Prasangka
30HariMenulis2019_Hari_6
356 kata
Hmm, hari ini aku kangen sekali
dengannya. Aku kangen dengan sang pemilik bibir tipis nan lembut itu. Bagaimana
tidak, sentuhan bibirnya saat kita beradu itu terasa sangat berbeda dibanding
bibir lainnya yang pernah ku rasakan juga. Desahan nikmatnya usai bercumbu
denganku pun membuatku sangat ketagihan
dibuatnya. Apa dia merasakan hal yang sama seperti yang ku rasakan ya?
Mudah-mudahan.
Namun, entah kenapa hari ini aku
belum bertemu dengannya. Usai kecelakaan tadi malam yang membuatku terluka
parah, dirinya belum menampakkan batang hidungnya lagi di depanku. Apa karena dia
merasa bersalah dan berpikir bahwa dia lah yang telah menyebabkan kecelakaan
itu? Aduh, padahal kejadian semalam itu memang karena keteledoranku ‘kan. Aku
yang sudah membuatnya kaget setelah menyentuh tangannya dengan kopi yang masih panas
sehingga dengan refleks dia mengibaskan sikutnya sampai aku terjatuh membentur cermin
lemari yang langsung ikutan hancur berkeping-keping.
Atau jangan-jangan, dia malah
tidak mau lagi bertemu denganku setelah melihat fisikku yang amburadul seperti
sekarang ini? Euh, sepertinya memang ini alasan yang paling masuk akal. Karena
tadi pagi sebelum dia pergi, matanya sempat melirik ke arahku, tapi tiba-tiba
dia pun membuang muka. Ekspresinya bercampur antara sedih dan merasa jijik. Aku
tercenung. Bagaimana jika memang prasangka negatifku ini memang benar adanya? Apa
aku yang sudah menemaninya selama 1 tahun ini bakalan dibuang begitu saja?
Huft.
Cklek. Ku dengar pintu ruangan
ini dibuka. Ternyata dia sudah kembali! Mungkin dia sudah melupakan segala
kegundahannya akibat kejadian semalam, karena wajahnya terlihat sumringah
sekali. Tapi kenapa dia masih belum menengok keberadaanku yang masih terluka
parah ini ya? Dia malah sedang sibuk membereskan barang bawaannya yang ada di
kantong plastik besar berwarna putih itu. Jangan-jangan ...
“Say, terima kasih ya. Padahal aku
sudah memecahkan cangkir pemberianmu saat kita baru jadian. Tapi kau malah
membelikanku penggantinya lagi. Kali ini akan ku jaga cangkir ini deh. Luv u!” ucapnya
saat bercakap-cakap dengan lawan bicara di telepon genggamnya.
Glek. Ternyata semua prasangka ku
benar, dia sudah mempunyai penggantiku. Apa secepat itu dirinya melupakanku?
Atau hanya aku saja yang terbawa perasaan kepadanya? Ah sudahlah. Yang pasti
sekarang diriku sudah dibuang olehnya. Bersamaan dengan itu, aku pun membuang
jauh-jauh semua kenangan kita selama ini bersama kepingan-kepingan kaca yang
terluka.
Sekian
No comments:
Post a Comment