Saturday, June 8, 2019

Cerpen: Prasangka


Prasangka

30HariMenulis2019_Hari_6
356 kata

Hmm, hari ini aku kangen sekali dengannya. Aku kangen dengan sang pemilik bibir tipis nan lembut itu. Bagaimana tidak, sentuhan bibirnya saat kita beradu itu terasa sangat berbeda dibanding bibir lainnya yang pernah ku rasakan juga. Desahan nikmatnya usai bercumbu denganku  pun membuatku sangat ketagihan dibuatnya. Apa dia merasakan hal yang sama seperti yang ku rasakan ya? Mudah-mudahan.

Namun, entah kenapa hari ini aku belum bertemu dengannya. Usai kecelakaan tadi malam yang membuatku terluka parah, dirinya belum menampakkan batang hidungnya lagi di depanku. Apa karena dia merasa bersalah dan berpikir bahwa dia lah yang telah menyebabkan kecelakaan itu? Aduh, padahal kejadian semalam itu memang karena keteledoranku ‘kan. Aku yang sudah membuatnya kaget setelah menyentuh tangannya dengan kopi yang masih panas sehingga dengan refleks dia mengibaskan sikutnya sampai aku terjatuh membentur cermin lemari yang langsung ikutan hancur berkeping-keping.

Atau jangan-jangan, dia malah tidak mau lagi bertemu denganku setelah melihat fisikku yang amburadul seperti sekarang ini? Euh, sepertinya memang ini alasan yang paling masuk akal. Karena tadi pagi sebelum dia pergi, matanya sempat melirik ke arahku, tapi tiba-tiba dia pun membuang muka. Ekspresinya bercampur antara sedih dan merasa jijik. Aku tercenung. Bagaimana jika memang prasangka negatifku ini memang benar adanya? Apa aku yang sudah menemaninya selama 1 tahun ini bakalan dibuang begitu saja? Huft.

Cklek. Ku dengar pintu ruangan ini dibuka. Ternyata dia sudah kembali! Mungkin dia sudah melupakan segala kegundahannya akibat kejadian semalam, karena wajahnya terlihat sumringah sekali. Tapi kenapa dia masih belum menengok keberadaanku yang masih terluka parah ini ya? Dia malah sedang sibuk membereskan barang bawaannya yang ada di kantong plastik besar berwarna putih itu. Jangan-jangan ...

“Say, terima kasih ya. Padahal aku sudah memecahkan cangkir pemberianmu saat kita baru jadian. Tapi kau malah membelikanku penggantinya lagi. Kali ini akan ku jaga cangkir ini deh. Luv u!” ucapnya saat bercakap-cakap dengan lawan bicara di telepon genggamnya.

Glek. Ternyata semua prasangka ku benar, dia sudah mempunyai penggantiku. Apa secepat itu dirinya melupakanku? Atau hanya aku saja yang terbawa perasaan kepadanya? Ah sudahlah. Yang pasti sekarang diriku sudah dibuang olehnya. Bersamaan dengan itu, aku pun membuang jauh-jauh semua kenangan kita selama ini bersama kepingan-kepingan kaca yang terluka.

Sekian

No comments: