Tuesday, June 25, 2019

Cerpen: Mitos Kedatangan Tamu


Mitos Kedatangan Tamu

#30harimenulis2019_hari_22
562 kata

“Wah, lihat! Ada kupu-kupu masuk ke kosan lo tuh!” seru Andri kepada Yanto sang pemilik kosan. “Katanya ‘kan itu tandanya lo bakal kedatangan tamu, To!”

“Ya, ‘kan elo tamunya, Dri,” Yanto yang sedari tadi sibuk mengerjakan tugas di laptopnya pun menengadah, memerhatikan kupu-kupu bercorak hitam dan putih hilir mudik di ruang depan kosannya, dan hinggap di salah satu sisi dinding.

“Bukan gua yang dimaksud lah, lagian gua mah udah enggak lo anggep sebagai tamu lagi kali ah, terlalu sering gua ngerecokin elo di sini.”

“Iya sih. Haha ...” balas Yanto jujur. “Atuh lah, emangnya lo masih percaya soal mitos-mitos ginian?”

Andri berpikir sejenak, “Percaya gak percaya sih, To. Soalnya dulu pas gua masih kecil, Eyang gua pernah bilang kalo di dalem rumah gak boleh main payung, takut sial atau kena bahaya. Eh, karena gua gak ngedengerin, besoknya beneran kejadian deh, gua keserempet motor!”

“Terus hubungannya ama mitos kupu-kupu ini?”

“Et, masa harus dijelasin juga. Itu  ‘kan sama-sama mitos jaman dulu, jadi gua pun ngerasa percaya gak percaya juga deh,” Andri masih sok menjelaskan soal keyakinannya. “Lagian, mitos ini mah tentang kedatangan tamu ini lah, kali aja nanti beneran ada tamu, terus dia ngasih duit. Bisa ‘kan?”

“Ya iya, kalo dia ngasih duit, kalo tamunya itu ternyata ibu kos yang nagih uang kosan gimana? Haha..”

“Hahaha, emangnya kosan lo nunggak berapa bulan, To? Sini dah gua lunasin pake uang di celengan ayam gua!”

“Cih, sama-sama mahasiswa sok-sokan mau bayarin segala,” kata Yanto sambil menoyor temannya. “Gua gak pernah nunggak kali ah. Makanya ibu kos selalu baik ke gw, malahan katanya gua udah dianggep sebagai anak sendiri ... Eh, Dri, sialan gua gak didengerin!”

Yanto terlihat sewot kepada Andri yang tidak menggubrisnya dan malah terlihat sibuk membantu kupu-kupunya agar keluar rumah. Sapu ijuk yang Andri ambil dari pekarangan pun dia kibas-kibaskan ke atas dinding tempat si kupu-kupu hinggap. Hingga tak berapa lama, serangga itu sukses terbang melalui celah jendela yang terbuka,

“Alhamdulillah,” Andri mengucap syukur, “Elo tadi ngomong apa, To?”

“Auk ah!” sungut Yanto.

“Yee, gitu aja ngambek, udah ah balik lagi ke bisnis utama nih. Gua pinjem laptop lo ya, abis lo ngerjain tugas. Maklum, banyak revisian juga nih.”

“Gope dulu dong!”

“Ish, rese!”

“Ih, gitu aja ngambek!”

“Sial!”

-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-

Keesokan paginya, Andri yang kini sedang berada di kamar rumahnya terlihat kelimpungan. Bagaimana tidak? Flash disk yang menyimpan data tugasnya yang semalam dia revisi di kosan Yanto sepertinya masih menancap di laptop temannya itu. Mana tugasnya itu harus dikumpulkan pukul 8 pagi ini pula.

Dengan panik, Andri segera menyalakan motornya untuk pergi menuju kosan Yanto dan berharap temannya itu belum berangkat kuliah. Untung jarak rumah Andri dengan kosan Yanto tidak terlalu jauh, dan hanya memakan waktu sekitar 15 menitan jika ditempuh dengan sepeda motor.

“Assalamu’alaikum, To, Yanto!” teriak Andri di depan kosan. “To, ada di dalem gak? Lo masih tidur?”

Bingung karena tidak ada jawaban, Andri mencoba mendekat ke pintu kosannya. “Lho, daun pintunya kok rusak begini?” gumam Andri seraya membuka pintu. Dan betapa kaget dirinya ketika melihat barang-barang di dalamnya terlihat berantakan. Bekas darah juga tercecer dimana-mana. Mata Andri pun membelalak tak percaya saat mendapati sosok tubuh Yanto yang terbujur kaku di lantai kosan dengan luka bacok di sekitar dada dan lehernya.

DEG!

Jadi tamu yang dimaksud itu ... malah seperti ini? Batin Andri tak percaya, bulir air matanya perlahan menetes ke pipinya.

Kemudian dengan segenap kekuatannya, dia pun berteriak:

“YANTOO! TOLOOOOOONG!”

Sekian

No comments: