Saturday, June 8, 2019

Berteduh


Berteduh

30HariMenulis2019_Hari_5
813 kata

Bogor dan hujan. Rasanya sudah tidak asing lagi ‘kan dengan kedua kata itu? Makanya mereka pun bisa berkolaborasi dengan baik sehingga menghasilkan nama sebutan kota hujan. Tetapi herannya, aku dan mungkin masih banyak penduduk lokal kota ini jarang membekali diri dengan jas hujan di motor yang kami bawa setiap harinya. Makanya tidak usah heran ketika hujan turun, masih banyak saja yang menepi dan berteduh di toko-toko atau warung yang ada di pinggir jalan, seperti yang ku lakukan sekarang ini.

Aku berteduh di sebuah warung tenda pecel lele yang tidak begitu ramai. Terlihat hanya ada empat orang yang ada di dalamnya, tujuh jika aku dan dua pekerja warungnya dihitung. Ngomong-ngomong soal tidak ramai, sepertinya aku baru sadar kalau yang berteduh di sini ya memang pelanggan yang sedang makan. Jadi daripada tidak enak hati, aku pun memesan seporsi pecel lele juga. Padahal sejam sebelumnya, perutku baru diisi ketupat sayur plus opor ayam saat aku bersilaturahim ke rumah bibiku tadi.

“Mas, pecel lelenya dimakan di sini?” tanya si Mamang yang memakai baju biru dongker.

“Iya, Mang.”

“OK, tunggu sebentar ya!”

Aku pun menganggukkan kepala. Sambil menunggu pesanan tiba, ku keluarkan gawaiku. Dengan sigap, jempolku menekan icon permainan Candy Crush Saga agar aku tak bosan menunggu. Saat memainkan permainan itu, aku pun tak sengaja mendengar percakapan diantara dua pengunjung di dekatku yang baru saja selesai makan.

“Dita, abis ini kita nonton yuk!” ajak gadis berkerudung pink yang berada di paling ujung.

“Boleh juga tuh. Tapi mau nonton apa? Soalnya film yang baru tayang ‘kan film Indonesia doang,” timpal teman di sebelahnya yang dipanggil Dita itu. “Elo udah nonton Aladdin ama Godzilla belum, Re?

“Udah dong. Udah streaming itu sih. Jelek ah filmnya kata Rere mah!”

Uhuk. Aku langsung terbatuk karena mencoba menahan tawa. Lagipula, kedua film yang disebut tadi itu ‘kan masih tayang di bioskop. Jadi meskipun ada streaming bajakannya, pasti kualitasnya masih buruk. Makanya tidak heran kalau perempuan bernama Rere itu berkesimpulan kalau filmnya jelek. Aku sendiri sudah menonton keduanya di bioskop dan pastinya terpuaskan.

“Ih, seriusan udah nonton? Emang film Indo yang tayang sekarang belum ada streamingnya juga gitu?”

“Yee, kalau ada mah, ngapain Rere ngajakin Dita nonton ke bioskop. Lagian sekarang ‘kan uang THR masih banyak, jadinya gak rugi amat deh nonton juga.”

Hmm, ternyata itu alasan dia untuk menonton. Kepalaku manggut-manggut sambil tetap menahan tawa.

“Ya udah, bentar gua cek jadwal film yang tayang dulu,” Ku perhatikan si perempuan bernama Dita mengecek gawainya, “Nih, Re, ada Ghost Writer, Hit n Run, Si Doel 2, Single 2, sama Kuntilanak 2. Mau nonton yang mana?”

“Kayaknya yang menarik cuma Ghost Writer sama Kuntilanak 2. Seru ‘kan nonton hantu-hantuan di bioskop!”

“Hmm, bener juga sih. Gua juga kalau nonton film di bioskop palingan nonton genre itu aja. Kalo enggak cinta-cintaan. Terus jadinya mau nonton apa? Ghost Writer aja kali ya? Soalnya Kuntilanak 2 ‘kan belum nonton yang pertamanya?”

“Ih, jangan. Judul film yang pake bahasa Inggris malah suka gak seru. Hantunya juga pasti nanti pake hantu bule. Kuntilanak aja deh. Lebih membumi juga ‘kan hantunya!”

“Oke lah. Ya udah, cuss  yuk. Udah reda tuh hujannya.”

Ya ampun. Setelah tadi aku hanya bisa menahan tawa, sekarang malah dibuat geram dibuatnya. Alhasil aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja mendengar percakapan rencana nonton mereka itu. Padahal ingin sekali aku berteriak di depan hidung mereka dan bilang, ‘HELLOW, MINIMAL LIHAT SINOPSIS DAN TRAILERNYA NAPA?’

Rasanya sedih juga. Ternyata selera penonton Indonesia memang masih belum bisa beranjak dari yang namanya horor. Meskipun tidak bisa dipukul rata juga sih. Tetapi kedua perempuan tadi memang bisa menjadi gambaran selera penonton people zaman now. Makanya tidak heran, pendapatan film hantu-hantuan biarpun secara kualitas filmnya jelek, minimal tetap mendapat ratusan ribu penonton.

Huft. Biarlah. Toh aku juga belum menonton ke semua film Lebarannya. Barangkali malah film si neng Kunti itu bagus. Siapa tahu ‘kan?

Aduh, tapi entah kenapa malah jadi kepikiran terus. Apa aku harus membuktikan dengan mata kepalaku sendiri juga ya? Ya sudah lah, aku bakal cicil nonton film Lebarannya satu per satu. ‘Lagian sekarang ‘kan uang THR masih banyak, jadinya gak rugi amat deh nonton juga’ quote by mbak Rere.

“Mang, pecel lelenya dibungkus aja ya!” seruku tiba-tiba, si Mamang sampai kaget.

“Lha, gak jadi makan di sini, Mas?”

“Iya, saya mau nonton bioskop, takut telat,” ucapku sambil bersiap-siap beranjak dari bangku, “Jadi pecel lelenya mau saya jadiin bekel buat nonton aja deh. Hehe..”

“OK, mas, siap!”

Usai menerima pesanan makanan dan membayarnya. Aku pun keluar dari warung tenda itu menuju mall terdekat. Dengan misi menuntaskan film Lebaran 2019 ini.

Eh, terus aku mau menonton apa dulu ya? Eit, jangan kayak yang tadi dong. Mari kita cek sinopsis, trailer, dan bahkan reviewnya terlebih dahulu sebelum menonton. Karena meskipun secara materiil kita tidak dirugikan, tetapi secara waktu malah bisa terjadi apabila film yang ditonton berkualitas jelek. Oke sip, sudah dulu ah ceramahnya. Yuk, kita kemon! Dan film pertama yang akan ditonton goes to ....

Tamat

No comments: