Yuhuu, berhubung tantangan kali
ini tuh fanfic, maka gw yang lagi rada buntu nulis hal yang berbau fanfic pun
mulai nyari-nyari inspirasi dengan baca-baca fanfic koleksi gw jaman breto bin
jaman dulu dan mendapati bahwa gw pernah nulis sebuah fanfic yang
berandai-andai Jika Hogwarts Berada di Indonesia. Jadi di fanfic jilid 1 itu gw
nulis soal gimana kalo budaya ngaret di Indonesia tuh kejadian di dunia Harpot
sana. Nah, dari situ gw pun terinspirasi buat lanjutin tulisannya soalnya dulu
di bagian NB-nya gw sempet bilang kalo bakalan bikin fanfic berseries dari tema
ini, tapi nyatanya hanya angan belaka. Haha.. Yowis lah, di tantangan ini mari
kita wujudin angan-angan gw dulu. XD
Jika Hogwarts Berada di Indonesia:
Jilid 2
#30harimenulis2019_hari_20
854 kata
Setting: Tahun Pertama Harry
Potter
Rating : Semua Umur
Disclaimer: Semua tokoh dan
seting tempat kepunyaan Mamih JK Rowling
“Seseorang bernama Neville
Longbottom menghilangkan kodok peliharaannya, apa diantara kalian ada yang
melihat?”
Harry dan Ron langsung
berpandangan ketika seorang perempuan dengan rambut cokelat bergelombang masuk ke
dalam kompartemen mereka di kereta Hogwarts Express.
“Ka, kami tidak melihat apapun,
iya ‘kan, Harry?” Ron kelihatan salah tingkah dan malu-malu. Harry hanya
mengangguk meng-iyakan.
“Tunggu dulu, kau Harry Potter?” perempuan
tadi terperangah seakan baru saja menemui idolanya. “Err, berarti kau punya
luka itu ‘kan?”
“Tentu saja,” jawab Harry seraya
mengangkat poni rambut yang menghalangi dahinya untuk memperlihatkan luka petir
yang menurut Hagrid dia peroleh dari sihir gagal Lord Voldemort ketika dia
masih bayi. Entah kenapa dunia sihir begitu takjub dengan luka petir itu,
makanya Harry selalu menyembunyikannya di balik poni agar dia menghindari kejadian
seperti yang terjadi sekarang ini.
“Wow! Bocah yang bertahan hidup!
Perkenalkan, namaku Hermione Granger!” Sambil memperkenalkan diri, tangannya
langsung bersalaman dengan Harry. Setelah itu dia melirik ke arah anak berambut
merah di sebelahnya. “And you are?
Namamu?”
“Ron. Ron Weasley.”
“Salam kenal kalau begitu!
Ngomong-ngomong Harry, apa ini tahun pertamamu juga di Hogwarts?” tanya si
perempuan bernama Hermione itu, tanpa menggubris Ron.
“I, iya. Ini tahun pertamaku,”
jawab Harry. “Memangnya kenapa?”
Hermione tersenyum. Kemudian
membuka buku yang sedari tadi dia peluk di depan dadanya.
“Lihat, Harry,” Hermione menunjuk
ke gambar sebuah kastil dengan pemandangan indah di sekitarnya. “Ini adalah Sekolah
Sihir Hogwarts tempat yang kita akan tuju sekarang. Indah sekali ‘kan? Pasti
kau baru lihat ya? Makanya baca buku Sejarah Hogwarts ini dong! Sebelum
berangkat, aku sudah membaca ulang sampai 3 kali lho. Hehe.”
Harry yang memang baru melihat penampakan Sekolah Sihir
Hogwarts pun langsung berdecak kagum.
“Keren sekali!” gumamnya.
“Nah, di depan Hogwarts ini ‘kan
ada danau besar tuh. Menurut buku ini, untuk murid tahun pertama masuk Hogwarts-nya
dengan naik perahu sambil melintasi danau itu lho!” Mata Harry semakin
berbinar-binar mendengar penjelasan Hermione.
“Eh, tapi tunggu dulu, bukannya..”
“Satu perahu biasanya berisi 6
anak,” papar Hermione lagi-lagi tanpa memedulikan Ron yang hendak angkat
bicara. “Setiap anak juga nantinya dibekali sebuah lampion untuk menerangi
perahunya.”
“Terus, yang mendayung perahunya
siapa?” Harry makin tertarik.
“Tenang saja, perahu ini melaju
dengan sendirinya menggunakan sihir. Jadi kita hanya perlu duduk diam saja di
atasnya ...”
“Tunggu, Hermione, apa kau tidak
deng-“
“Tapi ingat ya, Harry,” Hermione
memotong perkataan Ron lagi, “jangan pernah memasukkan tanganmu ke dalam air
danau. Karena kabarnya danau itu diisi banyak makhluk-makhluk air yang buas!”
“Siap! Nanti kita naik satu
perahu ya, Hermione,” ucap Harry terlihat senang dan tidak sabar merasakan
sensasi pertamanya melintasi danau Hogwarts.
“OK, kalau begitu aku akan
kembali ke kompartemenku dulu, sampai ketemu lagi!” Hermione langsung keluar meninggalkan
Harry yang masih tersenyum senang dan Ron yang kelihatan kikuk seperti akan
mengatakan sesuatu.
“Perhatian kepada penumpang Hogwarts Express, sebentar lagi kereta akan
sampai di Stasiun Hogsmeade, segera kenakan pakaian Hogwarts dan perhatikan
barang bawaan kalian di saat keluar nanti ...”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
TUUUT... TUUUUUUUT! Suara dari
Hogwarts Express begitu menggema saat kereta itu sampai di Stasiun Hogsmeade.
Murid-murid Sekolah Sihir Hogwarts pun turun satu per satu.
“Tahun pertama kumpul di sini,
Tahun pertama kumpul di sini!” teriak sosok pria besar berjanggut tebal dan
memegang lampion di sebelah barat stasiun. Harry, Ron, Hermione, beserta anak
tahun pertama yang lain pun berkumpul di dekat pria itu. “Selamat datang di
Hogwarts, anak-anak! Namaku Rubeus Hagrid, dan aku yang akan mengantar kalian
menuju Aula Besar.”
“Yes, sekarang momennya nih!” cicit Harry senang sambil menoleh ke
arah Hermione.
“Kita akan menyeberangi danau
Hogwarts dengan menggunakan perahu,” Hagrid menjelaskan, “Silakan bentuk
kelompok masing-masing 6 orang, dan ambil lampion untuk penerangannya juga.
Lalu silakan antri di depan dermaga danau.”
Harry, Ron, dan Hermione tentu
saja langsung menjadi satu kelompok, ditambah tiga anak lainnya yang bernama
Neville, Seamus, dan Dean. Saat mengantri di dermaga, Harry merasa tidak sabar untuk segera naik ke
perahu dan masuk ke Sekolah Sihir Hogwarts untuk pertama kalinya. Bibirnya tak
henti-hentinya merekah memamerkan senyuman saking senangnya. Hingga akhirnya
tiba giliran mereka untuk naik ke perahu.
“Hup,” Hagrid mengangkat tubuh
Harry ke atas perahu. “Ok, perahu sudah penuh. Hati-hati ya, jangan masukkan
tangan kalian ke dalam danau! Dan jangan lupa tutupi hidung kalian dengan
masker.”
“Tunggu, tutupi hidung dengan
masker?” Hermione bingung. Kemudian dia melirik ke arah Ron, Neville, dan
Seamus yang sudah menggunakan masker. “Jangan-jangan ...”
“HOEK!” Harry jadi anak pertama
yang muntah, diikuti oleh Dean dan Hermione.
“Kalian keturunan muggle ya?”
tanya Seamus.
“Yeah, dan aku sedari di kereta tadi
sudah mau memperingatkan mereka kalau danau sekarang sudah tercemar oleh sampah
dan limbah warga. Sehingga aroma baunya menyengat, tapi selalu saja perkataanku
dipotong!” kata Ron sambil mendelik ke arah Hermione. “Tuh lihat, bangkai ikan
pun sampai mengambang di permukaannya. Hiiy!”
Harry yang mualnya sudah agak
berkurang langsung menutupi hidungnya dengan syal yang dia pakai. Euh, semua
ekspektasi perjalanan melintasi danau nan indah serta ditemani angin
sepoi-sepoi menyejukkan pun sirna sudah. Berganti dengan perjuangan menahan
mual dan rutukan keluar dari mulut mungilnya itu.
Harry sungguh tak percaya. Betapa
jahat sekali mereka yang telah mencemari danau ini. Apa mereka tidak tahu bahwa
‘Kebersihan adalah sebagian dari iman’? Euh, terserahlah, yang pasti sekarang
yang ada di pikiran Harry, dia ingin segera sampai ke daratan secepat mungkin.
Selesai
Nah kan, nah kan. Kurang lebih begitulah Jika Hogwarts berada di Indonesia. Danau Hogwarts yang seharusnya bersih pun jadi tercemar oleh sampah. Makanya atuh, budayakan buang sampah pada tempatnya ya. Sayangi bumi kita. XD
No comments:
Post a Comment