih serem juga pas liat wajah sendiri.. heuheu..).
Di dalem studio, langsung milih tempat duduk paling strategis. Tapi ternyata kita tuh dateng rada telat, bangku-bangku atas dah ampir keisi penuh, sisa 3 bangku paling bawah. Ya udin, daripada kerebut orang lagi kita isi aja dah sebarisan bangku yang tersisa dan tak lupa nyisain 2 bangku untuk tamu kita Hassei (puspita) n Shirei (mas Bayu). Eh, iya pas gw liat keadaan sekeliling, gw ngeliat mas Toro dan seluruh pemain ikutan nonton cuy! MC pun membuka acara dengan memberitahukan kalau ini adalah tayangan perdana Merantau versi IC di Indonesia serta mengenalkan sutradara dan pemainnya kepada yang blum tau, film pun dimulai, dengan kata-kata: '“Dalam tradisi pemerintah kami (Jakarta), dimana suatu hari beberapa warga yang terpilih harus mau di-transmigrasi-kan ke luar Jawa, agar jumlah penduduk menjadi merata kembali. Dan ketika kembali ke kampung halamannya bisa menjadi orang seutuhnya alias sukses. Pulanglah nak.. kalau sudah banyak duit!” *ditereakin: 'OI, seenaknya aja dituker ama parodian lo!' (namanya juga gw lagi usaha.. wakaka..)*
Selama scene awal itu entah kenapa hati gw berasa kurang tenang, dan ternyata gw baru inget, HnS bakal dateng sebentar lagi, dan gw harus jemput mereka! Gw liat deh hape gw, barangkali ada sms atau calling dari mereka. Tapi akhirnya gw sadar, hape gw ga ada sinyal. Bahkan setelah nanya anak-anak laen, mereka juga kayak gitu. Huhu, ternyata studio di GI diseting biar ga ada sinyal ya. Bagus sih, tapi ga bagus buat gw. Ya udah, gw putusin untuk keluar tuk cari sendal jepit (LoL, lirik Fade2Black), ralat, tuk nyari 2 makhluk tersebut. Pas di luar gw calling mereka, n ternyata mereka bilang masih di taksi, sodara-sodara.. Dan kedengeran kalau mereka lagi ngos2an.. wakaka. *senangnya.. Halah* Dan diakhir pembicaraan gw disuruh masuk ama mereka, dengan alsan daripada gw ga nonton n penonton lain sedih ngeliat idolanya keluar studio. Tapi tetep ada titah dari mereka, untuk ngecek keadaan 15 menit sekali. Hihi..
Pas gw masuk lagi, baru sampe adegan Yuda pamit dan naek bis ke Jakarta. Pas diliatin Eric tuk pertama kalinya, eh, mas tisno (ketua Ikois Community, ketemu pas workshop sih, tapi baru inget tuk nyeritain dia di sini) nyeletuk: "Gw kira pertamanya dia copet lho!" dan gw pun setuju, itulah kesan pertama gw ngeliat tokoh eric. Wakaka.. Adegan-demi-adegan berlanjut sampai tiba saatnya adegan pengecekan cewek-cewek yang akan dijual, eh, 2 makhluk itu muncul! Kita lambai-lambain tangan deh supaya mereka tahu posisi tempat duduk para Perantau. Eh, pas mereka baru duduk mereka udah teriak-teriak, karena tepat pada saat itu diputar bagian Luc pertama kali muncul. Hihi.. Ah, pokoknya setelah mereka dateng, hati gw jadi tenang dan nonton pun bisa kembali tenang.
Seperti biasa, pas nonton Merantau reaksi penonton selalu aja ada macem-macemnya. Dari yang tepuk tangan setiap adegan aksi selesai, atau nyeletuk kalau ada adegan aneh, tapi yang paling gw inget sih pas si Luc mati, si Hassei ngomong rada kenceng: "Ih, kok malah pada ketawa sih!" wakaka.. Dan pastinya pas adegan Towel Guy (manusia handuk), seluruh studio tetep dibuat ngakak oleh ekspresi cengo Ba'a Maneso (pemerannya). Emang memorable scene dah!
Oh iya, diem-diem pas lagi nonton juga gw nulis beberapa scene yang di-cut untuk versi International cut ini, FYI, versi Indonesia atau dikenal dengan versi Director's Cut berdurasi 137 menit, sedangkan international cut berdurasi 107 menit. So, apa aja sih yang ilang atau yg berbeda di versi internasional ini? Inilah dia listnya:
- There is no Indonesian subtitle. Kagak ade subtitle bahasa Indonesianya pas dialog bahasa Inggris. Jelas sih, soalnya kan emang film ini kan emang untuk orang luar.
- Setelah Yuda menyelamatkan Astri, seharusnya ada adegan Astri pulang ke tempat tinggal mereka. Trus adegan Adit nabung di toples, dan Astri nyimpen duit di bawah karpet. Di IC ini dipotong.
- Ga ada adegan Yuda ngajarin silat ke Adit.
- Nyambung ama yang di atas, karena ga ada adegan itu, jelaslah adegan berikutnya dimana Yuda ketemu Eric tuk kedua kalinya pun hilang.
- Dan nyambung lagi, berarti adegan 'melamar kerja' pun ditiadakan! No Ogre vs Eric scene, sodara-sodara! Padahal adegan ini top abis ya. Alesan gareth motong ini sih katanya karena ingin memfokuskan versi IC pada karakter Yuda, sehingga side story karakter lain pun terpaksa dihilangkan. Dia juga tadinya rada berat untuk ngehapus adegan ini.
- Adegan Yuda nelpon Amak. Tetep ada sih, tapi ada beberapa dialog yang dipotong. Sehingga nelponnya jadi rada bentaran.
- Adegan Astri dan Yuda yang cekcok di pinggir jalan, setelah Yuda nyelametin Astri yang udah di tangan Ratger.
Dan selebihnya sama dengan yang kita tonton di bioskop Indonesia. Eh, tapi kemungkinan masih ada yang dipotong lagi sih, karena kan gw sempet keluar pas awal-awal. Buat yang nonton secara full, ada yang dipotong kah di bagian awalnya?
Setelah film selesai, seperti yang tertera di jadwal inafff, bakal dilangsungkan sesi QnA with Director. Mulai deh satu per satu bertanya, dari yang nanyain kenapa harus dibedakan antara versi DC n IC, atau kenapa versi Ogre harus dicut, sampe terakhir apa hubungan Luc n Ratger sebenarnya? Jahaha.. Abis acara selesai, kita mulai cari-cari pemain dan kru Merantau-nya lagi, karena emang buku buatan Perantau lom dikasih. Shirei ngasih buku pertama ke gw untuk diserahkan ke Mr Evans. Gw dengan semangat pantang mundur pun langsung deketin dia, Mr Evans yg sadar dideketin orang keren pun bilang: "Yes?" Dan gw yang lebih jago Basa Sunda dibanding Bahasa Inggris cuma bisa ngomong: "its for you!" sambil ngasihin bukunya. Wakaka.. Gareth langsung jingkrak2 kegirangan tuh dapet merchandise dari orang keren. Hehe.. Eh, si HnS nimbrung dari belakang: "Itu buku tentang kegiatan di forum, isinya fanfic, fanart, dll.." Gareth bilang lagi: "Thanks". Buku kedua, kebetulan yang paling deket adalah Mas Toro. Diliat dari jauh sih mas toro lagi mo ngintip2 dikit bku yang ada di tangan gareth, tapi sebelum Gareth minjemin bukunya ke mas Toro, HnS ngasih bukunya langsung. Heuheu.. Lirak-lirik lagi dan ketemulah Iko, langsung deh mas Tisno yang mo ngasih banner mini ikois dan HnS yang mo ngasih buku ketiga, nyamperin dia. Terakhir Kang Yayan. Dimana kang yayan? Kita serombongan keluar dan kebetulan gw liat kang Yayan lagi jalan di depan, gw kasi tau HnS dah, eh salah satu dari mereka tereaak: "Kang Yayaaann.." ampe kang Yayan noleh n dikasihlah buku keempat. Misi beres? Iya sih. Tapi kita pengen untuk foto-foto lagi. Ya udah dah, pemain dan kru merantau beserta perantau dan ikois foto bareng untuk terakhir kalinya. Bener-bener unforgotable moment! Blitz langsung rame tuh gara-gara makhluk2 itu semua. Jahaha..
Puas dengan foto-foto bareng pemain, Perantau pindah foto di luar untuk foto bareng. Lagi-lagi fotonya ngalangin jalan n berisik, ampe diusir security Blitz-nya. Jahaha.. Setelah itu gw pamit dah, ngejer kereta terakhir cuy! So, begitulah report utuh kegiatan di Blitz, semoga yang ga ikut juga jadi seneng ye baca report ini.
NB:
- Ternyata salah satu anak Indohogwarts ada yang bapaknya seorang kru Merantau tepatnya seksi transportasinya. Dia-nya pake kaos Merantau sih, jadi gw tanya2.. *mupeng*
- Ternyata jadwal kereta terakhir ada yang jam setengah sepuluh (Ekonomi AC) tapi gw mah naek yang eko aja deh. Lebih cepat lebih baik. Tapi.. Sialnya mogok tengah jalan pas di UI. Mana gerbongnya cuman 4 biji. Jadilah tuk sesaat dalem gerbong kereta, kayak dalem Microwave. Jahaha..
- Gw bawa snack, tapi baru inget pas pulang. Dimakannya pas dah di angkot menuju rumah. Wakaka..
- Thanks buat semua yang hadir ya.. Buat yang belon bisa hadir, maybe next time we meet.
Label:
film merantau,
iko uwais,
inafff,
inafff 09,
inafff 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)