Saturday, April 16, 2016

Fanfic: Sepulang Sekolah versi Hogwarts

Horee, akhirnya gw bisa nyelesein fanfic pertama gw di tahun ini. Setelah sekian lama absen nulis FF, bukan berarti gw ngilangin passion nulis gw lho. Cuman emang paling gampang kalo gw nyalahin keterbatasan waktu, yeah, semua karena kesibukan di dunia nyata (padahal alesan aslinya males doang, tok! Haha). Sebenernya kepikiran nulis fanfic dengan fandom HarPot ini juga karena gw tiba-tiba dapet ide setelah nonton Vlog 'Sepulang Sekolah'  buatan salah satu fans gw pas sekolah dulu (mr Bonx-Q) beserta gengnya *sok diidolain* *narsis mode: max*. So, terbersitlah ide untuk menggabungkan kedua fandom itu, jadi karakter utamanya ngambil dari 'Sepulang Sekolah' series, sedangkan settingnya ngambil Potter-verse. Gimana hasilnya? Lets cekidot..

Btw, demi kenyamanan bersama, dan supaya nyambung ama cerita gw dan karakterisasi tokoh, ada baiknya buat para pembaca buat nongton vlognya dulu dah, eh, tapi mudah-mudahan buat yang tau HarPot doang juga bisa nyambung ya! << penulisnya ababil. Ahaahaha..

---------------------------------------


Fandom : Harry Potter >< Sepulang Sekolah Series
Genre : Humor
Disclaimer : JK ROWLING, Sepulang Sekolah Cast n Crew
Timeline : Tahun ke-3 pemeran utama
Rating : Semua Umur


Sepulang Sekolah versi Hogwarts


“Oi, Jui!” teriak seorang siswa Hogwarts bertubuh tinggi namun berperawakan biasa plus nasib yang luar biasa biasa *pemborosan kata #Eh* ketika dia masuk ke salah satu pub yang berada di Hogsmeade. Kala itu memang merupakan hari kunjungan siswa Hogwarts ke salah satu desa sihir yang masih eksis di Inggris Raya.

Temannya yang merasa dipanggil hanya membalas dengan melambaikan tangannya saja, lalu memberikan kode kepada siswa tadi untuk duduk di sebelahnya dengan mengedip-ngedipkan genit matanya.

“Buset, Koi!” kata siswa bertubuh gempal berambut keriting bernama Jui. “Lama amat si lo, kemana aje sih? Gua udah ampir lumutan nih nunggu lo di sini, mana gua rada parno juga, soalnya di sini pengunjungnya meskipun dikit tapi pada berpenampilan aneh..”

“Nah, makanya gua ngajakin lo ngumpul di sini.. Biar lo berasa kayak di rumah..” jawab Koi, sambil melirak-lirik ke sekitarnya..

“Maksud lo?” Jui terlihat tersinggung. “Biar gua kayak balik ke alam gua gitu?”

“Eh, enggak Jui, becanda – walau sedikit jujur.. Hehe..” kilah Koi saat melihat Jui terlihat siap memukulnya. “Gua milih tempat ini karena di sini sepi, jadi gua bisa bebas curhat ama lo nih. Hiks..”

“Tunggu dulu, tunggu dulu.. Sebelum lo curhat, jawab dulu pertanyaan gua tadi, lo kenapa bisa telat sampe sini?”

“Oh tadi itu gua..”

“Permisi, ada yang mau dipesan?” tiba-tiba omongan Koi terpotong oleh pelayan sekaligus pemilik pub Hog’s Head yang memiliki jenggot seperti kambing bernama Aberforth. “Kalau tidak ada, silakan mengobrol di tempat lain saja..”

Koi yang merasa kalimatnya terpotong langsung menengadahkan kepalanya kepada sang pemilik pub, mencoba mengintimidasi dengan memicingkan matanya, tapi sepertinya dia sadar, dia kalah seram. Akhirnya dia melihat ke atas meja di depan mereka, lalu melirik Jui, “Jadi dari tadi lo belum pesen apa-apa, Jui? Pantes aje atuh yang punya rada keki.”

Jui yang ditanya hanya tersenyum lemah, kemudian berbisik kepada Koi, “iya, kayak gak tau aja lo, Koi, duit gua abis buat beli ginian..  Ramuan Cinta.. Kali aja manjur.. Hehe..”

“Yassalam, Jui!” ujar Koi tak percaya. “Ya udah, sir, saya pesan Butterbeer 1 gelas ya.. Lo mau juga gak? Tapi entar bagi dikit ya ramuannya..”

“Ga usah, Koi, segelas aja.. Segelas berdua biar lebih romantis. Hehehe..” kilah Jui sambil memeluk erat belanjaannya, takut diminta si Koi.

“Jadi satu gelas Butterbeer saja?” tanya Aberforth lagi, dengan memasang wajah masam.

“Iya, satu saja, terima kasih..” Jui yang menjawab.

Aberforth pun meninggalkan meja dari sepasang makhluk ajaib di depannya, Mungkin di dalam hatinya dia menggerutu, ‘Kok masih ada ya, pelanggan sejenis mereka, jadi pengen nyumbang!’

Dan sepeninggal Aberforth, Jui kembali bertanya kepada Koi, “Emang lo tadi telat abis ngapain sih?”

“Tadi itu gua disuruh ama Prof Hagrid buat nganterin bahan ramuan ‘Bejo- bejo’ apa gitu ke Prof Slughorn makanya jadi rada lama ke sini.”

“Oh, Bezoar?” tebak Jui, mulai menampakkan ke-sok-pintarannya.

“Iya kali ya..”

“Ya jelaslah itu Bezoar.. Bentuknya bulat-bulat kecil, diambil dari dalam perut kambing.. Terbentuk dari segala makanan yang mengendap di saluran pencernaan kambing sehingga menjadi batu.”

“Hoo, gitu.. Terus gunanya buat apaan?”

“Pertanyaan bagus..” Jui semakin bergaya seperti guru yang sedang menjelaskan pelajaran ke muridnya. “Bezoar tuh berguna sebagai penawar untuk hampir segala jenis racun dari yang skala biasa sampe yang mematikan, coy. Cara pakenya juga gampang, cukup buat korban menelan langsung Bezoarnya udah deh. Tapi Bezoar juga sering dijadiin sebagai salah satu bahan ramuan juga, emang kayaknya bakalan lebih ampuh kalo dicampurin tambahan bahan lain juga kali ya..”

Seraya mencoba mencerna segala penjelasan dari Jui, pikiran Koi melayang, matanya malah fokus melihat Aberforth yang baru datang membawa satu gelas Butterbeer pesanan mereka di gelas yang kotor. Kemudian dia juga memperhatikan Aberforth yang telah meninggalkan meja mereka lagi sedang menebarkan sejenis racun tikus di pojok-pojokan ruangan. Namun betapa herannya si Koi, karena dia masih mendengar suara tikus-tikus berseliweran di atas langit-langitnya. Koi pun baru ingat, kalau Aberforth memelihara kambing, dia pun bergumam dalam hati, ‘Hmm, jangan-jangan tikus-tikusnya masih banyak karena pas mereka mamam racun, mereka langsung makan bezoar yang berceceran di kandang kambing juga..’

“Koi, oi, Koi.. Ngarti kagak? Malah bengong..” ujar Jui, rada keki karena merasa ocehannya dianggurin.

”Iya, gua ngarti. Tapi emangnya ada bukti kemanjuran obatnya gitu? Kan jaman sekarang mah No pic – hoax, eh, untuk kasus ini mah no bukti – hoax!” kata si Koi sambil sok kekinian.

“Buset dah, Koi.. Catatan tentang khasiat Bezoar kan ada di buku ramuan lo, ketauan banget ga pernah dibaca! Lagian, emangnya lo ga pernah denger kalo dulu legenda dunia sihir kita, Harry Potter, pernah nyelametin sahabatnya yang kena racun salah sasaran..”

“Harry Potter? Kayak pernah denger..”

“Waduh, Harry Potter juga ga tau?” Si Koi cuma geleng-geleng kepala, Jui makin kaget. “Emang sih lo dari keturunan muggle, tapi kan lo tinggal baca di buku Sejarah Sihir aja yang nyeritain kisah-kisah masa lalu..”

“Euleuh, sori, Jui.. Gua udah move on, jadi ga mau bahas masa lalu lagi..” ucap Koi ngeyel.

“Serah lo dah..” Jui terlihat keki, sampai tiba-tiba..

“Jui, Koi.. Wah, ada di sini juga?” sapa Bryan, kakak kelas Jui dan Koi yang terkenal rese, bodinya yang besar bak preman pasar memang membuat dia ditakuti di seantero Hogwarts. “Kok kalian malah bengong, bukannya nyapa balik?”

“Ha, halo, Bray (panggilan Bryan)!” ucap Koi.

“Kok lo bisa di sini, Bray?” tanya Jui sok asik kepada Bryan.

“Oh, tadi gua abis ketemuan ama babeh gua, tuh itu tuh yang di luar, yang pake mukena motif warna-warni. Dia nganterin uang jajan gua yang udah abis.. Hehe..” jawab Bryan, sambil menunjuk ke luar, tak berapa lama ayahnya langsung berdisapparate. Mau tak mau Jui dan Koi jadi berpikiran yang ‘iya-iya’ deh, masak anaknya nyeremin gini, ayahnya pake mukena warna-warni. Tapi emang sih, pengunjung di Hog’s Head tampilannya beneran aneh-aneh. “Eh, ini Butterbeer siapa? Kok belum diminum? Gua aus nih, abisan babeh gua ga ngebeliin gua..”

“I-itu, punya gua.. Sok aja kalo mau mah..” ujar Koi pasrah daripada nanti dia kenapa-kenapa.

“Seriusan, Koi! Gua abisin yak,”  Bryan pun langsung saja menenggak habis minuman di depannya hingga tak bersisa. “Aah, makasih, Koi.. Seger banget.. Udah ya gua cao du.. lu..”

GEDEBUM!

Bukan, itu bukan suara gajah terjatuh, apalagi suara bom Hiroshima (meskipun mirip sih), tapi itu suara Bryan yang jatuh pingsan di depan Jui dan Koi setelah menghabiskan minuman tadi. Posisi jatuhnya telentang, matanya terpejam, tapi badannya gerak-gerak kejang dan dari mulutnya keluar busa. Jui yang panik langsung berteriak-teriak minta tolong, sementara Koi malah berlari keluar.

“Ada apa ini? Ada apa?” tanya Aberforth ikutan panik.
“Ini, Sir, dia pingsan lalu kejang-kejang setelah meminum ramuan cinta, eh, butterbeer di meja kami..” jawab Jui, sambil menunjuk ke gelas butterbeer yang kosong.

“Ah, masa sih? Sebentar coba yah..” Usai berkata seperti itu, Aberforth berjalan menuju dapur yang Jui kira dia sedang mengambil obat, eh, ternyata, “Hmm, pantesan dia keracunan, ternyata butterbeernya sudah kadaluarsa dari setahun lalu. Padahal saya kira baru lewat seminggu..”

Jui pun menepuk jidatnya karena tak percaya. “Ya udah, sir, sekarang ada obatnya ga? Daripada nanti keburu kecium media, terus tersebarlah headline ‘Siswa Hogwarts tewas karena Sianida’, hayo!”

“Wah benar juga, udah mah tempat ini sepi, nanti tambah sepi dong ya! Hmm, sebentar, sepertinya ada sih obatnya, eh, tapi kayaknya udah kadaluarsa juga..” Aberforth makin terlihat kebingungan.

“Tenang sodara-sodara!” tiba-tiba sosok Koi sudah ada di depan mereka, berlagak seperti pahlawan kesiangan sambil memegang sesuatu yang berbentuk bulat di tangan kanannya yang terangkat ke depan. “Gua udah bawa penawar racunnya..”

“Jangan-jangan itu...”  Jui mencoba menebak bahwa yang dibawa oleh Koi itu Bezoar, tapi belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, Koi sudah mengangguk-ngangguk dengan sok cool. “Ya udah, Koi, buru masukin ke mulutnya!”

Dengan semangat 45, Koi langsung memasukkan benda yang dipegangnya ke dalam mulut Bryan. Kemudian dia meminta air putih kepada Aberforth supaya semakin gampang tertelan. Dan hebatnya, tak perlu waktu berapa lama, obatnya langsung bereaksi. Bryan pun terbangun, dan tiba-tiba memuntahkan semua yang ada di perutnya ke lantai. Jui dan Koi pun hanya bisa saling pandang, tak menyangka apa yang sedari tadi mereka bahas, bisa jadi berguna.

-=-=-=-=-=-=-=-=-==-=-=-=-=-=-=-

Esoknya sepulang sekolah dari pelajaran terakhir mereka, Jui dan Koi mencoba bersantai-santai di pinggir danau Hogwarts. Mereka pun membahas kembali kejadian yang mereka alami kemarin di Hog’s Head.

“Eh, Koi, berkat lo nyelametin si Bryan kemaren, sekarang dia ga pernah macem-macem ke kita lagi lho. Hebat euy..” puji Jui kepada sahabatnya.

“Ah, itu juga kan berkat pelajaran singkat dari lo, Jui, makanya gua jadi tau tentang Bezoar..” Koi balik memuji, kemudian keduanya cengegesan.

“Tapi seriusan lho, Koi, lo bisa dapet Bezoarnya dimana?” Jui penasaran.

“Jui, Jui, elo boleh pinter, tapi tetep soal bakat detektif, gua jagonya. Masa elo gak ngeliat sih kalo di sebelah Hog’s Head itu kandang kambing..”

“Oh itu kandang kambing, gua kira kandang Babi, soalnya kan logo restorannya pala babi!”

“Ckckck.. Nah, kan di situ banyak banget dah tuh Bezoar yang bulet-bulet kecil, ya udah gua ambil aja deh tuh satu, yang udah keliatan kering..” kata Koi dengan penuh percaya diri.

Namun bukannya membuat Jui takjub, Jui malah melongo tak percaya, “Buahahaaaaa, udah gua duga!”

“Apaan sih, Jui? Itu beneran Bezoar kan?”

“Itu mah cuma kotoran kambing biasa atuh, Koi, buahahahaa! Bezoar mah susah ngambilnya, karena batunya ngendap di perut kambing, harus digodet dulu perutnya. Buahaha..” Jui makin puas tertawa, ketika tahu selama ini temannya salah sangka tentang bezoar.

“Eh, yang bener, kali aja kan batu yang ngendapnya ga sengaja keluar dan nyatu ama kotorannya. Lagian, kok si Bryan tetep selamet?” si Koi masih tetep ga terima ama teori si Jui.

“Ya, gimana ga selamet, orang dia langsung muntah abis makan e’o kambing.. Racunnya keluar di muntahannya semua lah.. Hahaha..”

“Hmm, masuk akal juga..”

“Hahaha, Koi, Koi, gua kira elo udah naek derajat dikit kepinterannya, ternyata sama aja..”

“Ah, biarin dah.. Yang penting si Bryan sekarang udah ga pernah rese lagi ke kita kan..”

“Anjrit, Koi, gua.. sakit.. perut.. Huahahaha..”

“Diem, Jui, dieem! Gua juga jadi pengen ketawa kan ngebayanginnya. Ahaha..”

Dan selama sore itu mereka terus saja tak berhenti tertawa karena kepikiran kejadian ‘bezoar kw’ kemarin. Mereka pun tak hentinya mengucap syukur karena efek ‘bezoar kw’-nya tidak menambah parah efek keracunan dan malah menyelamatkan nyawa temannya. Tambah lagi sekarang mereka sudah bebas bully. And here it goes, seperti cerita dongeng lainnya, Jui dan Koi pun happily ever and after.

The End ^_^

-----------------------------------


Gimana? Garing kan? As usual itu sih.. Hehe.. Ya udin, daripada mengkel dalam hati, silakan komentari fanficnya di kolom komen di bawah ye... Btw, nuhun udah meluangkan waktu buat baca tulisan di atas. Yu dadah, babay..

Link Fp nya Sepulang Sekolah nih:
Just click the image