Berteduh
30HariMenulis2019_Hari_5
813 kata
Bogor dan hujan. Rasanya sudah
tidak asing lagi ‘kan dengan kedua kata itu? Makanya mereka pun bisa berkolaborasi
dengan baik sehingga menghasilkan nama sebutan kota hujan. Tetapi herannya, aku
dan mungkin masih banyak penduduk lokal kota ini jarang membekali diri dengan
jas hujan di motor yang kami bawa setiap harinya. Makanya tidak usah heran
ketika hujan turun, masih banyak saja yang menepi dan berteduh di toko-toko
atau warung yang ada di pinggir jalan, seperti yang ku lakukan sekarang ini.
Aku berteduh di sebuah warung
tenda pecel lele yang tidak begitu ramai. Terlihat hanya ada empat orang yang
ada di dalamnya, tujuh jika aku dan dua pekerja warungnya dihitung. Ngomong-ngomong
soal tidak ramai, sepertinya aku baru sadar kalau yang berteduh di sini ya
memang pelanggan yang sedang makan. Jadi daripada tidak enak hati, aku pun
memesan seporsi pecel lele juga. Padahal sejam sebelumnya, perutku baru diisi
ketupat sayur plus opor ayam saat aku bersilaturahim ke rumah bibiku tadi.
“Mas, pecel lelenya dimakan di
sini?” tanya si Mamang yang memakai baju biru dongker.
“Iya, Mang.”
“OK, tunggu sebentar ya!”
Aku pun menganggukkan kepala. Sambil
menunggu pesanan tiba, ku keluarkan gawaiku. Dengan sigap, jempolku menekan
icon permainan Candy Crush Saga agar
aku tak bosan menunggu. Saat memainkan permainan itu, aku pun tak sengaja
mendengar percakapan diantara dua pengunjung di dekatku yang baru saja selesai
makan.
“Dita, abis ini kita nonton yuk!”
ajak gadis berkerudung pink yang berada di paling ujung.
“Boleh juga tuh. Tapi mau nonton
apa? Soalnya film yang baru tayang ‘kan film Indonesia doang,” timpal teman di
sebelahnya yang dipanggil Dita itu. “Elo udah nonton Aladdin ama Godzilla belum,
Re?
“Udah dong. Udah streaming itu sih. Jelek ah filmnya kata
Rere mah!”
Uhuk. Aku langsung terbatuk
karena mencoba menahan tawa. Lagipula, kedua film yang disebut tadi itu ‘kan
masih tayang di bioskop. Jadi meskipun ada streaming bajakannya, pasti
kualitasnya masih buruk. Makanya tidak heran kalau perempuan bernama Rere itu
berkesimpulan kalau filmnya jelek. Aku sendiri sudah menonton keduanya di
bioskop dan pastinya terpuaskan.
“Ih, seriusan udah nonton? Emang
film Indo yang tayang sekarang belum ada streamingnya
juga gitu?”
“Yee, kalau ada mah, ngapain Rere
ngajakin Dita nonton ke bioskop. Lagian sekarang ‘kan uang THR masih banyak,
jadinya gak rugi amat deh nonton juga.”
Hmm, ternyata itu alasan dia
untuk menonton. Kepalaku manggut-manggut sambil tetap menahan tawa.
“Ya udah, bentar gua cek jadwal
film yang tayang dulu,” Ku perhatikan si perempuan bernama Dita mengecek
gawainya, “Nih, Re, ada Ghost Writer, Hit n Run, Si Doel 2, Single 2, sama
Kuntilanak 2. Mau nonton yang mana?”
“Kayaknya yang menarik cuma Ghost
Writer sama Kuntilanak 2. Seru ‘kan nonton hantu-hantuan di bioskop!”
“Hmm, bener juga sih. Gua juga
kalau nonton film di bioskop palingan nonton genre itu aja. Kalo enggak
cinta-cintaan. Terus jadinya mau nonton apa? Ghost Writer aja kali ya? Soalnya
Kuntilanak 2 ‘kan belum nonton yang pertamanya?”
“Ih, jangan. Judul film yang pake
bahasa Inggris malah suka gak seru. Hantunya juga pasti nanti pake hantu bule.
Kuntilanak aja deh. Lebih membumi juga ‘kan hantunya!”
“Oke lah. Ya udah, cuss yuk. Udah reda tuh hujannya.”
Ya ampun. Setelah tadi aku hanya
bisa menahan tawa, sekarang malah dibuat geram dibuatnya. Alhasil aku hanya bisa
menggeleng-gelengkan kepala saja mendengar percakapan rencana nonton mereka itu.
Padahal ingin sekali aku berteriak di depan hidung mereka dan bilang, ‘HELLOW,
MINIMAL LIHAT SINOPSIS DAN TRAILERNYA NAPA?’
Rasanya sedih juga. Ternyata
selera penonton Indonesia memang masih belum bisa beranjak dari yang namanya
horor. Meskipun tidak bisa dipukul rata juga sih. Tetapi kedua perempuan tadi
memang bisa menjadi gambaran selera penonton people zaman now. Makanya tidak heran, pendapatan film
hantu-hantuan biarpun secara kualitas filmnya jelek, minimal tetap mendapat
ratusan ribu penonton.
Huft. Biarlah. Toh aku juga belum
menonton ke semua film Lebarannya. Barangkali malah film si neng Kunti itu
bagus. Siapa tahu ‘kan?
Aduh, tapi entah kenapa malah
jadi kepikiran terus. Apa aku harus membuktikan dengan mata kepalaku sendiri juga
ya? Ya sudah lah, aku bakal cicil nonton film Lebarannya satu per satu. ‘Lagian sekarang ‘kan uang THR masih banyak,
jadinya gak rugi amat deh nonton juga’ quote by mbak Rere.
“Mang, pecel lelenya dibungkus
aja ya!” seruku tiba-tiba, si Mamang sampai kaget.
“Lha, gak jadi makan di sini,
Mas?”
“Iya, saya mau nonton bioskop, takut telat,” ucapku sambil bersiap-siap beranjak dari bangku, “Jadi pecel lelenya mau saya jadiin bekel buat nonton aja deh. Hehe..”
“OK, mas, siap!”
Usai menerima pesanan makanan dan
membayarnya. Aku pun keluar dari warung tenda itu menuju mall terdekat. Dengan
misi menuntaskan film Lebaran 2019 ini.
Eh, terus aku mau menonton apa
dulu ya? Eit, jangan kayak yang tadi dong. Mari kita cek sinopsis, trailer, dan
bahkan reviewnya terlebih dahulu sebelum menonton. Karena meskipun secara
materiil kita tidak dirugikan, tetapi secara waktu malah bisa terjadi apabila
film yang ditonton berkualitas jelek. Oke sip, sudah dulu ah ceramahnya. Yuk,
kita kemon! Dan film pertama yang akan ditonton goes to ....
Tamat
No comments:
Post a Comment