Saturday, July 14, 2018

Review Film: Koki-koki Cilik (30 Hari Menulis: Hari ke-20)

#30harimenulis #30harimenulis2018 #harike20

Review Film:
Koki-Koki Cilik
Poster Koki-koki Cilik

Terhitung ada dua film Indonesia bertemakan anak-anak yang dirilis bulan Juli 2018 ini, yang pertama film “Kulari ke Pantai” garapan Miles Production dengan sutradara Riri Riza (Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta 2) dan kedua “Koki-koki Cilik” produksi MNC Pictures dengan sutradara Ifa Ifansyah (Garuda di Dadaku, Ambilkan Bulan). Keduanya sempat membuat gw bingung untuk memilih film mana yang bakal ditonton di bioskop. Maklum budjet nonton gw tuh terbatas, padahal pengennya sih gw tonton dua-duanya.

Akhirnya keputusan film mana yang bakal ditonton itu gw serahin kepada ponakan gw (baru masuk SD nih) yang nanti diajak. Dan dikarenakan iklan Koki-koki cilik lebih sering ditampilin di tv, ga perlu waktu lama buat dia milih film itu. Jadilah di hari Jumat kemaren, gw sebagai paman yang baik langsung ngajak dia ke salah satu jaringan bioskop yang ada di kota Bogor.

Film Koki-koki Cilik bercerita tentang Bima (Faras Fatik) yang memliki cita-cita untuk menjadi seorang koki seperti ayahnya. Untuk menggapai cita-cita itu dan membuktikan kemampuan masaknya, dia pun ingin ikut ke salah satu ajang lomba memasak yang diadakan tiap tahun bernama Cooking Camp. Ibu Bima (Fanny Fabriana) dan tetangga sekitarnya pun jelas saja mendukung keinginan Bima agar bisa menjadi Master Chef cilik dan menjadi juara pertama di acara itu. Tapi tentu saja itu bukan perkara mudah, karena dia harus menghadapi Audrey (Chloe X) yang sudah menjuarai lomba memasak itu selama tiga tahun berturut-turut. Akankah Bima bisa menjadi juara di ajang itu? Dan akankah usaha Bima untuk mencapai cita-citanya itu berhasil?

Entah ya, dibanding dengan karya om Ifa Isfansyah yang lain, filmnya kali ini tuh kalo menurut gw rada kurang smooth. Perpindahan adegan satu ke yang lain itu ga alus. Pengguliran ceritanya juga kurang ngalir gitu aja. Motivasi Bima untuk jadi chef itu kan ingin ngikutin jejak ayahnya, tapi kita ga pernah tahu background  ayahnya selain dia adalah koki handal. Yah, minimal kasih tau aja lah dia kerja dimana gitu. Eh, tapi karena filmnya diperuntukin buat anak-anak mungkin penggarap film pikir mereka ga perlu jelasin sedetail itu kali ya?

Aura kompetisi yang biasanya ditampilin di film serupa juga ga gitu kerasa. Padahal ini kan lomba yang rutin diadain dan diliput oleh media, harusnya feel persaingannya bisa lebih kerasa. Terus entah kenapa di setiap pengumuman siapa yang lolos ke babak selanjutnya tuh ya biasa aja, ga ada tegang-tegangnya gitu lah. Beda banget kayak dulu kita nyaksiin Garuda di Dadaku yang digarap oleh sutradara yang sama.

Untuk jajaran departemen akting pun karakter anak-anaknya lumayan lah. Faras Fatik yang didapuk sebagai pemeran utama, cukup berhasil memerankan peran itu dengan baik. Meskipun di beberapa sesi, aktingnya keliatan masih kurang natural. Chloe X yang diceritakan sebagai saingannya pun bisa nampilin sisi emosi yang rada OK terutama pas dia jabarin alesan dia ikutan lomba tersebut. Sedangkan jajaran geng lainnya yang jadi temen Bima, lumayan bisa bantu nyairin suasana dan sering banget bikin para penonton ketawa.

Sedangkan untuk pemeran dewasa, yang paling menonjol tentu aja Morgan Oey yang meranin mantan koki bernama Rama yang nantinya bakal jadi guru Bima. Ngeliat aktingnya, kita bakal dibuat percaya kalo dia memang beneran koki handal deh. Sedangkan yang lainnya kayak Adi Kurdi, Ringgo Agus Rahman, Fanny Fabriana, dan Aura Kasih tetep bisa jalanin perannya dengan baik meskipun ga dikasih eksplor lebih di naskahnya.

Untuk bagian sinematografi, bisa bangetlah nangkep pemandangan yang ajib ketika di arena kempingnya. Terus setiap adegan memasak, para penonton pasti dibuat ngeces ama penampakan makanannya yang menggugah selera. Tapi sekali lagi, entah kenapa perpindahan adegannya kayak loncat-loncat, karena editornya atau emang naskahnya gitu ya?

So, kesimpulan untuk film Koki-koki Cilik ini,  bagi penonton dewasa mungkin bakal merhatiin teknis yang kurang mulus, sedangkan bagi penonton anak mah dijamin bakal tetep ngehibur. Soalnya ketika gw nanya ponakan gw, apa dia suka ama filmnya, jawabannya: “Suka. Pengen nonton lagi ah nanti..” Pokoknya sekarang keputusan ada di tangan Anda. Mau ditonton atau diskip? Atau kayak gw nih, yang sekarang malah penasaran ama film satunya lagi, film ‘Kulari ke Pantai’. Hehe..

Skor: 3/5

#654kata

No comments: