Mitos Kedatangan Tamu
#30harimenulis2019_hari_22
562 kata
“Wah, lihat! Ada kupu-kupu masuk
ke kosan lo tuh!” seru Andri kepada Yanto sang pemilik kosan. “Katanya ‘kan itu
tandanya lo bakal kedatangan tamu, To!”
“Ya, ‘kan elo tamunya, Dri,” Yanto
yang sedari tadi sibuk mengerjakan tugas di laptopnya pun menengadah, memerhatikan
kupu-kupu bercorak hitam dan putih hilir mudik di ruang depan kosannya, dan
hinggap di salah satu sisi dinding.
“Bukan gua yang dimaksud lah,
lagian gua mah udah enggak lo anggep sebagai tamu lagi kali ah, terlalu sering
gua ngerecokin elo di sini.”
“Iya sih. Haha ...” balas Yanto
jujur. “Atuh lah, emangnya lo masih percaya soal mitos-mitos ginian?”
Andri berpikir sejenak, “Percaya
gak percaya sih, To. Soalnya dulu pas gua masih kecil, Eyang gua pernah bilang
kalo di dalem rumah gak boleh main payung, takut sial atau kena bahaya. Eh, karena
gua gak ngedengerin, besoknya beneran kejadian deh, gua keserempet motor!”
“Terus hubungannya ama mitos
kupu-kupu ini?”
“Et, masa harus dijelasin juga.
Itu ‘kan sama-sama mitos jaman dulu,
jadi gua pun ngerasa percaya gak percaya juga deh,” Andri masih sok menjelaskan
soal keyakinannya. “Lagian, mitos ini mah tentang kedatangan tamu ini lah, kali
aja nanti beneran ada tamu, terus dia ngasih duit. Bisa ‘kan?”
“Ya iya, kalo dia ngasih duit,
kalo tamunya itu ternyata ibu kos yang nagih uang kosan gimana? Haha..”
“Hahaha, emangnya kosan lo
nunggak berapa bulan, To? Sini dah gua lunasin pake uang di celengan ayam gua!”
“Cih, sama-sama mahasiswa
sok-sokan mau bayarin segala,” kata Yanto sambil menoyor temannya. “Gua gak
pernah nunggak kali ah. Makanya ibu kos selalu baik ke gw, malahan katanya gua
udah dianggep sebagai anak sendiri ... Eh, Dri, sialan gua gak didengerin!”
Yanto terlihat sewot kepada Andri
yang tidak menggubrisnya dan malah terlihat sibuk membantu kupu-kupunya agar
keluar rumah. Sapu ijuk yang Andri ambil dari pekarangan pun dia kibas-kibaskan
ke atas dinding tempat si kupu-kupu hinggap. Hingga tak berapa lama, serangga
itu sukses terbang melalui celah jendela yang terbuka,
“Alhamdulillah,” Andri mengucap
syukur, “Elo tadi ngomong apa, To?”
“Auk ah!” sungut Yanto.
“Yee, gitu aja ngambek, udah ah
balik lagi ke bisnis utama nih. Gua pinjem laptop lo ya, abis lo ngerjain
tugas. Maklum, banyak revisian juga nih.”
“Gope dulu dong!”
“Ish, rese!”
“Ih, gitu aja ngambek!”
“Sial!”
-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
Keesokan paginya, Andri yang kini
sedang berada di kamar rumahnya terlihat kelimpungan. Bagaimana tidak? Flash
disk yang menyimpan data tugasnya yang semalam dia revisi di kosan Yanto
sepertinya masih menancap di laptop temannya itu. Mana tugasnya itu harus
dikumpulkan pukul 8 pagi ini pula.
Dengan panik, Andri segera
menyalakan motornya untuk pergi menuju kosan Yanto dan berharap temannya itu
belum berangkat kuliah. Untung jarak rumah Andri dengan kosan Yanto tidak
terlalu jauh, dan hanya memakan waktu sekitar 15 menitan jika ditempuh dengan
sepeda motor.
“Assalamu’alaikum, To, Yanto!”
teriak Andri di depan kosan. “To, ada di dalem gak? Lo masih tidur?”
Bingung karena tidak ada jawaban,
Andri mencoba mendekat ke pintu kosannya. “Lho, daun pintunya kok rusak begini?”
gumam Andri seraya membuka pintu. Dan betapa kaget dirinya ketika melihat barang-barang
di dalamnya terlihat berantakan. Bekas darah juga tercecer dimana-mana. Mata
Andri pun membelalak tak percaya saat mendapati sosok tubuh Yanto yang terbujur
kaku di lantai kosan dengan luka bacok di sekitar dada dan lehernya.
DEG!
Jadi tamu yang dimaksud itu ... malah seperti ini? Batin Andri tak
percaya, bulir air matanya perlahan menetes ke pipinya.
Kemudian dengan segenap
kekuatannya, dia pun berteriak:
“YANTOO! TOLOOOOOONG!”
Sekian
No comments:
Post a Comment